IDAI Sebut Minimal Usia Sekolah dan Remaja Boleh Main Lato-lato

Lato-lato boleh dimainkan minimal usia sekolah dan remaja.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Jan 2023, 19:00 WIB
Sejumlah siswa berjalan di lapangan SMP Negeri 1 Kota Tangerang, Kamis (12/5/2022). Sekolah di Kota Tangerang mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) setelah libur lebaran 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) merekomendasikan lato-lato boleh dimainkan minimal usia sekolah dan remaja. Sebab, kemampuan kognitif dalam memahami permainan lato-lato pada rentang usia tersebut dinilai sudah cukup baik.

Menurut Ketua Bidang 3 Pengurus Pusat IDAI Bernie Endyani Medise, rentang usia sekolah dan remaja juga telah mempunyai keterampilan dalam mengontrol bola lato-lato. Keterampilan mengontrol ini dapat meminimalisir benturan bola agar tidak lepas.

"Usia anak yang mengerti (main lato-lato) minimal usia sekolah dan remaja atau dia sudah memiliki keterampilan untuk mengontrol, menjaga kestabilan," katanya saat sesi 'Media Briefing Tentang Cerdas Memilih Mainan Anak dan Remaja' pada Minggu, 15 Januari 2023.

Tak hanya dari segi mengontrol, anak-anak pada usia sekolah dan remaja dianggap mampu memahami peraturan dan risiko memainkan lato-lato. Apabila tak hati-hati, lato-lato dapat menyebabkan lebam dan cedera jika terkena.

Bahkan bola lato-lato bisa saja terlepas dari talinya, yang dapat membahayakan orang-orang di sekitar.

"Mereka (anak usia sekolah dan remaja) sudah mampu mengerti apa yang disampaikan oleh orangtua tentang bahaya dan bagaimana cara untuk bermain (lato-lato) yang benar," beber Bernie.


Butuh Pendampingan Orangtua

Ilustrasi ibu dan anak laki-lakinya. (Photo by Kindel Media/Pexels)

Walaupun usia sekolah dan remaja direkomendasikan main lato-lato, Bernie Endyani Medise menegaskan, tetap butuh pendampingan dari orangtua. Utamanya, pemberian edukasi dan pemilihan bola lato-lato yang akan dimainkan.

"Pendampingan orangtua ini maksudnya pemberian edukasi. Misalnya, kalau kamu main cepat, kencang, terlepas (bolanya) nanti bisa membahayakan yang lain atau kalau kamu belum terlalu terampil, ya jangan terlalu kencang dulu, nanti bisa mencederai diri sendiri," tegasnya.

"Jadi itu sisi yang harus kita sampaikan untuk orangtua, memberikan pendampingan dalam edukasi, memilih bahan lato-lato. Jangan sampai memilih bahan yang mudah pecah yang bisa membahayakan."

Secara umum, dalam memilih mainan anak, setiap permainan harus disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Kemudian kemampuan anak untuk memahami peraturan permainan.

"Sebenarnya ini bukan hanya soal lato-lato menurut saya, tapi hampir semua permainan sama. Kita harus melihat usia perkembangan, kemampuan dia bagaimana untuk mengerti. Lalu edukasi, pendampingan orangtua dan tentunya pemilihan bahan harus sesuai," pungkas Bernie yang juga dokter spesialis tumbuh kembang anak di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.


Potensi Bahaya Lato-lato

Ilustrasi Mata yang Sehat Credit: unsplash.com/Amanda

Adapun potensi bahaya dari permainan lato-lato jika dimainkan pada usia yang tidak tepat, misalnya di bawah 8 tahun sempat disoroti oleh Pemerhati Anak (Child Expert) Retno Listyarti.

"Pertama, jika permainan lato-lato dilakukan oleh anak di usia yang kurang tepat atau meskipun di usia yang tepat tapi dilakukan secara berlebihan, sehingga bisa menimbulkan pembengkakan pada tangan," ucapnya dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa, 10 Januari 2023.

"Kedua, bila bolanya pecah maka akan berpotensi kuat menimbulkan cedera pada anak, karena sepihannya bisa mengenai wajah dan mata seperti terjadi di Kota Baru, Kalimantan Barat."

Ketiga, jika talinya putus, maka bolanya bisa membentur tubuh atau benda lain di sekitarnya.

“Lato-lato juga bisa dipukulkan ke sesama teman bermain jika saat bermain terjadi perselisihan," pungkas Retno.

Infografis Sejarah Lato-Lato dan Larangan di Beberapa Negara. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya