Liputan6.com, Jakarta - Topik terkait keracunan nitrogen cair dalam jajanan ciki ngebul tengah ramai diperbincangkan. Pasalnya hingga kini, sudah ada puluhan anak yang dilaporkan menjadi korbannya.
Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Anas Ma'ruf mengungkapkan bahwa dari semua laporan yang diterima, setidaknya ada 10 anak yang mengalami gejala.
Advertisement
"Kalau total yang dilaporkan dengan gejala di Ponorogo satu orang, Tasikmalaya 23 orang, tetapi tujuh yang bergejala, satu orang di rumah sakit Jakarta. Satu lagi baru dilaporkan dari Jawa Timur. Jadi, ada sekitar 10 kasus dengan gejala," kata Anas dalam konferensi pers secara daring, Kamis (12/1/2023).
Anas pun turut mengungkapkan soal biaya pengobatan untuk pasien ciki ngebul. Jika melihat dari jumlah kasusnya, pasien ciki ngebul masih di beberapa tempat saja. Sehingga biaya pengobatannya belum bisa ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.
Namun, biaya pengobatan pasien bisa menggunakan BPJS dan asuransi swasta. Hal ini lantaran keracunan akibat ciki ngebul belum ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
"Pembiayaan tentu karena ini belum penetapan status KLB oleh pemerintah daerah, apalagi tingkat nasional juga belum, maka pembiayaan tentu mengikuti pola seperti yang biasa. Apakah menggunakan asuransinya, BPJS, atau metode yang lain," kata Anas.
Menurut Anas, saat ini fokus pemerintah masih dalam tahap melakukan edukasi. Tak hanya pada masyarakat, edukasi turut dilakukan pada para pelaku usaha.
"Yang kita utamakan adalah bagaimana melakukan kewaspadaan. Sasaran kita adalah selain edukasi untuk masyarakat, kemudian edukasi pada pelaku usaha," ujar Anas.
Saat Ini Banyak Ditemukan di UMKM
Lebih lanjut Anas mengungkapkan bahwa penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji seperti ciki ngebul sebenarnya sudah cukup lama. Anda mungkin salah satu yang tak asing melihat jajanan ciki ngebul tersebut.
"Penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji sebetulnya sudah cukup lama. Ini digunakan tidak hanya di laboratorium saja, tapi memang di pangan juga digunakan," ujar Anas.
"Kalau dulu hanya tersedia di berbagai mal besar, saat ini sudah banyak ditemukan di kalangan masyarakat. UMKM atau istilah lainnya food street, itu (ciki ngebul) sudah banyak ditemukan. Termasuk di pasar malam dan sebagainya," tambahnya.
Sebelumnya Anas mengungkapkan, jika melihat data Kemenkes RI yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada laporan keracunan pangan yang berkaitan dengan nitrogen cair dalam ciki ngebul.
"Dari data yang kami dapatkan, baru ada kejadian (keracunan) terekam itu 2022. Kami cek kembali tahun 2021, 2022, dari laporan kejadian keracunan pangan itu tidak ada laporan," kata Anas.
Advertisement
Laporan Dimulai Sejak Juli 2022
Awal mula laporan keracunan ciki ngebul sendiri terjadi pada Juli 2022. Saat itu ada laporan satu kasus di desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Anak tersebut mengonsumsi ciki ngebul kemudian mengalami luka bakar.
Selanjutnya laporan kedua muncul pada 19 November 2022 di UPTD Puskesmas Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya dengan korban anak sebanyak 23 orang. Satu diantara 23 anak tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami gejala.
Laporan ketiga muncul pada 21 Desember 2022 dari UGD Rumah Sakit Haji Jakarta. Pasien berusia 4,2 tahun dan datang dengan keluhan sakit perut yang hebat setelah mengonsumsi ciki ngebul.
"Setelah kita menyampaikan edaran, sosialisasi, hari ini ada laporan (yang keempat) satu dari Jawa Timur kemungkinan anak mengalami kejadian atau keracunan terkait dengan ciki ngebul. Saat ini sudah dilakukan investigasi," ujar Anas.
Dampak Kesehatan dari Nitrogen Cair
Anas pun menjabarkan apa-apa saja yang menjadi dampak kesehatan bila terkena nitrogen cair. Salah satu yang utama dapat menyebabkan radang dingin dan luka bakar terutama pada jaringan lunak seperti kulit, mukosa, dan sebagainya.
Dampaknya berupa tenggorokan yang terasa seperti terbakar karena suhu yang sangat dingin dan bersentuhan langsung dengan organ. Sehingga memicu kerusakan internal organ tubuh.
"Kemudian kalau terhirup itu bisa menimbulkan persoalan karena dinginnya tadi. Bisa menimbulkan masalah di pernapasan. Juga, dapat menyebabkan gangguan di saluran pencernaan kalau dia tertelan," kata Anas.
"Bisa di tenggorokannya sampai ke lambung dan sebagainya. Sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan kalau tertelan," tambahnya.
Advertisement