Pemerintah Jerman menyetujui tawaran seorang peneliti Israel untuk menemukan harta karun bernilai miliaran dolar milik Nazi dalam bentuk emas batangan, di sebuah danau dekat Berlin.
Legenda menyebut, 18 peti berisi emas dan platinum diceburkan oleh skuad SS dibantu sejumlah tawanan dari Polandia -- yang lantas dieksekusi mati -- di Danau Stolpsee di Brandenburg di penghujung Perang Dunia II. Harta itu diperkirakan terbaring di kedalaman kurang dari 50 kaki atau 15,24 meter.
Emas tersebut diduga dilempar ke danau sebagai bagian dari operasi rahasia dengan kode 'Operation Nibelung'-- mengambil nama dari mitos Burgundi yang kisah dipentaskan dalam opera berjudul "Der Ring des Nibelungen" atau "Cincin dari Nibelung" karya Richard Wagner.
Kisah keberadaan emas ini sudah bocor sejak puluhan tahun, membuat danau yang berada di wilayah bekas Jerman Timur itu menjadi target polisi rahasia Stasi yang panik, berniat menjual harta karun itu untuk ditukar dengan mata uang asing, sebelum negara bangkrut.
Nilai keseluruhan harta tersebut diperkirakan mencapai 1 miliar pound sterling atau sekitar Rp14,8 triliun.
Berbeda dengan pencarian di masa lalu, tim Israel membawa peralatan sonar untuk melacak keberadaan emas yang diduga berada di bawah lapisan lumpur tebal.
Asal Usul Harta
Harta itu adalah milik Hermann Goering, kepala Luftwaffe -- kesatuan angkatan udara, pernah menjadi deputi Hilter, sekaligus pencuri terbesar dari Reich Ketiga, yang menyimpan barang jarahannya di rumah berburunya di Carinhall, 80 kilometer di utara Berlin.
Carinhall menyimpan sejumlah harta paling berharga dan indah di Eropa, yang dicuri atas perintah Goering. Namun, gudang harta itu lantas dikosongkan di awal tahun 1945, menyusul pergerakan Tentara Merah Uni Soviet yang mendekati Berlin, dan akhirnya meledakkan Carinhall.
Dan meski hancur lebur, puing Carinhall yang berada di antara pepohonan menjadi magnet yang menarik para pemburu harta karun, untuk menemukan apa yang mereka yakini sebagai harta yang tertinggal di bunker rahasia.
Sementara, emas di dasar Danau Stolpsee diduga dijarah Goering dari bank Polandia, selama invasi Nazi pada tahun 1939.
Dokumen Harta Karun
Usaha pencarian kembali hidup menyusul klaim dari seorang pastor lokal, Erich Koehler (79) yang sekian lama meneliti soal legenda harta karun itu. "Para pencari di masa lalu belum memiliki teknologi untuk memeriksa danau itu secara maksimal," kata dia, seperti dimuat Daily Mail (20/2/2013).
Kala itu, Erich Mielke, kepala Stasi, meyakini cerita itu dan mendapat persetujuan politbiro untuk melakukan pencarian kembali pada tahun 1986.
Perburuan itu memakai sandi "Operation Autumn Wind" - operasi angin musim gugur. Namun gagal.
Sementara tim Israel mengaku percaya diri bisa menemukan peti-peti emas itu, sebab, selain punya teknologi canggih, mereka juga menemukan dokumen milik Arsip Pemerintah Federal Jerman di Koblenz.
Dokumen itu adalah milik SS yang dilengkapi pernyataan saksi soal kejadian di danau tersebut pada Maret 1945, menguatkan teori bahwa memang ada harta yang dilempar ke sana.
Dalam dokumen, salah satu saksi mata, Eckhard Litz, mengaku melihat sekitar 20-30 manusia sekurus kerangka mengenakan garis-garis seragam kamp konsentrasi dipaksa membawa kotak-kotak berat.
Peti-peti itu lalu diangkut dengan dua perahu menuju tengah danau dan dilempar. Lalu, para tahanan itu ditembak mati.
Sementara, ilmuwan Israel, Yaron Svoray (59) mengatakan pencarian yang akan dilakukannya tak melulu soal harta. "Tapi tentang orang-orang yang sejatinya berhak atas harta itu. Untuk menempatkan hal di tempat yang seharusnya." (Ein)
Legenda menyebut, 18 peti berisi emas dan platinum diceburkan oleh skuad SS dibantu sejumlah tawanan dari Polandia -- yang lantas dieksekusi mati -- di Danau Stolpsee di Brandenburg di penghujung Perang Dunia II. Harta itu diperkirakan terbaring di kedalaman kurang dari 50 kaki atau 15,24 meter.
Emas tersebut diduga dilempar ke danau sebagai bagian dari operasi rahasia dengan kode 'Operation Nibelung'-- mengambil nama dari mitos Burgundi yang kisah dipentaskan dalam opera berjudul "Der Ring des Nibelungen" atau "Cincin dari Nibelung" karya Richard Wagner.
Kisah keberadaan emas ini sudah bocor sejak puluhan tahun, membuat danau yang berada di wilayah bekas Jerman Timur itu menjadi target polisi rahasia Stasi yang panik, berniat menjual harta karun itu untuk ditukar dengan mata uang asing, sebelum negara bangkrut.
Nilai keseluruhan harta tersebut diperkirakan mencapai 1 miliar pound sterling atau sekitar Rp14,8 triliun.
Berbeda dengan pencarian di masa lalu, tim Israel membawa peralatan sonar untuk melacak keberadaan emas yang diduga berada di bawah lapisan lumpur tebal.
Asal Usul Harta
Harta itu adalah milik Hermann Goering, kepala Luftwaffe -- kesatuan angkatan udara, pernah menjadi deputi Hilter, sekaligus pencuri terbesar dari Reich Ketiga, yang menyimpan barang jarahannya di rumah berburunya di Carinhall, 80 kilometer di utara Berlin.
Carinhall menyimpan sejumlah harta paling berharga dan indah di Eropa, yang dicuri atas perintah Goering. Namun, gudang harta itu lantas dikosongkan di awal tahun 1945, menyusul pergerakan Tentara Merah Uni Soviet yang mendekati Berlin, dan akhirnya meledakkan Carinhall.
Dan meski hancur lebur, puing Carinhall yang berada di antara pepohonan menjadi magnet yang menarik para pemburu harta karun, untuk menemukan apa yang mereka yakini sebagai harta yang tertinggal di bunker rahasia.
Sementara, emas di dasar Danau Stolpsee diduga dijarah Goering dari bank Polandia, selama invasi Nazi pada tahun 1939.
Dokumen Harta Karun
Usaha pencarian kembali hidup menyusul klaim dari seorang pastor lokal, Erich Koehler (79) yang sekian lama meneliti soal legenda harta karun itu. "Para pencari di masa lalu belum memiliki teknologi untuk memeriksa danau itu secara maksimal," kata dia, seperti dimuat Daily Mail (20/2/2013).
Kala itu, Erich Mielke, kepala Stasi, meyakini cerita itu dan mendapat persetujuan politbiro untuk melakukan pencarian kembali pada tahun 1986.
Perburuan itu memakai sandi "Operation Autumn Wind" - operasi angin musim gugur. Namun gagal.
Sementara tim Israel mengaku percaya diri bisa menemukan peti-peti emas itu, sebab, selain punya teknologi canggih, mereka juga menemukan dokumen milik Arsip Pemerintah Federal Jerman di Koblenz.
Dokumen itu adalah milik SS yang dilengkapi pernyataan saksi soal kejadian di danau tersebut pada Maret 1945, menguatkan teori bahwa memang ada harta yang dilempar ke sana.
Dalam dokumen, salah satu saksi mata, Eckhard Litz, mengaku melihat sekitar 20-30 manusia sekurus kerangka mengenakan garis-garis seragam kamp konsentrasi dipaksa membawa kotak-kotak berat.
Peti-peti itu lalu diangkut dengan dua perahu menuju tengah danau dan dilempar. Lalu, para tahanan itu ditembak mati.
Sementara, ilmuwan Israel, Yaron Svoray (59) mengatakan pencarian yang akan dilakukannya tak melulu soal harta. "Tapi tentang orang-orang yang sejatinya berhak atas harta itu. Untuk menempatkan hal di tempat yang seharusnya." (Ein)