Hillcon Siapkan Belanja Modal hingga Rp 1 Triliun pada 2023

Selain dana IPO, PT Hillcon Tbk memerlukan pendanaan lainnya untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Jan 2023, 21:36 WIB
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Hillcon Tbk yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 1 triliun pada 2023.

Direktur Hillcon, Jaya Angdika mengatakan, belanja modal yang disiapkan sekitar Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun. Dana tersebut berasal dari beragam sumber, antara lain dari hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) maupun institusi keuangan.

"Capexnya akan ada penggabungan dengan pinjaman dari institusi, capex sekitar Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. Kita masih perlu dana yang lain, dari institusi keuangan seperti bank atau multifinance," kata Jaya dalam konferensi pers, Jumat (13/1/2023).

Hillcon akan melepas saham sebanyak-banyaknya 442,3 juta saham biasa atas nama, atau sebanyak-banyaknya 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Adapun, harga penawaran tersebut Rp 1.250 - Rp 2.000 setiap saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup calon emiten ini sebanyak Rp 884,6 miliar.

Seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anak usaha Perseroan, yaitu PT Hillconjaya Sakti (HS) dengan rincian sekitar 55 persen untuk modal kerja HS terkait dengan biaya produksi, pengembangan, termasuk di antaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat berat.

Selain itu, sisanya sekitar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel. Jenis alat yang akan dibeli, yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.


Perkuat Industri Nikel

Paparan publik penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Hillcon Tbk, Jumat, 13 Januari 2023 (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Presiden Direktur Hillcon Hersan Qiu menuturkan, melalui IPO ini Hillcon dapat ikut memperkuat industri nikel. 

"Rencana IPO Hillcon ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan bisnis, menciptakan nilai yang optimal bagi Perseroan dan stakeholder serta demi mewujudkan ekosistem industri nikel Indonesia dan global. Itu sebabnya, kami melakukan roadshow untuk menawarkan saham ke publik,” kata Hersan.

Hersan berharap, Hillcon mampu menarik investor untuk menginvestasikan dana di Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja. 

"Hillcon memiliki potensi pertumbuhan yang baik seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini memantapkan langkah Hillcon menjadi pemain industri nikel,” katanya.

Menurut Hersan, sebagai perusahaan infrastruktur pertambangan batubara, nikel dan pekerjaan sipil terkemuka yang menyediakan jasa konstruksi untuk sektor publik dan swasta, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel yang lengkap. Ini seiring pertumbuhan penjualan mobil listrik dan peningkatan konsumsi nickel metal industri baterai. 

"Ekosistem ini didukung oleh produsen nikel dalam negeri. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia," ujar dia.

 


Aset

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menegaskan, jangkauan geografis Hillcon memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di lokasi yang beragam, dan memberi Hillcon keuntungan dalam memenangkan proyek di seluruh negeri. 

Saat ini Hillcon beroperasi di sejumlah lokasi, yaitu di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara. Hal ini  memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di beragam lokasi di seluruh Indonesia. 

"Jangkauan geografis ini juga memberi Hillcon kemampuan untuk menyebarkan sumber daya ke proyek-proyek baru di seluruh negeri dengan lebih cepat, meningkatkan keunggulan kompetitifnya dalam memenangkan proyek-proyek baru,” kata dia.

Hingga September 2022, Hillcon mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Ini didorong oleh peningkatan produksi pertambangan. Perseroan juga mampu mempertahankan margin kotor yang kuat sebesar 27 persen per September 2022.

Hillcon berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp2,17 triliun per September 2022, meningkat 68,22 persen dibandingkan periode sama pada 2021 sebesar Rp1,29 triliun.

Laba kotor Hillcon melesat sebesar 10,39 persen, dari Rp524,6 miliar per September 2021 menjadi Rp579,1 miliar per September 2022. 

Sementara total aset Hillcon meningkat 28,75 persen dari Rp2,40 triliun pada 2021 menjadi Rp3,09 triliun per September 2022. 


Sempat Batal IPO, Bos Hillcon Buka Suara

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, calon emiten kontraktor tambang PT Hillcon Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah sempat tertunda pada 2022. 

Direktur Hillcon, Jaya Angdika mengungkapkan, alasan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) tertunda bukan karena adanya penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Akan tetapi, tertunda karena time table yang tidak masuk untuk efektif.

"(Status PKPU) itu sudah dicabut, alasan IPO tertunda bukan karena PKPU tapi karena timetable yang tidak keburu, time tablenya tidak tepat," kata Jaya kepada awak media, Jumat (13/1/2023).

Alhasil, Hillcon begitu antusias untuk melakukan IPO. Menurut Presiden Direktur Hillcon Hersan Qiu, Hillcon menjadi kontraktor nikel pertama yang melakukan IPO di pasar modal dan menilai sektor tambang nikel ke depannya prospektif. 

Sementara itu, harga penawaran saham tersebut di kisaran Rp 1.250 - Rp 2.000 per saham. Dengan demikian, Hillcon akan mendapatkan dana segar maksimal Rp 884,6 miliar. 

Adapun, seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anak usaha Perseroan, yaitu PT Hillconjaya Sakti (HS) dengan rincian sekitar 55 persen untuk modal kerja HS terkait dengan biaya produksi, pengembangan, termasuk diantaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat berat.

Selain itu, sisanya sekitar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel. Jenis alat yang akan dibeli, yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.

Calon emiten berkode HILL menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Tak hanya itu, HILL juga menunjuk PT Macquarie Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek dan penjamin emisi efek lain (jika ada) akan ditentukan kemudian.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya