Betah di Zona Merah, Bagaimana Prospek Saham Widodo Makmur Unggas?

Investment Analyst dari Infovesta Capital Advisory, Fajar Dwi Alfia menilai, kinerja saham WMUU ini tak lepas dari aksi jual yang dilakukan manajemen perseroan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Jan 2023, 06:36 WIB
Ilustrasi Bursa Saham. Foto: Rawpixel/Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) terpantau menuju level gocap aau 50. Pada perdagangan Rabu 11 Januari 2023, saham WMUU terkoreksi 3 poin atau 5,56 persen ke posisi 51. Dalam sepekan, saham WMUU turun 27,14 persen.

Investment Analyst dari Infovesta Capital Advisory, Fajar Dwi Alfia menilai, kinerja saham WMUU ini tak lepas dari aksi jual yang dilakukan manajemen Widodo Makmur Unggas.

Memang, pemilik sekaligus Komisaris Utama PT Widodo Makmur Unggas Tbk, Tumiyana sempat melakukan aksi jual untuk mendulang untung atas kepemilikannya pada Desember tahun lalu, sehingga porsi kepemilikannya menipis.

"Jadi penurunan sahamnya memang disebabkan oleh aksi penjualan dari pemilik Tumiyana. Di mana kepemilikannya turun sangat drastis dari 3,5 persen ke 1 persen," kata Fajar kepada Liputan6.com, Rabu, 11 Januari 2023.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Tumiyana menjual 323.317.100 lembar saham WMUU pada 15 dan 19 Desember 2022 di pasar negosiasi. Harga pelaksanaan bervariasi pada rentang Rp 96 dan Rp 97 per saham.

Usai transaksi, kepemilikan Tumiyana menipis jadi 1,05 persen atau 135.392.900 lembar saham dari sebelumnya 3,54 persen atau setara 458.710.000 lembar.

"Selain itu, secara fundamental, kinerja WMUU juga tidak positif, dimana mencatatkan penurunan baik penjualan maupun laba bersih,” imbuh Fajar.

Hingga September 2022, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,05 triliun, turun 6,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,19 triliun. Bersamaan dengan itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 91,1 miliar, turun 36,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 144,1 miliar.

"Bagi yang sudah memiliki sahamnya, sebaiknya investor perlu wait and see sampai ada kejelasan informasi seputar aksi penjualan saham oleh pemilik serta aksi dari bursa,” tutur Fajar.

 

 


Industri Peternakan

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meski begitu, dari sisi industri poultry masih memiliki prospek cerah pada tahun ini. Pandangan itu merujuk pada tren penurunan harga komoditas bahan baku pakan ternak dan daya beli masyarakat yang relatif masih terjaga.

Mahalnya harga pakan ternak unggas nasional dan dampak wabah endemi Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada ternak sapi menjadi faktor utama yang menekan pendapatan dan laba PT Widodo Makmur Unggas Tbk pada tahun lalu.

"Prospek tahun masih cukup positif, di tengah masih solidnya daya beli masyarakat yang didorong oleh kenaikan upah minimum dan kampanye politik. Selain itu, harga komoditas pertanian yang sudah melandai berpotensi menekan biaya bahan baku dari emiten poultry,” ujar Fajar.

Sementara itu, terkait harga saham WMUU dan PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) atau Moratelindo Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuan BEI Kristian Manullang menuturkan, bursa memantau atas setiap transaksi perdagangan saham yang terjadi di bursa dan akan melakukan tindakan pengawasan apabila diperlukan.

 


Saham WMUU Betah Menyelam di Zona Merah

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) kembali ditutup merah pada perdagangan Rabu, 11 Januari 2023. Saham WMUU terkoreksi 3 poin atau 5,56 persen ke posisi 51. Selama sepekan, saham WMUU turun 27,14 persen.

Melansir data RTI, penurunan saham WMUU terjadi sejak akhir tahun lalu, tepatnya pada 28 Desember 2022. Di mana saham WMUU ditutup turun 4,9 persen ke posisi 97. Sejak saat itu, saham WMUU terpantau betah di zona merah, bahkan sentuh auto reject bawah (ARB) secara berturut-turut pada perdagangan berikutnya hingga hari ini.

Ini bukan kali pertama saham WMUU mencatatkan penurunan signifikan. Berdasarkan catatan Liputan6.com, WMUU sempat mengalami tren serupa pada Februari 2021. Tak lama setelah perusahaan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Februari 2021.

Saat debut perdana melantai di bursa, saham WMUU terpantau naik sebesar 34,44 persen ke level 242 dan mencapai Auto Reject Atas (ARA) dengan kenaikan 35 persen dengan volume perdagangan mencapai 10,14 juta lot.

 

 


Selanjutnya

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada hari berikutnya, saham WMUU kembali menyentuh ARA dengan kenaikan 24,79 persen ke posisi Rp 302, dengan volume yang terjaga tetap tinggi 8,6 juta lot. Namun, pada hari ketiga perdagangan, saham WMUU tiba-tiba anjlok bahkan terpaksa ditutup di level ARB, atau terkontraksi 6,38 persen ke posisi 282. Tren ini berlanjut pada 5 Februari 2021, di mana WMUU anjlok 6,38 persen  ke posisi 264.

Sebelumnya, PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) mengumumkan perubahan kepemilikan saham perseroan. Dalam rangka realisasi investasi, pemilik sekaligus Komisaris Utama PT Widodo Makmur Unggas Tbk Tumiyana menjual 323.317.L00 lembar saham WMUU.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi dilaksanakan melalui pasar negosiasi di Bursa Efek indonesia pada 15-19 Desember 2O22. Harga transaksi saham di pasar negosiasi yakni Rp 96-97 per lembar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya