Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin mencopot komandan perang pasukan Rusia di Ukraina Sergei Surovikin. Peristiwa ini terjadi hanya tiga bulan setelah sang jenderal dilantik.
Posisi yang ditinggalkan Surovikin sekarang akan diisi oleh Kepala Staf Umum Valery Gerasimov. Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (12/1/2023).
Advertisement
Jenderal Gerasimov adalah kepala staf umum Rusia terlama di era pasca-Uni Soviet. Ia menjabat sejak tahun 2012.
Sementara itu, sosok Surovikin - yang sekarang menjadi wakil Gerasimov - dikenal sebagai "Jenderal Armageddon". Julukan itu melekat karena taktik brutalnya dalam perang, termasuk dalam operasi Rusia di Suriah, khususnya pengeboman besar-besaran di Kota Aleppo.
Tidak lama setelah Surovikin ditunjuk untuk memimpin operasi serangan di Ukraina pada Oktober lalu, Rusia memulai kampanye untuk menghancurkan infrastruktur energi Ukraina, meninggalkan jutaan warga sipil Ukraina tanpa listrik atau air mengalir untuk waktu yang lama di musim dingin. Di bawah kepemimpinan Surovikin terjadi pula kemunduran di Kherson, yang menandai kesuksesan besar bagi Ukraina.
Untuk Meningkatkan Kualitas dan Efektivitas Pasukan Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan keputusan mengganti Jenderal Surovikin ditujukan untuk mengorganisir kontak yang lebih dekat antara berbagai cabang angkatan bersenjata dan meningkatkan kualitas serta efektivitas manajemen pasukan Rusia.
Namun, sejumlah pihak menilai bahwa langkah Rusia tersebut sebagai tanda bahwa Surovikin mungkin telah mendapatkan terlalu banyak kekuasaan.
"Sebagai komandan di Ukraina, Surovikin menjadi sangat kuat, dan kemungkinan melampaui (Menteri Pertahanan Rusia Sergei) Shoigu dan Gerasimov ketika berbicara dengan Putin," tulis analis militer Rob Lee di Twitter.
Beberapa blogger militer hawkish Rusia, yang mendukung perang tetapi sering mengkritik cara pelaksanaannya, sangat kritis terhadap kepemimpinan militer Rusia, termasuk penunjukan Jenderal Gerasimov.
Pengumuman penggantian Surovikin datang di tengah klaim kemenangan Rusia di Kota Soledar.
Jatuhnya Soledar disebut dapat membantu pasukan Rusia dalam serangan mereka di kota strategis Bakhmut. Kota Soledar memiliki tambang garam yang dalam, yang dapat digunakan untuk menempatkan pasukan dan menyimpan peralatan, terlindung dari misil Ukraina.
Advertisement
Klaim Kemenangan Wagner
Klaim kemenangan atas Soledar disampaikan kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner.
Pada Selasa (10/1) malam, pemimpin kelompok itu, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pasukannya menguasai Soledar sepenuhnya. Namun, pada Rabu (11/1) Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang dinilai bertentangan dengan klaim Wagner.
Hal tersebut menyebabkan Prigozhin mengulangi klaimnya pada Rabu malam. Dalam pernyataan singkat di Telegram, dia mengaku bahwa tentara bayarannya telah membunuh sekitar 500 tentara pro-Ukraina.
"Seluruh kota dipenuhi mayat tentara Ukraina," tulisnya.
Ukraina baru-baru ini membuat komentar serupa tentang mayat Rusia.
Perbedaan dalam narasi resmi Rusia seputar Soledar mengisyaratkan perpecahan dalam kepemimpinan militer negara itu, khususnya antara Grup Wagner dan kementerian pertahanan.
Ukraina Bantah Klaim Wagner
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah bahwa Kota Soledar telah jatuh ke tangan Rusia.
"Negara teroris dan propagandisnya berusaha berpura-pura telah mencapai beberapa keberhasilan di Soledar," kata Zelensky dalam pidatonya pada Rabu. "Tetapi pertempuran terus berlanjut".
"Kami melakukan segalanya, tanpa henti satu hari pun, untuk memperkuat pertahanan Ukraina. Potensi kami berkembang," tambahnya.
Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dan hingga kini perdamaian belum mencapai titik temu.
Advertisement