Aliran Dana Investor Asing Mulai Beralih ke China

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat sentuh posisi terendah pada pekan ini 6.562. Apa saja yang terjadi pekan ini?

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jan 2023, 12:04 WIB
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investor asing melepas saham di pasar saham Indonesia seiring merealiasikan keuntungan dan mengalihkan investasi ke China.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (15/1/2023),  pada pekan ini, IHSG melemah ke level terendah 6.562 pada Rabu, 11 Januari 2023. Aliran dana investor asing keluar dari pasar saham Indonesia seiring merealisasikan keuntungan dan mengalihkan investasi ke China.

Pada Jumat, 13 Januari 2023, investor asing melepas saham Rp 551,59 miliar. Selama sepekan pada 9-13 Januari 2023, investor asing jual saham senilai Rp 2,97 triliun. Sepanjang 2023, aksi investor asing yang jual saham mencapai Rp 5,1 triliun.

Sementara itu, pasar saham global baik 3,1 persen. Sedangkan harga batu bara dan crude palm oil (CPO) masing-masing turun 7,8 persen dan 6,3 persen.

Lalu bagaimana dengan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed)?

Pekan ini, data inflasi AS menunjukkan perlambatan inflasi. Inflasi AS turun menjadi 6,5 persen pada Desember 2023. Inflasi tersebut terendah sejak Oktober 2021. Hal ini sejalan dengan harapan pasar. Dilihat secara bulanan, indeks harga konsumen AS alami deflasi 0,1 persen pada Desember 2022 dibandingkan November 2022.

“Pasar saham Asia Pasifik bereaksi positif terhadap hal ini karena harapan the Fed melambatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Indeks Hang Seng, Kospi, dan indeks Shanghai menguat. IHSG naik 0,18 persen, kecuali indeks Nikkei yang turun 1,25 persen,” tulis Ashmore.

Pada masa lalu, the Federal Reserve (the Fed) terlambat dan harus mempercepat kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi pada 2022. 

Hal ini seiring the Fed mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama pada 2023 di tengah menurunnya inflasi bertahap selama beberapa bulan terakhir. “Kami melihat inflasi akan turun secara structural. Namun, inflasi ini mungkin tidak mencapai target the Fed 2 persen tahun ini meskipun tren terbaru,” tulis Ashmore.

Adapun Ashmore tetap mempertahankan saham dan mencermati obligasi seiring siklus suku bunga capai puncaknya diharapkan pertengahan 2023.  Valuasi pasar saham Indonesia saat ini dengan price earning (PE) 13 kali dengan pertumbuhan earning per share (EPS) 6 persen pada 2023 menunjukkan daya tarik untuk masuk.


Pembukaan Kembali China hingga Pemilu Bayangi IHSG pada 2023

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, sejumlah faktor global akan mempengaruhi pasar saham pada 2023. Sentimen tersebut antara lain pembukaan kembali China, risiko geopolitik, pemilihan umum (pemilu) dan penguatan dolar Amerika Serikat.

Sentimen tersebut juga sudah berdampak terhadap pasar saham Indonesia pada awal Januari 2023. Indeks Harga Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,42 persen pada 2-6 Januari 2023. Koreksi IHSG tersebut terjadi seiring China berencana impor batu bara dari Australia sehingga menekan harga batu bara. Selain itu, investor global yang mulai mengalihkan dana seiring pembukaan kembali China dan valuasi saham menarik dan laba solid menekan pasar saham Indonesia.

Di sisi lain, pasar juga berharap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve melambat pada 2023. Hal ini juga yang terlihat dapam pertemuan FOMC. Diprediksi tingkat suku bunga yang tadinya 5,1 persen menjadi 4 persen pada 2024. “Niat bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih rendah sambil pertahankan bunga tinggi menyiratkan pemerintah AS bersandar ke arah soft landing,” demikian mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Sabtu (!4/1/2023).

Sementara itu, saat dolar AS mencapai puncaknya, tekanan pada utang negara berkembang akan terus menurun. Dari sentimen pembukaan kembali China juga diharapkan berdampak positif untuk Indonesia.

Hal ini seiring kontribusi ekspor Indonesia mencapai 22,3 persen ke China hingga Oktober 2023 dan aliran investasi asing mengalir mencapai 15,5 persen hingga September 2022. Angka ini relatif tinggi dibandingkan ekspor ke Amerika Serikat 10,4 persen dan aliran dana investasi asing mencapai 1 persen hingga September 2022.

“Oleh karena itu kami mengharapkan pembukaan kembali China membawa manfaat bagi Indonesia dan pembukaan kembali ekonomi secara penuh kuartal II 2023 dan bertahap,”


Sentimen Lainnya

Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sentimen lainnya yaitu risiko geopolitik yang meningkat antara Barat-China dan konflik Rusia-Ukraina.

Selain itu, ketergantungan rantai pasokan telah menjadi perhatian nasional yang bertentangan dengan globalisasi memberikan peluang bagi Indonesia.

Pemerintah mengungkapkan, industralisasi nikel menjadi besi dan baja serta bahan baku baterai kendaraan listrik meningkatkan nilai ekspor menjadi USD 35 miliar-USD 50 miliar pada 2024. Hal ini berlanjut dari sebelumnya nilai ekspor USD 1 miliar pada 2014 menjadi USD 26 miliar-USD 29 miliar pada 2022.

Sentimen lainnya Indonesia akan selenggarakan tiga pemilihan umum (pemilu) berbeda secara serentak pada 2024 yaitu pemilihan presiden, parlemen dan daerah. Hal ini siratkan aliran dana akan sangat tinggi. Perputaran uang diperkirakan meningkat saat pemilu sekitar Rp 119 triliun-Rp 270 triliun atau 0,6 persen-1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) terutama didistribusikan pada semester II 2023.

Dalam siklus pemilu empat tahunan, secara historis, kinerja IHSG tumbuh rata-rata 14,7 persen sebelum pemilu dan 10,1 persen dalam satu tahun pemilu. "Kami tetap optimis terhadap saham sementara tetap awasi obligasi seiring puncak obligasi pada pertengahan 2023,”

 


Kinerja IHSG pada 9-13 Januari 2023

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kurang bergairah memasuki pekan kedua Januari 2023.  IHSG yang masih tertekan itu dibayangi aliran dana investor asing yang keluar dari bursa saham Indonesia dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/1/2023), IHSG merosot 0,64 persen ke posisi 6.641,83. Pada pekan lalu, IHSG merosot 2,4 persen ke posisi 6.684,55. Kapitalisasi pasar bursa pun terpangkas pada 9-13 Januari 2023. Kapitalisasi pasar saham susut 0,82 persen menjadi Rp 9.182,35 triliun dari pekan sebelumnya Rp 9.258,26 triliun. Meski demikian, pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian melompat tajam.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa naik 24,04 persen menjadi Rp 11,53 triliun dari Rp 9,30 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian bursa bertambah 4,77 persen menjadi 17,23 miliar saham dari 16,45 miliar saham pada pekan lalu. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian bursa 0,48 persen menjadi 1.109.809 transaksi selama sepekan dari 1.104.455 transaksi pada pekan sebelumnya.

Investor asing melakukan aksi jual Rp 551,59 miliar pada Jumat, 13 Januari 2023. Selama sepekan, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 2,97 triliun. Sepanjang 2023, investor asing sudah menjual saham Rp 5,16 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan,  IHSG masih melemah 0,64 persen dipengaruhi beberapa sentimen yang sama pada pekan lalu. Koreksi IHSG terjadi dipengaruhi shifting aset dari aset berisiko yang ke aset yang minim risiko karena ada kebijakan hawkish the Federal Reserve (the Fed) yang masih akan diterapkan untuk menekan laju inflasi.

“Kemudian ada re-opening China yang diperkirakan terjadinya outflow ke negara tersebut.,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Pada pekan depan, ia memperkirakan IHSG masih bergerak menguat untuk menguji 6.677-6.728.  Untuk sektor saham yang dapat dicermati yaitu sektor teknologi dan industri.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya