Liputan6.com, Jakarta - Sepertinya berita buruk tentang perubahan iklim tidak akan berhenti datang.
Sebuah prediksi yang dibuat oleh superkomputer Eropa telah menempatkan Bumi pada lintasan berjangka waktu untuk mengalami peristiwa kepunahan massal pada tahun 2100, jika hal-hal saat ini berlanjut sebagaimana adanya, demikian seperti dikutip dari Mashable Asia, Minggu (15/1/2023).
Advertisement
Menggunakan pemodelan yang akurat secara ilmiah, superkomputer diberi data untuk mensimulasikan peristiwa berbagai Bumi sintetis, yang dipenuhi dengan spesies flora dan fauna virtual yang menampung lebih dari 15.000 jaring makanan.
Sistem kemudian diminta untuk memprediksi nasib spesies ini mengingat efek perubahan iklim dan efek aktivitas saat ini terhadap lingkungan.
Dalam kesimpulan yang menakutkan, hasilnya menunjukkan bahwa 10 persen dari semua tumbuhan dan hewan dapat musnah pada tahun 2050, dengan persentase itu meluas menjadi 27 persen pada tahun 2100.
Itu banyak spesies yang punah, dan itu pasti menjamin gelar sebagai peristiwa "kepunahan massal keenam" planet kita, dengan tim menjelaskan bagaimana faktor "kepunahan bersama" juga dipertimbangkan.
Kepunahan Bersama
Kepunahan bersama didefinisikan sebagai spesies yang akan punah ketika spesies lain yang bergantung padanya untuk bertahan hidup musnah.
Penulis studi Profesor Corey Bradshaw dari Flinders University di Adelaide, Australia mengatakan bahwa kita harus memikirkannya dalam hal spesies predator yang kehilangan mangsa alaminya karena perubahan iklim.
"Hilangnya mangsa adalah 'kepunahan primer' karena langsung menyerah pada gangguan. Tetapi tanpa makan apa pun, predatornya juga akan punah - kepunahan bersama," katanya.
"Atau bayangkan parasit kehilangan inangnya karena penggundulan hutan, atau tanaman berbunga kehilangan penyerbuknya karena menjadi terlalu hangat. Setiap spesies bergantung pada yang lain dalam beberapa cara."
Advertisement
Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Dia juga mengatakan bahwa hasilnya telah menunjukkan bagaimana hubungan dalam jaring makanan tersebut menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati yang memburuk.
Bradshaw juga memperingatkan tentang bagaimana banyak spesies yang dapat kita lihat dan alami saat ini dapat dengan sangat baik dikirim ke arsip dan buku-buku sejarah pada akhir abad ini.
"Anak-anak yang lahir hari ini yang hidup sampai usia 70-an dapat berharap untuk menyaksikan hilangnya ribuan spesies tumbuhan dan hewan, dari anggrek kecil dan serangga terkecil, hingga hewan ikonik seperti gajah dan koala ... semuanya dalam satu kehidupan manusia."
Memang, ini bukan jenis peringatan pertama yang dikeluarkan oleh para ahli.
Para ilmuwan sebelumnya mengatakan bahwa manusia telah merusak 97 persen tanah Bumi, sementara yang lain bahkan telah memperingatkan bahwa peradaban manusia dapat hancur pada tahun 2050 berkat pemanasan global.