Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan gawai (gadget) di era kekinian kerap terlihat pada anak di bawah 5 tahun sebagai hiburan dan mainan. Namun, hal ini dapat membuat anak sulit lepas dari gawai, yang berujung anak bisa saja kecanduan gawai maupun gim (game).
Ketua Bidang 3 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bernie Endyani Medise memberikan solusi agar anak dapat kembali tidak kebergantungan gawai. Salah satunya, mensetop pemberian gawai kepada anak.
Advertisement
Cara tersebut memang dapat membuat anak merengek dan menangis atau mencari-cari gawai.
"Kalau dia sudah menggunakan gadget-nya di bawah 5 tahun, biasanya kalau pasien-pasien saya tuh (anaknya) ada gangguan atau lain sebagainya, saya suruh setop aja (pemberian gawai). Ya udah setop aja, enggak usah diberikan," jelas Bernie saat sesi 'Media Briefing Tentang Cerdas Memilih Mainan Anak dan Remaja' pada Minggu, 15 Januari 2023.
"Paling satu - dua minggu gitu (anak) enggak mencari (gawainya) lagi. Benar-benar enggak usah dikasih. Tapi ya bapak, ibunya jangan main gadget di depan anaknya juga. Nanti anaknya tertarik lagi dan akan minta."
Sebagai alternatif lain agar anak lupa dengan gawai, orangtua dapat mengajak anak untuk bermain permainan lain di dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor).
"Kita alihkan dengan permainan yang lain, kita bermain yang lain. Ya main indoor, outdoor, yang bisa mengalihkan mereka dari gadget," sambung Bernie.
Kontrol Main Gawai bagi Anak Sekolah
Pada anak di bawah usia 18 bulan, Bernie Endyani Medise menyampaikan, orangtua dapat menghindari pemberian gawai dulu. Kecuali bila gawai digunakan untuk komunikasi, misal panggilan video (video call).
Namun, bukan digunakan sebagai media bermain anak.
"Kalau anak di bawah 18 tahun sebaiknya kalau enggak mau, ya enggak usah diperkenalkanlah (gawai). Kecuali untuk video call, paling kan itu udah terjadi interaksi di awal," ujar Bernie.
"Nah kalau bukan digunakan untuk video call, ya interaksinya satu arah."
Kemudian bagi anak sekolah dan remaja, penggunaan gawai juga dapat dikontrol. Anak dapat diberikan komitmen selama durasi tertentu boleh memainkan gawai.
"Kalau anak usia sekolah dan remaja, mereka juga harus menggunakan gadget misalnya, untuk keperluan sekolahnya. Nah, bagaimana untuk main dan bersosialisasi," lanjut Bernie yang juga dokter spesialis tumbuh kembang anak RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
"Maka, buatlah agreement (persetujuan) di awal, kalau untuk main tidak boleh lebih dari 1 jam gitu. Ini buat anak2 yang sudah besar ya."
Advertisement
Meniup Gelembung Busa dan Bermain Peran
Salah satu cara yang bisa dilakukan agar anak tak asik dengan gawai, yakni dengan bermain permainan bersama orangtua atau anak-anak lainnya. Ide pertama, bisa dengan memecahkan gelambung sabun.
Saat melakukan permainan ini, orangtua dapat meniup gelembung busa (bubble) dan meminta anak untuk memecahkannya dengan anggota tubuh tertentu seperti disampaikan psikolog klinis anak dan remaja Adisti Fathimah Soegoto.
Menurutnya, dari permainan yang sederhana ini, anak belajar mengenai bagaimana mengikuti aturan.
Ide kedua, bermain masak-masakan. Orangtua dapat mengajak anak melakukan kegiatan memasak dalam lingkungan yang aman dengan main masak-masakan bersama.
Ketiga, bisa juga dengan bermain peran. Ide ini cocok untuk anak-anak usia 4 hingga 5 tahun biasanya suka sekali bermain peran. Berbagai peran yang dapat dimainkan sebagai dokter, polisi, pemadam kebakaran, kasir di supermarket, dan sebagainya.
"Ajak anak untuk menentukan tema apa yang akan dimainkan kali ini, sehingga menambah imajinasi anak saat bermain," terang Adisti pada November 2022.