HEADLINE: Adu Kuat Figur Politik di Survei Capres 2024, Siapa Jadi Kuda Hitam?

Tiga nama digadang-gadang menjadi calon presiden (capres) Pemilu 2024. Mereka adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

oleh Jonathan Pandapotan PurbaAdy AnugrahadiWinda Nelfira diperbarui 11 Jan 2023, 00:00 WIB
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tiga nama digadang-gadang menjadi calon presiden (capres) Pemilu 2024. Mereka adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Kendati belum menjadi calon presiden definitif, publik mulai menghitung. Siapa di antara tiga nama yang punya peluang menang paling besar?

Hasil survei teranyar dari beberapa lembaga seperti Indikator Politik Indonesia, Poltracking Indonesia, dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa perbedaan elektabilitas Ganjar, Prabowo, dan Anies tidak terlalu jauh.

Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas Ganjar dan Prabowo meningkat dalam dua bulan terakhir. Sementara Anies mengalami penurunan.

Dari November ke Desember 2022, dukungan terhadap Ganjar meningkat dari 33,9 persen menjadi 35,8 persen dan Prabowo dari 23,9 persen menjadi 26,7 persen. Sementara Anies, dari 32,2 persen menurun jadi 28,3 persen.

Sementara berdasarkan survei Poltracking Indonesia, elektabilitas Ganjar masih tertinggi. Adapun Anies mulai menggeser Prabowo.

Survei Poltracking ini diselenggarakan pada 21 hingga 27 November 2022. Hasilnya, dari simulasi tiga nama calon presiden, Ganjar memperoleh suara 32,5 persen, disusul Anies dengan perolehan suara 29,1 persen, dan Prabowo dengan 27,8 persen suara.

Sementara hasil survei SMRC pada tanggal 3-11 Desember 2022 juga menunjukkan Ganjar memiliki elektabilitas tertinggi. Politisi PDIP itu unggul dengan perolehan 33,7 persen.

Elektabilitas kedua adalah Anies dengan raihan sebesar 28,1 persen, disusul oleh Prabowo dengan 26,1 persen dalam peta elektoral tiga tokoh potensial calon presiden melalui simulasi tertutup.

Puan Bisa Jadi Kuda Hitam

Puan Maharani (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar, menjelaskan elektabilitas memang penting untuk jadi modal pertarungan di pilpres. Namun, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi untuk jadi capres. Dan yang harus pertama didapatkan adalah tiket dari parpol.

"Sebenarnya dari sisi mendapatkan tiket, kemungkinan jadi capres, ya pasti orang yang punya partai. Tokoh seperti Puan Maharani dan Airlangga Hartarto itu sebenarnya berpeluang, walaupun elektabilitasnya kecil," kata Usep kepada Liputan6.com, Selasa (10/1/2023).

Usep mengatakan, untuk menjadi capres tidak melulu soal elektabilitas. Tapi juga harus dicalonkan oleh gabungan partai dengan 20 persen kursi parlemen.

Dan di sini tokoh seperti Puan, Airlangga, dan Agus Harimurti Yudhoyono bisa jadi kuda hitam karena memiliki kendali di partainya.

Hal senada dikatakan Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin. Ia menilai nama Puan tidak bisa dikesampingan.

"Karena bagaimanapun Puan anak ketum parpol dan PDIP sudah punya tiket sendiri. Jadi di satu sisi capres kelihatan ada wilayah tiga besar itu, tapi di saat yang sama kita juga harus mempertimbangkan Puan, karena katakanlah ibunya pemilik PDIP. Tapi saya kira tidak akan jauh dari situ. Jadi tiga nama plus satulah," ucap Ujang kepada Liputan6.com, Selasa (10/1/2023).

Pengamat Politik KedaiKOPI Hendri Satrio mengatakan, sangat mungkin ada calon lain di luar Anies, Prabowo dan Ganjar. Dan yang paling berpeluang adalah Puan Maharani.

"Puan itu menarik. Jangan disangka gampang mengalahkan dia, karena struktur PDI Perjuangan itu solid loh dukung Puan Maharani," kata Hensat kepada Liputan6.com, Selasa (10/1/2023).


Ganjar Unggul di Berbagai Survei karena Endorse Jokowi?

Presiden Jokowi dan Ganjar Pranowo. (Foto: Dok. Instagram @ganjar_pranowo)

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, unggul di berbagai lembaga survei. Walaupun keunggulannya atas Anies dan Prabowo tidak terlalu signifikan, namun pria 54 tahun itu konsisten di papan atas.

Banyak yang menilai keunggulan Ganjar karena mendapat endorse dari Presiden Jokowi. Dalam beberapa kesempatan, Jokowi memang memberi sinyal dukungan untuk Ganjar.

"Lembaga survei itu bisa bolak-balik. Bisa direndahkan, bisa dinaikan, tapi bisa saja melihat ada endorse dari Jokowi lalu kerahkan relawan supaya turun ke bawah. Tapi, saya lihat endorse Jokowi memang berpengaruh terhadap elektabilitas Ganjar. Karena Ganjar, mohon maaf, bukan siapa-siapa. Kalau tidak didukung Jokowi sulit," kata Analis Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.

Pengamat Politik KedaiKOPI Hendri Satrio menjelaskan, tingginya suara Ganjar di berbagai lembaga survei karena pemilihan responden.

"Ganjar itu tinggi suaranya di Jawa dan kemudian proporsional pemilihan responden dari lembaga survei dengan metode multistage random sampling itu menempatkan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu sebagai pemilik responden terbanyak dan itu cukup membuat Ganjar menjadi calon presiden yang memiliki elektabilitas tinggi," ucap Hensat

"Tapi apakah dia bisa bertahan tinggi terus, atau sudah fix, dan bisa turun itu mungkin saja. Apalagi Ganjar banyak dapat cobaan kan misalnya kayak banjir di Jawa Tengah, angka kemiskinan, dan lain-lain. Kayaknya sih Ganjar, Prabowo, Anies ini memang orang-orang yang dianggap mumpuni sebagai calon presiden," ia menambahkan.

Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar, menilai, tingginya elektabilitas Ganjar salah satunya memang karena endorse Jokowi. Dan sejak awal Ganjar selalu mendukung kebijakan Jokowi dan memelihara pendukungnya.

"Dan mayoritas pemilih Ganjar adalah pemilih Jokowi juga. Walaupun sekarang terbelah karena ada pendukung Jokowi yang sekarang beralih ke Prabowo," jelas Usep.

Infografis Simulasi Duet Capres-Cawapres 2024 Versi Terkini Lembaga Survei. (Liputan6.com/Trieyasni)

Elektabilitas Prabowo Stagnan?

Prabowo Subianto (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam beberapa lembaga survei, elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto stagnan, bahkan cenderung menurun. Padahal, Mantan Danjen Kopassus itu pernah dua kali ikut pemilu.

Menurut Pengamat Politik KedaiKOPI Hendri Satrio, hal ini disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah kekecewaan pendukung karena Prabowo bergabung ke Kabinet Jokowi.

"Ini kan aneh. Harusnya kan kemarin Prabowo kalah 46 persen ya dari Jokow.  Harusnya kalau dia beneran bagus dan diinginkan stabil, Jokowi-nya enggak ada, Prabowo harus melejit di atas 50 persen, tapi ini enggak. Bahkan, trennya itu turun terus termasuk dari lembaga survei KedaiKOPI itu trennya menurun," kata Hensat.

"Nah itu mungkin disebabkan banyak hal, salah satunya menurut saya tidak mudah bagi orang Indonesia untuk memilih yang kalah. Apalagi Prabowo, sejak menjadi menterinya Jokowi itu jarang menyapa loyalisnya pada saat Pemilu 2014 dan 2019. Bahkan cenderung didiemin kan sama Prabowo, itu yang menurut saya juga menjadi penyebab."

Hal senada dikatakan Analis Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin. Ia percaya pendukung Prabowo pada 2019 lalu sebenarnya berharap Ketum Gerindra itu tetap di jalur oposisi.

"Ya pendukungnya kecewa. Jadi pendukung kelompok 212, maupun pendukung lainnya kecewa Prabowo jadi Menteri. Harapan mereka tetap jadi oposisi, tetap mengkritisi pemerintah. Tapi kenyataan malah bergabung dengan koalisi pemerintah."

Sementara peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar, menilai ada beberapa faktor yang membuat elektabilitas Prabowo stagnan. Selain karena kekecewaan gabung pemerintahan, faktor lainnya adalah pandangan bahwa Prabowo (71) sudah terlalu tua untuk maju.

"Dan kebetulan ada sosok Anies yang diidentikan dengan beberapa karakter Prabowo dan tidak mendukung koalisi, tapi ingin perubahan. Dan mereka menemukan sosok itu dalam diri Anies sehingga pindah suaranya. Tapi seturun-turunnya Prabowo, saya kira dia masih punya loyal voters yang antara lain adalah pemilih Gerindra dan pemilih lain ada atribusinya di Prabowo," Usep menjelaskan.

Infografis 4 Survei Terbaru Bursa Capres 2024. (Liputan6.com/Trieyasni)

Anies Tertinggal dari Ganjar

Bakal Calon Presiden (Capres) Partai NasDem Anies Baswedan (Foto: Instagram @aniesbaswedan).

Dalam beberapa lembaga survei, elektabilitas Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mulai menyalip Prabowo.

Hal ini dinilai tak lepas dari aktifnya Mantan Rektor Universitas Paramadina melakukan roadshow sejak dideklarasikan sebagai capres oleh NasDem. Meski demikian, Anies belum mampu menyalip Ganjar yang kokoh di puncak berbagai lembaga survei.

Pengamat Politik KedaiKOPI Hendri Satrio menilai Anies memang tidak pernah unggul dalam survei.

"Waktu di Jakarta pun begitu, enggak pernah unggul dalam survei, kecuali pada saat putaran kedua saja baru dia unggul. Selama putaran pertama itu selalu menempati posisi ketiga. Tapi yang pertama, Anies harus pastikan dulu dia dapat tiket. Yang kedua adalah pastikan masyarakat mengerti apa itu gerakan perubahan yang diusung oleh dirinya," kata Hensat.

Analis Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai Anies perlu memperkuat basis relawannya. Hal ini penting guna mendapatkan dukungan.

"Jadi bagaimana Anies bisa membangun sebuah tim relawan ke bawah yang bisa mensosialisasikan dirinya. Solid tidak relawannya, bagaimana kerjanya. Untuk kejar ketertinggalan tadi harus sering-sering turun dan harus efektif turunnya. Rakyat perlu didekati, perlu disambangi untuk meraih kedekatan emosional. Kalau kedekatan emosional sudah terjalin dengan rakyat ya Anies juga akan naik elektabilitasnya. Kalau semakin jauh, ya susah," ucap Ujang.

Infografis Ragam Tanggapan Adu Kuat Figur Capres 2024. (Liputan6.com/Trieyasni)

Bursa Cawapres: Persaingan Erick, Sandi, RK, AHY, dan Khofifah

Menteri BUMN Erick Thohir (Istimewa)

Selain capres, bursa cawapres untuk 2024 juga menarik. Berdasarkan hasil survei beberapa lembaga, nama-nama seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Khofifah Indar Parawansa memiliki elektabilitas tertinggi.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia mengungkap Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tertinggi, disusul Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono.

"Ridwan Kamil paling besar, 24.1%. Kemudian Sandiaga Uno 14.8%, AHY 13.6%, Erick Thohir 10.3%, dan Khofifah 7.6%. Nama lain sekitar 5% atau lebih rendah," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam pemaparannya, Rabu (4/1/2023).

Sementara hasil Poltracking Indonesia menunjukkan Erick Thohir berada di posisi teratas mengungguli Ridwan Kamil, disusul Agus Harimurti Yudhoyono.

"Kalau kita lihat Erick Thohir dan Ridwan Kamil ini sangat tipis, unggul sangat tipis, diikuti oleh AHY dan Sandiaga Uno," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, saat jumpa pers daring, Kamis (22/12/2022).

"Erick Thohir sempat naik cukup signifikan 7,6% menjadi 12,4%, tapi sempat melemah sedikit menjadi 10% dan sekarang menjadi naik lumayan kenaikannya menjadi 16%, ada kenaikan 5%," imbuhnya.

Sementara itu, Hasil survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia menempatkan Ridwan Kamil sebagai salah satu tokoh potensial menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.

"Responden menjagokan Ridwan Kamil sebagai cawapres dengan dukungan 21,4 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, Kamis (22/1/2023).

Sementara posisi kedua, ada Sandiaga S Uno meraih 17,6 persen disusul AHY (10,3 persen), Erick Thohir (8,4 persen), dan Khofifah Indar Parawansa (6,1 persen). Sedangkan 13 nama lainnya, hanya mengumpulkan di bawah 5 persen.

Tampak pula dari data yang dihimpun Charta Politika, periode Desember 2021 ke Desember 2022, elektabilitas Ridwan Kamil sebagai kandidat kuat wakil presiden di Pilpres 2024 mengalami kenaikan dari angka 17,4 persen menjadi 21,4 persen.

"Ini menunjukkan kans Ridwan Kamil untuk bisa mendampingi kandidat calon presiden yang paling disukai serta akan dipilih publik nantinya," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya