Liputan6.com, Jakarta - Ahli neurobiologi Ilka Diester meneliti kemampuan kognitif hewan. Ia bisa menunjukkan, hewan memiliki potensi kecerdasan lebih besar daripada yang diduga selama ini.
Menurut Diester, kita menganggap enteng hewan.
Advertisement
"Sekarang kita tahu, hewan punya banyak kemampuan yang dulu kita kira, hanya dimiliki manusia", ujar Diester.
Mulai dari ingatan jangka pendek yang sangat baik, kemampuan membuat keputusan cerdas, bahkan hal yang abstrak, yakni tahapan awal kemampuan menghitung, dikutip dari DW Indonesia, Sabtu (14/1/2023).
Para peneliti dari Italia juga melakukan riset, apakah anak ayam bisa berhitung. Mereka pertama-tama melatih anak ayam, agar menganggap bola-bola berwarna sebagai salah satu dari mereka. Kemudian bola-bola itu disembunyikan di dua tempat dalam jumlah berbeda. Anak ayam kemudian bisa melihat bagaimana bola-bola ditukar di antara dua tempat persembunyian.
Kemudian anak ayam mencari kelompok bola. Ilka Diester mengungkap, anak ayam selalu berusaha mendekat ke kelompok yang lebih besar, karena di sana mereka merasa lebih aman dari musuh yang bisa memangsa. Jadi mereka mencari kelompok yang lebih besar. Unggas itu bisa mengidentifikasi kelompok yang lebih besar.
Diester menjelaskan lebih jauh, ini disebut: kesadaran akan jumlah. Anak ayam bisa membedakan antara lebih sedikit dan 'lebih banyak‘. Itu dasar matematika, tapi tidak sama dengan berhitung, begitu ditekankan ahli neurobiologi itu.
Simpanse Kenali Urutan Angka
Tapi sebuah rekaman yang dibuat di institut penelitian primata di Universitas Kyoto menunjukkan, simpase bisa mengenali angka dalam urutan menanjak.
Dalam tes standar yang lebih tinggi, angka hilang dari layar, dan diganti gambar beberapa kotak. Tapi kera besar itu tetap bisa memilih angka yang semakin besar dalam urutan yang benar.
Kera Bisa Berhitung
Ilke Dister menjelaskan, dalam hal ini orang bisa mendapat ide, bahwa kera besar itu benar-benar bisa berhitung.
“Tapi primata ini sebenarnya hanya terlatih untuk menyentuh kotak di layar dalam urutan yang benar,“ kata Dister lebih lanjut. Itu mereka pelajari lewat latihan bertahun-tahun, dan itu bisa mereka lakukan dengan sangat cepat dan dengan presisi tinggi.
Itu menunjukkan ingatan jangka pendek yang sangat baik dari hewan-hewan ini. Tapi ada juga tes yang menunjukkan, monyet memang bisa berhitung. Misalnya simpanse lain, yang juga berada di Universitas Kyoto. Dalam waktu singkat, ia bisa menangkap jumlah titik yang ditunjukkan, dan memilih angka yang tepat.
Yang paling terkenal adalah studi dari tahun 1998, yang menggunakan monyet Rhesus. Monyet ini melihat dua kartu secara bergantian. Di atas kartu terdapat titik-titik. Setelah itu, monyet ditunjukkan kartu-kartu lain dengan jumlah titik yang berbeda.
Advertisement
Mengenali Kartu
Di salah satu kartu itu terdapat titik yang merupakan jumlah dari titik di dua kartu pertama. Setelah sebuah latihan, hewan itu bisa dengan tepat mengenali kartu dengan jumlah titik yang benar.
Dister mengungkap, beberapa ilmuwan mengatakan, dalam tes ini, monyet benar-benar menghitung jumlah semua titik. Namun demikian, tampak jelas bahwa monyet gagal, jika jumlah titik hampir sama. "Kalau monyet benar-benar bisa menghitung 3 + 5 = 8, tentu bukan masalah untuk membedakan jumlah yang hampir sama. Tapi hewan ini tidak bisa,“ kata Dister manambahkan.
Jadi ini tetap kasus 'kesadaran akan jumlah', dan bukan benar-benar "berhitung". “Tapi memang pernah ada simpanse betina, yang menurut semua orang bisa berhitung,“ begitu dijelaskan Dister.
Itu tahun 1988. Di Ohio State University peneliti berhasil mengajarkan berhitung kepada seekor simpanse bernama Sheba. Kera besar ini belajar makna angka dengan menggunakan buah, dan bisa menjumlah hingga delapan.