Tahun Baru Imlek 2023, Gus Dur dan Asal Mula Baju Koko Masyarakat Muslim Indonesia

Imlek atau tahun baru China baru dirayakan secara terbuka sekitar dua dasawarsa lalu. Sementara, baju koko sudah menjadi busana muslim dengan sejarah yang begitu panjang di Indonesia

oleh Putry Damayanty diperbarui 13 Jan 2023, 00:30 WIB
Penampilannya yang awet muda membuatnya tak terlihat seperti pria berusia 35 tahun. Ricky Harun terlihat gagah saat memanah. Suami Herfiza Novianti ini memakai topi dan baju koko abu-abu. Gayanya makin keren dengan kacamata yang selalu ia pakai dalam keseharian. (Liputan6.com/IG/@qoriapparel)

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Tahun Baru Imlek menjadi momen sukacita yang sangat dinanti oleh masyarakat etnis Tionghoa. Tahun ini disebut sebagai Tahun Kelinci Air dalam Tradisi Tahun Baru Cina yang jatuh pada 21 Januari 2023 mendatang. 

Berbagai macam festival biasanya turut mengisi kemeriahan perayaan ini. Dikutip dari China Highlights, Selasa (3/1/2023), Tahun Baru China adalah festival perayaan awal tahun baru pada kalender lunisolar China tradisional.

Masa tersebut secara tradisional adalah waktu untuk menghormati dewa dan leluhur, dan itu juga menjadi waktu untuk berpesta dan mengunjungi anggota keluarga.

Bicara soal etnis China dengan Islam, tidak terlepas dari interaksi budaya di antara keduanya. Salah satunya buktinya bisa kita lihat dari busana yang dikenakan.

Baju koko kebanggan yang selama ini banyak digunakan oleh masyarakat muslim untuk beribadah adalah berasal dari budaya pakaian masyarakat Tionghoa atau di kalangan mereka disebut sebagai baju tui-khim.

Hal ini merupakan perwujudan toleransi antarumat beragama dan keberagaman yang sering digaungkan oleh salah satu Presiden Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Seperti diketahui, tahun baru Imlek baru dirayakan secara terbuka sekitar dua dasawarsa lalu, saat pemerintahan Presiden Wahid, sebutan lain Gus Dur. Gus Dur lah yang dengan berani membawa Indonesia pada iklim keterbukaan atau inklusi.

 

Saksikan Video Pilihan ini:


Sejarah Baju Koko

Baju ini dikabarkan sudah ada sejak abad ke-17 silam dan kala itu masyarakat Tionghoa datang ke tanah Batavia memakai baju tersebut. Kemudian baju tui-khim di kalangan masyarakat Betawi dikenal dengan sebutan Tikim. 

Hingga sampai pada abad ke-20, masih banyak masyarakat pria Tionghoa yang ada di Indonesia memakai baju ini dengan celana longgar sebagai fashion sehari-hari. Namun sebaliknya, justru perlahan baju Thui-Kim sendiri mulai ditinggalkan oleh para peranakan Tinghoa muda dengan lebih memilih pakaian Eropa, seperti jas.

Lantas mengapa dinamai sebagai baju koko? Biasanya orang yang memakai baju Tui-Kim tersebut adalah engkoh-engkoh, yang mana sebutan itu dieja dalam bahasa Indonesia menjadi Koko. Selain itu tentunya kita juga tidak asing dengan pria Tiongkok yang dipanggil sebagai 'koko'.

Mengutip dari kanal dalamislam.com baju koko biasanya dijadikan sebagai pakaian identitas untuk pria muslim dan dikenakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Mulai dari pakaian khas lebaran, untuk kajian ataupun untuk beribadah ke Masjid.

Seiring dengan perkembangan fashion saat ini, trend baju muslim untuk pria pun ikut mengalami perubahan. Kini baju koko sendiri sudah banyak yang hadir dengan desain elegan dan kekinian, namun tetap syar’i. Sehingga baju koko kerap pula dikenakan dalam acara-acara non formal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya