Dibayangi Resesi, Bos Erajaya Yakin Permintaan Gadget Masih Solid

Wakil Direktur Utama Erajaya Swasembada atau CEO Erajaya Digital Joy Wahjudi menilai ancaman resesi pada 2023 tidak akan berdampak signifikan untuk industri ritel.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Jan 2023, 10:42 WIB
Berbagai macam produk baru yang bergaya fashion digital hadir di gerai Urban Republik di Pondok Indah, Jakarta, Jumat (7/10). Perusahaan baru dari Erajaya ini memfasilitasi masyarakat urban untuk memenuhi gaya hidup perkotaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) melalui vertikal bisnisnya Erajaya Digital meyakini permintaan produk gadget pada 2023 akan meningkat.

Wakil Direktur Utama Erajaya Swasembada atau CEO Erajaya Digital Joy Wahjudi menilai ancaman resesi pada 2023 ini tidak akan berdampak signifikan untuk industri ritel baik produk telekomunikasi, khususnya gadget. 

"Kami melihat belanja konsumen di Indonesia masih solid," kata Joy saat Media Group Interview, ditulis Kamis (12/1/2022).

Seperti diketahui, Erajaya Digital memberikan kontribusi hingga 90 persen terhadap total penjualan Grup Erajaya Swa.  Dengan demikian, ERAA melalui Erajaya Digital optimistis bisa meraih kinerja positif pada tahun ini.

Sementara itu, penjualan Erajaya Digital mayoritas ditopang oleh produk dari merek Samsung, Apple, dan Xiaomi. Tiga merek tersebut juga memiliki gerai sendiri yang tentunya dikelola oleh Erajaya Digital.

Joy menyebutkan, penjualan gadget yang dilakukan Erajaya Digital menghasilkan margin laba kotor (gross profit margin) di kisaran 7 persen - 10 persen hingga kuartal III 2022.  Erajaya Digital bakal memperkuat infrastruktur digital untuk menopang penjualan produk secara online.

"Digitalisasi ini bukan untuk menggantikan penjualan offline, tetapi untuk mempermudahnya," ujar dia.

Di sisi lain, dalam mempermudah pelanggan, Erajaya Digital juga memberikan penawaran cicilan pembayaran gadget melalui kredit bank maupun non bank.

"Kita kerja sama dengan Home Credit dan Kredivo untuk cicilan," ujar dia.

Ia menyebutkan, skema cicilan tersebut ditawarkan untuk mempermudah proses pembayaran, karena tidak semua orang dengan mudah mengeluarkan uang dalam membeli gadget.

 


Bidik Punya 600 Gerai Erajaya Digital

Antrean preorder iPhone di iBox Central Park. (Dok: Erajaya)

Sebelumnya, Erajaya Swasembada Tbk atau Erajaya Group (ERAA) akan ekspansi melalui vertikal bisnis Erajaya Digital pada 2023.

Wakil Direktur Utama Erajaya Swasembada atau CEO Erajaya Digital, Joy Wahjudi menuturkan, pihaknya menargetkan memiliki 600 gerai untuk vertikal bisnis Erajaya Digital pada 2023.

"Sejauh ini, gerai kami terdiri dari Erafone, IBox, Xiaomi dan Erablue," kata Joy dalam Group Media Interview, Rabu (11/1/2022).

Berdasarkan historis, untuk membuka satu gerai tersebut membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1 miliar.  "Satu toko sekitar Rp 1 miliar. Ada yang sewa juga dan bikin," kata dia.

Ia mengatakan, untuk jenis kemitraan ada kemungkinan biaya pembukaan gerai menjadi lebih murah.

"Mungkin, bisa lebih murah kalo kemitraan. Kemitraan itu bagus, ada garansi profit," ujar dia.

Sebelumnya, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) akan ekspansi melalui empat vertikal bisnis, seperti Erajaya Digital, Erajaya Active Lifestyle, Erajaya Food and Nourishment dan Erajaya Beauty and Wellness.

 Head of Corporate Communications grup Erajaya, Djunadi Satrio mengatakan, transformasi Erajaya ditandai dengan dibentuknya empat vertikal bisnis, yakni Erajaya Digital, Erajaya Active Lifestyle, Erajaya Food and Nourishment dan Erajaya Beauty and Wellness.

"Ke depannya, Erajaya akan fokus di pengembangan empat lini bisnis ini, dalam perjalanan menjadi lifestyle smart retailer terbesar di Asia Tenggara," kata Djunadi kepada awak media, ditulis Rabu, 17 Agustus 2022.

 

 


Lini Bisnis

Antrean preorder iPhone di Erafone Medan Fair. (Dok: Erajaya)

Sementara itu, Direktur Erajaya Group Jeremy Sim mengungkapkan, belum lama ini salah satu unit bisnis Erajaya Beauty and Wellness membuka apotek Wellings

Dia menambahkan, pada tahun ini lini bisnis Beauty and Wellness akan menambah 10 toko. Lalu, total toko lini bisnis tersebut sudah mencapai 33 toko hingga kuartal I 2022.

"1.400 Stock Keeping Unit (SKU) (pada Erajaya Beauty and Wellness), anak usaha bisnis Face Shop, Wellings Pharmacy, dan barang medical," kata Jeremy.

Selain itu, untuk lini bisnis Erajaya Digital akan menambah 54 toko hingga akhir 2022. Jeremy juga menuturkan, untuk unit bisnis di bawah naungan Erajaya Active Lifestyle ada Urban Republic, JD Sport, DJI, IT, Garmin, Marshall dan Asics.

Kemudian, lini bisnis Erajaya Food and Nourishment menargetkan untuk menambah 43 toko hingga akhir 2022.

Adapun, unit bisnis di bawah naungan Erajaya Food and Nourishment, yakni Paris Baguette, Grand Lucky, Sushi Tei, Hokaido-ya, Yokayoka, dan Tom Sushi. Djunadi juga menuturkan, realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) Erajaya Swasembada mencapai Rp 147 miliar untuk kuartal I 2022. 

"Data realisasi capex yang terakhir kami rilis adalah untuk kuartal I 2022, sebesar Rp 147 miliar," ujar dia.

 


Kinerja Kuartal III 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan penjualan bersih Rp 34,94 triliun.

Penjualan itu naik 12,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 32,18 triliun. Bersamaan dengan itu, Erajaya Swasembada mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan menjadi Rp 31,38 triliun dari Rp 28,16 triliun pada September tahun lalu.

Meski begitu, laba bruto perseroan masih naik dari Rp 3,02 triliun pada September 2021, menjadi Rp 3,56 triliun pada September 2022. Melansir laporan keuangan perseroan, Selasa (15/11/2022), pada periode ini perseroan juga mencatatkan beban penjualan dan distribusi sebesar Rp 1,36 triliun dan beban umum dan administrasi Rp 1,13 triliun.

Kemudian pendapatan lainnya Rp 173,34 miliar serta beban lainnya Rp 89,36 miliar. Pendapatan keuangan hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 4,03 miliar, biaya keuangan Rp 185,81 miliar, dan bagian rugi entitas asosiasi sebesar Rp 3,55 miliar.

Setelah dikurangi pajak, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan sebesar Rp 677,11 miliar. Turun 15,29 persen dibandingkan September 2021 sebesar Rp 799,29 miliar.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 5,41 persen menjadi Rp 680,29 miliar dari Rp 719,21 miliar pada periode sembilan bulan tahun lalu. Dengan demikian, laba per saham dasar turun menjadi Rp 43 dari sebelumnya Rp 45.

Dari sisi aset perseroan hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 16,02 triliun, naik dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 11,37 triliun. Liabilitas naik signifikan menjadi Rp 9,27 triliun dari Rp 4,91 triliun pada Desember 2021. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 6,75 triliun dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 6,46 triliun.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 15 November 2022 hingga sesi pertama, saham ERAA turun 1 persen ke posisi Rp 396 per saham.

Saham ERAA dibuka stagnan Rp 400 per saham. Saham ERAA berada di level tertinggi Rp 404 dan terendah Rp 394 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.036 kali dengan volume perdagangan 236.316 saham. Nilai transaksi Rp 9,4 miliar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya