Liputan6.com, Jakarta - Sebuah komet berwarna hijau akan melintasi langit Bumi untuk pertama kalinya dalam 50 ribu tahun dan kemungkinan bakal bertahan selama beberapa saat. Ketika berada di dekat Bumi, ia akan bisa dilihat melalui teropong sebagai cahaya hijau kecil.
Para ilmuwan menyebut, komet hijau ini akan berada paling dekat dengan Bumi pada 2 Februari 2023 mendatang. NASA bahkan menyebut, bukan tidak mungkin dia akan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Advertisement
Mengutip BBC, NASA menyebut komet ini sebagai C/2022 E3 (ZTF). Ia melakukan pendekatan terdekatnya ke matahari pada 12 Januari, sebelum mendekati Bumi paling dekat di 2 Februari.
Kabar mengenai komet ZTF ini juga dikonfirmasi oleh Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui laman Edukasi Sains Antariksa.
ZTF merupakan singkatan dari Zwicky Transient Facility, fasilitas pengamatan astronomis dengan medan pandang lebar, yang menggunakan kamera yang terhubung dengan teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar, California, Amerika Serikat.
Menurut Andi, komet ini pertama kali diamati pada 10 Juli 2021. Ia menjelaskan, komet ini hanya melintas satu kali dalam seumur hidup karena orbitnya yang berbentuk hiperbola.
"Orbit hiperbola adalah orbit yang mempunyai nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya," kata Andi, dikutip Jumat (13/1/2023).
Bandingkan dengan orbit parabola yang kelonjongannya tepat bernilai satu, atau orbit elips yang kelonjongannya berharga antara 0 hingga 1.
BRIN menyebut, komet ini diperkirakan bakal melintas dekat Bumi pada 2 Februari pada pukul 00.32 WIB / 01.32 WITA / 02.32 WITA pada jarak sekitar 42 juta kilometer dari planet ini.
Dapat Dilihat di Indonesia
Ketika melintas dekat Bumi, komet ini bisa disaksikan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Februari pukul 18.30 hingga 2 Februari 02.30 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) dari arah Utara dekat konstelasi Camelopardalis.
Untuk DKI Jakarta dan sekitarnya, komet ini mencapai titik tertingginya pukul 21.53 WIB dengan ketinggian 11,9 derajat.
Saat mencapai titik terdekat, komet ini terlihat di arah Utara dengan ketinggian 7,4 derajat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya. Untuk Wilayah Indonesia Timur, komet akan terbenam saat mencapai titik terdekat dengan Bumi.
Lebih lanjut dijelaskan, magnitudo komet ini saat melintas dekat Bumi mencapai +4,94. Sehingga, komet ini memungkinkan untuk bisa diamati dengan mata kepala untuk wilayah berpolusi cahaya sangat rendah (daerah pedalaman) hingga ringan (daerah pedesaan).
"Sementara, untuk wilayah berpolusi cahaya sedang (daerah pinggir kota/suburban) hingga tinggi (daerah perkotaan/urban) cukup sulit mengamati komet ini," Andi menerangkan.
Advertisement
Waktu Munculnya Komet
Komet ini dapat disaksikan untuk wilayah pedalaman dan pedesaan sejak 16 Januari pukul 02.30 hingga 05.30 waktu setempat dari arah Timur Laut dekat konstelasi Bootes.
Ketinggian maksimum mencapai 30,7 derajat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya. Waktu terbit komet ini akan lebih cepat setiap harinya dan pada 29 Januari, komet ini akan terbit di sekitar tengah malan di arah Utara dekat konstelasi Ursa Minor.
Pada 29 Januari, komet akan terlihat dua kali pada tengah malam dan pada pukul 23.00 waktu setempat. Pada 30 Januari, komet akan terbit pada jam 21.00 waktu setempat dari arah Utara dekat konstelasi Draco.
Pada 31 Januari, komet akan terbit pada pukul 19.00 waktu setempat dari arah Utara dekat konstelasi Camelopardalis.
Hingga 30 Januari, komet dapat disaksikan hingga pukul 05.30 waktu setempat di arah Utara. Sejak tanggal 31 Januari, komet terbenam pukul 04.00 waktu setempat dan waktu terbenam komet akan lebih cepat setiap harinya.
Selain itu, sejak tanggal 1 Februari, ketampakan awal komet selalu terjadi setelah Matahari terbenam dikarenakan waktu terbit komet, terjadi sebelum Matahari terbenam.
Komet ini dapat diamati tanpa alat bantu optik untuk daerah pedalaman dan pedesaan hingga 13 Februari, sejak pukul 18.30 hingga 01.00 waktu setempat dari arah Utara hingga Barat dekat konstelasi Taurus.
Kesempatan Sekali Seumur Hidup
Komet berkulminasi di arah Utara pada pukul 19.00 waktu setempat dengan ketinggian 64,2 derajat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya.
Andi pun menegaskan, untuk bisa melihat komet ini, seseorang harus mencari tempat yang bebas dari polusi cahaya, medan pandang bebas dari penghalang saat mengamati komet, dan tentunya kondisi cuaca yang cukup cerah.
Komet juga bisa diabadikan dengan kamera DSLR, kamera CCD yang terpasang dengan teleskop, dan terhubung dengan laptop atau komputer. Adapun, kesempatan untuk mengamatinya hanya sekali seumur hidup.
Andi menjelaskan, beberapa astronom ada yang memperkirakan periode komet ini 260 ribu tahun atau bahkan 50 ribu tahun.
"Meski demikian, karena orbit komet ini hiperbolik, komet hanya akan datang satu kali, seperti asteroid Oumuamua yang juga memiliki orbit hiperbolik. Diduga, komet ZTF ini adalah salah satu objek langit antarbintang karena bentuk orbitnya yang hiperbolik," kata Andi.
(Dio/Isk)
Advertisement