Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA menjadi salah satu emiten perbankan dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank swasta Indonesia ini memiliki value perusahaan yang fokus pada nasabah sebagai aset penting dalam bisnisnya.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis, 12 Januari 2023, kapitalisasi pasar saham BCA tercatat Rp 998 triliun. Kapitalisasi pasar BCA posisi pertama di antara 10 saham emiten kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.
Advertisement
Melansir laman resminya, Jumat (13/1/2023), bisnis PT Bank Central Asia Tbk berawal dari NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA) yang didirikan pada 1955.
BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di daerah Asemka, Jakarta. Kantor tersebut merupakan cabang BCA pertama berdiri.
Beroperasinya BCA sebagai bank swasta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no.42855/U.M.II tertanggal 14 Maret 1957 perihal izin melakukan usaha bank.
Kemudian, nama Bank diubah menjadi PT Bank Central Asia (BCA) BCA memperkuat jaringan layanan cabang yang efektif pada 2 September 1975. Pada 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa yang melakukan kegiatan jual-beli secara keseluruhan dengan menggunakan mata uang asing hingga ke luar negeri.
Bank Central Asia pun memperluas jaringan kantor cabang secara agresif sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia pada 1980-an. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun pengembangan teknologi informasi, dengan menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan atau biasa disebut Tahapan BCA.
Pengembangan Bisnis
Lalu, BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) pada 1990-an.
Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA bekerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA.
BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA.
Sedangkan, pada 1998-an, Indonesia mengalami krisis moneter. BCA mengalami bank rush. Pada 1998 BCA menjadi Bank Take Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), suatu institusi Pemerintah.
Selanjutnya, pada 1999-an, proses rekapitalisasi BCA selesai, dimana Pemerintah Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8 persen saham BCA sebagai hasil pertukaran dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Dalam proses rekapitalisasi tersebut, kredit pihak terkait dipertukarkan dengan Obligasi Pemerintah.
BCA melakukan pengembangan bisnis pada periode 2000-2005-an dengan memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, internet banking KlikBCA, mobile banking m-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain.
Selain itu, BCA mendirikan fasilitas disaster recovery center di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang pembiayaan mobil melalui entitas anaknya, BCA Finance.
Advertisement
Gelar IPO
Pada 2001, BPPN melakukan divestasi 22,5 persen dari seluruh saham BCA melalui penawaran saham publik perdana (initial public offering/IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang menjadi 70,3 persen.
Penawaran publik kedua (secondary public offering) 10 persen dari total saham BCA. Kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 60,3 persen..
Pada 2002, FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51 persen total saham BCA melalui proses tender strategic private placement.
BPPN melakukan divestasi atas 1,4 persen saham saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas pada 2004. Pemerintah Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan divestasi seluruh sisa kepemilikan saham BCA sebesar 5,02 persen pada 2005.
Produk Perseroan
Adapun, BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap. BCA meluncurkan kartu prabayar, Flazz Card, serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksi pada 2007.
BCA secara proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksi pada 2008-2009.
BCA telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional. BCA membuka layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth individual.
Tak hanya itu, pada 2010-2013, BCA memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah, pembiayaan sepeda motor, asuransi umum dan sekuritas. Di tahun 2013, BCA menambah kepemilikan efektif dari 25 persen menjadi 100 persen pada perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Umum BCA (sebelumnya bernama PT Central Sejahtera Insurance dan dikenal juga sebagai BCA Insurance).
BCA memperkuat bisnis perbankan transaksi melalui pengembangan produk dan layanan yang inovatif, di antaranya aplikasi mobile banking untuk smartphone terkini, layanan penyelesaian pembayaran melalui e-commerce, dan mengembangkan konsep baru Electronic Banking Center yang melengkapi ATM Center dengan tambahan fitur-fitur yang didukung teknologi terkini.
Guna meningkatkan keandalan layanan perbankannya, BCA telah menyelesaikan pembangunan Disaster Recovery Center (DRC) di Surabaya yang berfungsi sebagai disaster recovery backup data center yang terintegrasi dengan dua mirroring data center. DRC yang baru menggantikan DRC yang sebelumnya berlokasi di Singapura.
Pada 2014-2016, BCA mengembangkan ‘MyBCA’, suatu gerai layanan perbankan digital yang dapat digunakan secara mandiri (self service); melanjutkan pengembangan jaringan ATM berbasis Cash Recycling Machine dan meluncurkan produk 'Sakuku’, electronic wallet berbasis aplikasi.
Advertisement
Ekspansi Perseroan
Untuk segmen nasabah institusi, BCA menyempurnakan layanan cash management BCA melalui internet banking platform, ‘KlikBCA Integrated Business Solution’. Layanan ini memiliki fitur-fitur yang diperlukan oleh nasabah pebisnis.
Pada Januari 2014, BCA menyelesaikan pembelian saham PT Central Santosa Finance (CS Finance), suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan sepeda motor, sehingga kepemilikan saham BCA terhadap CS Finance secara efektif meningkat dari 25 persen menjadi 70 persen. Di samping itu, BCA memperoleh izin untuk memberikan layanan asuransi jiwa melalui PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life).
Selama Juli 2016 sampai dengan Maret 2017, BCA turut berpartisipasi dalam menyukseskan program tax amnesty dengan menjalankan perannya sebagai bank persepsi dari bank gateway.
Lalu, pada 2017-2018 di bidang e-commerce dan cashless payment settlement, BCA membangun kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan fintech atau e-commerce melalui Application Programming Interface (API) platformyang memfasilitasi konektivitas antara sistem perusahaan-perusahaan tersebut dengan sistem perbankan transaksi BCA.
Berbagai metode pembayaran transaksi secara online terus dibangun. Melalui aplikasi ‘BCA mobile’ dan ‘Sakuku’, BCA meluncurkan fitur peer-to-peer transfer berbasis teknologi QR code pada 2018.
BCA juga meluncurkan layanan ‘OneKlik’, suatu fitur pembayaran pada online merchants yang mengutamakan kecepatan dan kenyamanan transaksi.
Memanfaatkan teknologi artificial intelligence, BCA mengembangkan ‘VIRA’ suatu Virtual Assistant yang dapat diakses melalui berbagai aplikasi chat ternama. Proyek percontohan sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diluncurkan di beberapa cabang untuk meningkatkan penetrasi di tengah ketatnya persaingan pada segmen tersebut.
Ekspansi dan Aksi Korporasi
BCA menandatangani pembaharuan perjanjian dengan PT AIA Financial (AIA Indonesia) pada 2017 guna memperluas ruang lingkup kerja sama di bidang bancassurance.
BCA meningkatkan penyertaan pada entitas anak CS Finance, BCA Sekuritas dan BCA Life pada 2017 untuk semakin memperkokoh integrasi dan meningkatkan kerja sama bisnis entitas-entitas anak tersebut dengan BCA.
Pada Oktober 2019, BCA menyelesaikan akuisisi PT Bank Royal Indonesia dengan kepemilikan efektif (langsung maupun tidak langsung) sebesar 100 persen. Pasca akuisisi, model bisnis Bank Royal akan difokuskan sebagai bank digital untuk bersinergi dengan jaringan perbankan digital BCA.
BCA menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk pengambilalihan 100 persen saham PT Bank Rabobank International Indonesia, dengan persyaratan mendapat persetujuan dari regulator dan para pemegang saham. BCA melakukan penambahan modal pada BCA Syariah dan CCV untuk mendukung pertumbuhan bisnis dari masing-masing entitas anak.
BCA meluncurkan serangkaian inovasi layanan digital pada 2019, termasuk BCA Keyboard (untuk akses langsung ke layanan transaksi perbankan di berbagai online chat platform), pembukaan rekening melalui BCA Mobile dan WELMA (sebuah mobile apps untuk layanan wealth management) BCA mengembangkan konsep future branch model dengan memanfaatkan beragam perangkat teknologi digital. Melalui konsep ini akan semakin memperkuat customer experience dan meningkatkan efisiensi operasional di kantor cabang.
Advertisement
Kinerja Keuangan Kuartal III 2022
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak melanjutkan tren pertumbuhan kinerja hingga sembilan bulan pertama 2022, dengan membukukan peningkatan total kredit sebesar 12,6 persen secara tahunan per September 2022.
Laba bersih BCA dan entitas anak mencapai Rp 29 triliun atau meningkat 24,8 persen pada kuartal III 2022, atau tumbuh 24,8 persen secara tahunan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menuturkan, dari sisi pendanaan, dana giro dan tabungan (CASA) naik 15,1 persen secara tahunan, ditopang oleh tingginya frekuensi transaksi dan peningkatan basis nasabah.
"Pertumbuhan kredit BCA terjadi di seluruh segmen sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di berbagai sektor ekonomi. Kredit korporasi meningkat 13,4 persen secara tahunan mencapai Rp 306,1 triliun pada September 2022, sedangkan kredit komersial dan UKM naik 12,6 persen secara tahunan mencapai Rp203,5 triliun,” kata Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya.
Sementara itu, KPR tumbuh 10,4 persen secara tahunan menjadi Rp105,0 triliun, dan KKB naik 9,2 persen secara tahunan menjadi Rp43,8 triliun. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,8 persen secara tahunan menjadi Rp13,0 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 10,4 persen secara tahunan menjadi Rp165,0 triliun.
Secara keseluruhan, total kredit Bank Central Asia naik 12,6 persen secara tahunan menjadi Rp682,0 triliun. Sehubungan dengan penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan, portofolio BCA tumbuh 18,6 persen secara tahunan menjadi Rp172,7 triliun per September 2022, atau berkontribusi hingga 25,1 persen terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
"Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 11,7 persen pada sembilan bulan pertama 2022, dibandingkan 17,1 persen pada tahun sebelumnya,” kata dia.
Rasio Keuangan
Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,2 persen, sementara rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang solid, masing-masing sebesar 247,9 persen dan 49,9 persen.
Di sisi pendanaan, CASA naik 15,1 persen secara tahunan mencapai Rp830,4 triliun per September 2022, berkontribusi hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga.
Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama bagi kenaikan total dana pihak ketiga mencapai Rp1.026 triliun, atau tumbuh 11,0 persen secara tahunan. Sejalan dengan capaian tersebut, total aset BCA naik 10,2 persen secara tahunan menjadi Rp1.289 triliun.
Sedangkan, solidnya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas perbankan transaksi. Pada sembilan bulan pertama 2022, total volume transaksi naik 39,5 persen secara tahunan mencapai 17,4 miliar transaksi.
Seiring dengan pertumbuhan kredit dan likuiditas, BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama sembilan bulan pertama 2022, yakni naik 9,3 persen secara tahunan menjadi Rp46,1 triliun. Pendapatan selain bunga tumbuh 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp16,7 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,2 persen secara tahunan.
Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp62,8 triliun atau naik 8,9 persen secara tahunan. Sementara itu, biaya provisi tercatat turun Rp3,7 triliun dibandingkan tahun lalu. Didukung oleh pencapaian-pencapaian positif tersebut, laba bersih BCA naik 24,8 persen secara tahunan menjadi Rp29 triliun.
Advertisement