Pembukaan Kembali China hingga Pemilu Bayangi IHSG pada 2023

Pasar modal Indonesia akan dibayangi sejumlah faktor pada 2023 mulai dari risiko geopolitik hingga pembukaan kembali China.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Jan 2023, 18:45 WIB
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah faktor global akan mempengaruhi pasar saham pada 2023. Sentimen tersebut antara lain pembukaan kembali China, risiko geopolitik, pemilihan umum (pemilu) dan penguatan dolar Amerika Serikat.

Sentimen tersebut juga sudah berdampak terhadap pasar saham Indonesia pada awal Januari 2023. Indeks Harga Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,42 persen pada 2-6 Januari 2023. Koreksi IHSG tersebut terjadi seiring China berencana impor batu bara dari Australia sehingga menekan harga batu bara. Selain itu, investor global yang mulai mengalihkan dana seiring pembukaan kembali China dan valuasi saham menarik dan laba solid menekan pasar saham Indonesia.

Di sisi lain, pasar juga berharap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve melambat pada 2023. Hal ini juga yang terlihat dapam pertemuan FOMC. Diprediksi tingkat suku bunga yang tadinya 5,1 persen menjadi 4 persen pada 2024. “Niat bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih rendah sambil pertahankan bunga tinggi menyiratkan pemerintah AS bersandar ke arah soft landing,” demikian mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Sabtu (!4/1/2023).

Sementara itu, saat dolar AS mencapai puncaknya, tekanan pada utang negara berkembang akan terus menurun. Dari sentimen pembukaan kembali China juga diharapkan berdampak positif untuk Indonesia.

Hal ini seiring kontribusi ekspor Indonesia mencapai 22,3 persen ke China hingga Oktober 2023 dan aliran investasi asing mengalir mencapai 15,5 persen hingga September 2022. Angka ini relatif tinggi dibandingkan ekspor ke Amerika Serikat 10,4 persen dan aliran dana investasi asing mencapai 1 persen hingga September 2022.

“Oleh karena itu kami mengharapkan pembukaan kembali China membawa manfaat bagi Indonesia dan pembukaan kembali ekonomi secara penuh kuartal II 2023 dan bertahap,”

 


Sentimen Lainnya

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sentimen lainnya yaitu risiko geopolitik yang meningkat antara Barat-China dan konflik Rusia-Ukraina.

Selain itu, ketergantungan rantai pasokan telah menjadi perhatian nasional yang bertentangan dengan globalisasi memberikan peluang bagi Indonesia.

Pemerintah mengungkapkan, industralisasi nikel menjadi besi dan baja serta bahan baku baterai kendaraan listrik meningkatkan nilai ekspor menjadi USD 35 miliar-USD 50 miliar pada 2024. Hal ini berlanjut dari sebelumnya nilai ekspor USD 1 miliar pada 2014 menjadi USD 26 miliar-USD 29 miliar pada 2022.

Sentimen lainnya Indonesia akan selenggarakan tiga pemilihan umum (pemilu) berbeda secara serentak pada 2024 yaitu pemilihan presiden, parlemen dan daerah. Hal ini siratkan aliran dana akan sangat tinggi. Perputaran uang diperkirakan meningkat saat pemilu sekitar Rp 119 triliun-Rp 270 triliun atau 0,6 persen-1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) terutama didistribusikan pada semester II 2023.

Dalam siklus pemilu empat tahunan, secara historis, kinerja IHSG tumbuh rata-rata 14,7 persen sebelum pemilu dan 10,1 persen dalam satu tahun pemilu. "Kami tetap optimis terhadap saham sementara tetap awasi obligasi seiring puncak obligasi pada pertengahan 2023,”


Penutupan IHSG pada 9-13 Januari 2023

Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kurang bergairah memasuki pekan kedua Januari 2023.  IHSG yang masih tertekan itu dibayangi aliran dana investor asing yang keluar dari bursa saham Indonesia dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/1/2023), IHSG merosot 0,64 persen ke posisi 6.641,83. Pada pekan lalu, IHSG merosot 2,4 persen ke posisi 6.684,55. Kapitalisasi pasar bursa pun terpangkas pada 9-13 Januari 2023. Kapitalisasi pasar saham susut 0,82 persen menjadi Rp 9.182,35 triliun dari pekan sebelumnya Rp 9.258,26 triliun. Meski demikian, pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian melompat tajam.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa naik 24,04 persen menjadi Rp 11,53 triliun dari Rp 9,30 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian bursa bertambah 4,77 persen menjadi 17,23 miliar saham dari 16,45 miliar saham pada pekan lalu. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian bursa 0,48 persen menjadi 1.109.809 transaksi selama sepekan dari 1.104.455 transaksi pada pekan sebelumnya.

 

 


Sektor Saham

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Investor asing melakukan aksi jual Rp 551,59 miliar pada Jumat, 13 Januari 2023. Selama sepekan, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 2,97 triliun. Sepanjang 2023, investor asing sudah menjual saham Rp 5,16 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan,  IHSG masih melemah 0,64 persen dipengaruhi beberapa sentimen yang sama pada pekan lalu. Koreksi IHSG terjadi dipengaruhi shifting aset dari aset berisiko yang ke aset yang minim risiko karena ada kebijakan hawkish the Federal Reserve (the Fed) yang masih akan diterapkan untuk menekan laju inflasi.

“Kemudian ada re-opening China yang diperkirakan terjadinya outflow ke negara tersebut.,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Pada pekan depan, ia memperkirakan IHSG masih bergerak menguat untuk menguji 6.677-6.728.  Untuk sektor saham yang dapat dicermati yaitu sektor teknologi dan industri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya