Grup WIR: Rupiah Digital Dapat Berkontribusi Positif untuk Ekosistem Metaverse

Chief of Sales and Marketing Grup WIR, Gupta Sitorus mengatakan, kehadiran Rupiah Digital bisa berkontribusi positif untuk ekosistem metaverse Grup WIR.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 10 Jan 2023, 19:03 WIB
Ilustrasi PT WIR Asia Tbk (WIRG) (Dok: PT WIR Asia Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) resmi menerbitkan White Paper terkait pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) Rupiah Digital  pada 30 November 2022. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan Rupiah Digital  prinsipnya sama seperti alat pembayaran lainnya, tetapi ini dalam bentuk digital. Secara fungsi, Rupiah Digital memiliki fungsi sama dengan alat pembayaran sah yang lainnya. 

Meskipun begitu, Rupiah Digital memiliki kelebihan seperti membeli barang-barang digital di metaverse.

Terkait hal ini, PT WIR Asia Tbk (Grup WIR) perusahaan teknologi berbasis Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan Artificial Intelligence (AI) memberikan tanggapannya soal Rupiah Digital. 

Grup WIR saat ini tengah mengembangkan metaverse yang dinamai Nusameta. Chief of Sales and Marketing Grup WIR, Gupta Sitorus mengatakan, kehadiran Rupiah Digital bisa berkontribusi positif untuk ekosistem metaverse Grup WIR. 

"Soal Rupiah Digital, saya pribadi merasa ke depannya dapat membantu dan berkontribusi positif untuk ekosistem metaverse Grup WIR," kata Gupta pada acara Media Gathering, Selasa (10/1/2023). 

Meskipun begitu, Gupta menjelaskan saat ini ekosistem metaverse nusameta masih dalam tahap penentuan terkait hal transaksi, karena hal ini sifatnya krusial.

"Kita harus memberikan inklusivitas untuk transaksi di metaverse baik secara perbankan maupun non perbankan," ujar Gupta. 

Adapun Gupta menyebut ada dua inklusivitas dalam metaverse yaitu inklusi secara sosial seperti cara mengakses metaverse dan inklusi ekonomi. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Tiga Alasan Bank Indonesia Terbitkan Rupiah Digital

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan ada tiga alasan yang mendasari Bank Indonesia mengeluarkan Rupiah Digital. Hal itu disampaikan Perry dalam acara Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital, Senin (5/12/2022). 

Alasan pertama, Perry mengatakan, Bank Indonesia satu-satunya lembaga negara yang berwenang mengeluarkan digital currency yang disebut Digital Rupiah, yang lain tidak sah.

Alasan kedua, Bank Indonesia ingin melayani masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan alat pembayaran konvensional yakni menggunakan uang kertas, ada juga yang menggunakan uang elektronik seperti kartu debit maupun kredit.

“Saat ini ada masyarakat yang masih menggunakan uang kertas Rupiah sebagai pembayaran, kemudian masih ada yang menggunakan pembayaran berbasis rekening. Namun, anak cucu kita membutuhkan pembayaran digital, maka dari itu BI akan memfasilitasi dengan mengeluarkan Digital Rupiah,” jelas Perry.

Adapun alasan ketiga Perry menyebut dengan adanya rupiah digital ini bisa digunakan untuk kerjasama internasional dengan negara lain. Bank Indonesia juga bekerja sama bank-bank sentral lain di dunia untuk mengembangkan CBDC. 

“Kita sudah sepakati CBDC pada G20 desainnya seperti apa untuk inklusi keuangan, lalu bagaimana CBDC bisa bekerja secara internasional. Jadi BI mengeluarkan CBDC agar kita bisa terus melakukan kerjasama internasional, maka dari itu nanti ke depannya ada exchange rate dari Rupiah Digital, digital dolar, digital ringgit,” ujar Perry.

Perry menekankan, dengan adanya Rupiah Digital nanti sebagai alat pembayaran, bukan berarti uang kertas dan kartu debit atau pembayaran melalui elektronik wallet dihilangkan. Semuanya masih akan ada, karena BI ingin melayani semua kebutuhan masyarakat.

 


Indonesia Bakal Punya Rupiah Digital lewat Proyek Garuda

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merilis desain pengembangan rupiah digital atau white paper. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap proyek rupiah digital ini disebut Proyek Garuda.

Peluncuran dilakukan dalam rangkaian Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta. Menurutnya, imolementasi rupiah digital akan dilakukan dalam 3 tahap.

"Pengembangan digital rupiah sebagai satu satunya alat pembayaran digital yang sah di Indonesia. Hari ini dengan seizin Presiden, kami luncurkan white paper digital rupiah yang kami namakan Proyek Garuda," ujar Perry dalam sambutannya, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Untuk diketahui, White Paper ini menguraikan rumusan central bank digital currency (CBDC) bagi Indonesia dengan mempertimbangkan asas manfaat dan risiko. Penerbitan WP ini merupakan langkah awal bertajuk Proyek Garuda, yaitu proyek yang memayungi berbagai inisiatif eksplorasi atas berbagai pilihan desain arsitektur Digital Rupiah.

"Digital Rupiah akan diimplementasikan secara bertahap, dimulai dari wholesale CBDC untuk penerbitan, pemusnahan dan transfer antar bank. Kemudian diperluas dengan model bisnis operasi moneter dan pasar uang, dan akhirnya pada integrasi wholesale Digital Rupiah dengan ritel Digital Rupiah secara end to end," tutur Perry.

"Tentu sinergi dan kolaborasi secara nasional dan internasional. Kami juga akan mempercepat pendalaman pasar uang," sambungnya.

Perry menyampaikan, kunci pengembangan Rupiah Digital mencakup 3 aspek. Pertama, Menegaskan fungsi BI sebagai otoritas tunggal dalam menerbitkan mata uang termasuk mata uang digital (sovereignty Digital Rupiah). Kedua, Memperkuat peran BI di kancah internasional. Ketiga, mengakselerasi integrasi EKD secara nasional.


Jaga Kedaulatan Rupiah di Era Digital

Penerbitan WP ini diharapkan menjadi katalisator pengembangan desain CBDC ke depan, agar penerapan dapat sesuai konteks dan karakteristik kebijakan. Bank Indonesia meyakini manfaat CBDC mampu menjaga kedaulatan Rupiah di era digital.

Termasuk mendukung integrasi ekonomi dan keuangan digital serta membuka peluang inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan. Pengembangan CBDC sendiri memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk kerja sama dengan bank sentral lain dan lembaga internasional.

Mengingat, perkembangan mata uang digital bank sentral di masa depan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Bank sentral masih perlu melakukan eksplorasi dan uji coba untuk mengantisipasi perkembangan mata uang digital di masa depan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya