Liputan6.com, Yogyakarta - Cheongsam merupakan jenis pakaian atau kostum tradisional perempuan Tiongkok yang sering digunakan saat perayaan Imlek. Beberapa orang juga menyebut pakaian ini dengan nama qipao.
Pakaian ini memiliki tampilan yang disesuaikan dengan bentuk tubuh penggunanya. Pada bagian kerah, terdapat kancing berbentuk khusus yang umumnya disebut bentuk shanghai.
Cheongsam biasanya juga memiliki aksen belahan pada bagian kaki. Mengutip dari student-activity.binus.ac.id, sejarah cheongsam mulai sejak 1920.
Namun, sebenarnya busana ini sudah ada sejak 1636, tepatnya saat pemerintahan Manchu. Pada masa itu, dibuat busana khusus ala Tiongkok untuk wanita yang disebut qipao, sedangkan busana khusus pria disebut changpao.
Baca Juga
Advertisement
Qipao atau cheongsam yang digunakan pada zaman Manchu berbeda dengan cheongsam di masa sekarang. Dahulu, busana ini memiliki bentuk yang lebar, tak mengikuti siluet tubuh, serta memiliki panjang yang melebihi mata kaki.
Selain itu, pada masa tersebut, qipao atau cheongsam hanyak boleh dikenakan oleh wanita berstrata tinggi dan bangsawan. Kemudian, pada 1920, cheongsam mulai merambah menjadi busana wanita di seluruh daratan Tiongkok.
Dalam perkembangannya, cheongsam pun mulai dikenakan sebagai busana yang lazim atau busana yang biasa dipakai oleh perempuan-perempuan di kota-kota besar. Busana ini juga mulai menyebar di berbagai daerah dan dikenakan oleh para perempuan di Beijing, Shanghai, Hong Kong, hingga Taiwan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengaruh Budaya Barat
Sepanjang 1930-an dan 1940-an, cheongsam pun mengalami perubahan karena mendapat pengaruh budaya barat. Cheongsam mulai menonjolkan feminitas pada wanita perkotaan.
Gaun ini berubah bentuk menjadi pas di tubuh dengan beberapa desain yang lebih berani, seperti menampilkan belahan tinggi di bagian bawah yang menampilkan bagian kaki hingga paha. Namun, ketika pemerintahan komunis mulai menguasai Tiongkok, popularitas busana cheongsam mulai mengalami penurunan.
Perlahan, cheongsam pun mulai menghilang dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tiongkok. Adapun di tempat kelahirannya, Shanghai, sempat terdapat patroli jalan untuk memastikan tidak ada yang mengenakan cheongsam.
Ideologi egaliter yang dianut oleh Komunis membuat wanita Tiongkok mengadopsi busana yang terdiri dari jaket dan celana panjang, mirip dengan busana yang dikenakan pria. Pada era koloni Inggris, yakni pada 1950-an, popularitas cheongsam kembali naik.
Kepopuleran tersebut membuat pakaian ini kembali dikenakan sebagai pakaian sehari-hari. Terlebih, dengan pengaruh industri fesyen Eropa, cheongsam kemudian sering dipadukan dengan sepatu hak tinggi dan beberapa aksesori tambahan, seperti clucth bag dan sarung tangan putih.
Salah satu tokoh wanita yang memopulerkan cheongsam adalah Nancy Kwan dalam perannya di film 'The World of Suzie Wong' pada 1960. Seiring perkembangan zaman, ketenaran cheongsam kembali menurun di akhir tahun 1960-an.
Salah satu faktornya adalah karena masuknya pakaian-pakaian Barat yang diproduksi secara masal dan dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Pada 1970-an, baju cheongsam tak lagi dikenakan sebagai pakaian sehari-hari oleh sebagian besar perempuan Tiongkok. Hingga saat ini, cheongsam hanya dikenakan sebagai kostum di acara-acara tertentu atau acara spesial, salah satunya perayaan Imlek.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement