Liputan6.com, Padang - Pantun dikenal sebagai salah satu bentuk puisi yang ada di Nusantara. Di Sumatera Barat, khususnya Minangkabau, pantun sangat populer sampai sekarng.
Dalam sebuah kalimat petuah Minang, Sumatera Barat ada sebuah pepatah yang sampai sekarang masih sering kita dengar. Meskipun agak berkurang seiring dengan perkembangan jaman. Anak-anak muda lebih terpukai dengan budaya moderen salah satunya KPOP.
Advertisement
Pepatah sakti tersebut adalah "Kamanakan barajo ka mamak Mamak barajo ka pangulu Pangulu barajo ka mufakat Mufakat barajo alua jo patuik Alua jo patuik barajo ka nan bana Nan bana tagak sandirinyo"
Yang artinya, setiap anak di Minangkabau pasti akan mendengar apa yang akan di sampaikan oleh mamak atau pamannya.
Seorang Mamak pasti akan meminta pertimbangan dari Datuk/Datuaknya. Datuk adalah seorang Mamak yang diangkat bersama oleh Mamak lainnya untuk menjadi pimpinan dalam satu keturunan Nenek. Seorang Datuk pasti akan melaksanakan apa yang diperintahkan atau dititahkan oleh Penghulunya.
Karena pentingnya peran seorang Datuk, maka Andi Chaniago, seorang pegiat Cek Fakta Liputan6.com beberapa waktu lalu mengadakan edukasi soal literasi digital. Khususnya mengenai cara mengenali hoaks dan mencegahnya ke Komunitas Adat yang berada di wilayahnya.
Pada kesempatan itu Andy yang juga anggota Komunitas ini juga menjelaskan trik bagaimana cara mencari sumber informasi yang valid untuk mengkonternya baik itu di sosial media, aplikasi percakapan atau di ruang publik secara offline.
Lebih Efektif dan Efisien
Andi menyadari dengan memanfaatkan sistem "Jenjang Kekerabatan" ini, pesan yang ingin disampaikan lebih bisa lebih efektif dan efisien.
"Kita pakai istilah dari "Urek ka pucuak" (urat ke pucuk), struktur kekerabatan inilah nantinya yang akan kita jadikan tempat untuk penyampaian pengetahuan literasi tentang hoaks (berita palsu) serta ujaran kebencian yang sekarang ini banyak beredar," ujarnya.
Dia menambahkan, "Apalagi saat ini, tahun politik menjelang Pemilu 2024. Ini sangat merugikan masyarakat Indonesia, khususnya warga Sumatera Barat."
Menurut Andi, caranya adalah dengan memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada para Niniak Mamak pemangku adat serta Penghulu yang ada di Minang ini. "Kemudian dari beliau-beliaulah nantinya kita berharap untuk bisa meneruskannya ke kerabat terdekat seperti anak kemenakan, urang Sumando (ipar) dan bundo kanduang (ibu-ibu). Itulah yang kita maksud dengan dari urek ka pucuak tadi," ujarnya.
Di sebagian daerah di Sumbar khususnya di kota Padang masih banyak tempat-tempat dimana para Mamak dan niniak mamak ini belajar dan berdiskusi tentang Adat, Walaupun memang ada sebagian yg menjadikan kedai kopi menjadi tempat berkumpul bercerita termasuk berpantun sambil bersilaturahmi.
Selain itu ada juga beberapa komunitas yang membahas serta mempelajari lebih dalam tentang Adat, komunitas inilah yang di sebut dengan Wirid Adat. Di Wirid Adat inilah nantinya Andi akan melanjutkan kegiatan sosialisasi literasi tentang Hoax dan ujaran kebencian serta cara mengetahui dan cara menangkalnya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement