Aksi Suporter di Solo 'Puasa Nonton Bola' Sebelum Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Untuk mengisi waktu luang, komunitas Holickers suporter tertua di Solo ini menggelar aksi berbagi ke rumah singgah panti jompo.

oleh Dewi Divianta diperbarui 17 Jan 2023, 01:00 WIB
Ketika Suporter Absen Nonton Bola Menunggu Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Solo - Holickers, komunitas suporter tertua di Kota Solo yang juga salah satu basis pendukung Persis Solo (komunitas ini sudah ada bahkan sebelum lahirnya komunitas suporter Pasoepati), punya cara sendiri dalam menuntut penyelesaian kasus Kanjuruhan. Mereka komitmen untuk stop sementara menonton sepakbola Tanah Air, di dalam stadion, sebelum kasus Tragedi Kanjuruhan diusut tuntas.  

Untuk mengisi waktu luang, mereka menggelar kegiatan berbagi kepada masyarakat yang kurang beruntung. Hal itu dilakukan juga untuk menepis anggapan banyak orang yang menstigma suporter sebagai biang kerok kerusuhan dan keributan.

Ketua Holickers Agus Ambon kepada Liputan6.com, Senin (16/1/2023) mengatakan, sembari menunggu proses pengusutan tragedi Stadion Kanjuruhan, dirinya mengajak seluruh anggotanya mengisi waktu luang dengan kegiatan berbagi kasih sayang dan rejeki di salah Panti Wredha Solo atau rumah singgah sementara para orang tua jompo.

"Kita vakum tidak adanya pertandingan, jadi kita lakukan kegiatan positif ini berbagi di Panti Wredha. Kita berikan hiburan musik dan juga kebutuhan yang dibutuhkan panti ini," kata Agus.

Dirinya mengaku ingin membuang imej buruk tentang suporter yang selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif, seperti tawuran dan berbagai keributan di dalam stadion yang bahkan mengakibatkan korban jiwa. Dirinya ingin memberikan kesan bahwa suporter itu juga memiliki sisi baik yang tinggi.

"Kami (Holickers) ingin merubah imej suporter yang selama ini dikenal kurang baik dengan kegiatan-kegiatan seperti ini (berbagi). Kita berbagi ke sesama dan kita berharap lagi selalu kompak dalam memberikan dukungan untuk Persis Solo," ucap dia.


Tepis Imej Buruk Suporter

Ketika Suporter Absen Nonton Bola Menunggu Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Dalam kesempatan itu juga, Agus mengajak kawan-kawan suporter untuk mengirim doa kepada seluruh korban tragedi Stadion Kanjuruhan dan menunggu proses pengusutan peristiwa yang mengakibatkan 135 korban jiwa meninggal dan ratusan lainnya luka-luka tersebut. Meski asa mereka mendukung ke stadion berkurang, mereka tetap ingin organisasi Holikers tetap berjalan silaturahminya dengan kegiatan berbagi ke panti tersebut.

Menurutnya mengawal kasus tragedi Stadion Kanjuruhan adalah salah satu bentuk solidaritas sesama suporter meski tim yang mereka dukung berbeda. 

"Sambil menunggu pengusutan Kanjuruhan, kita ajak anggota mengumpulkan dana dari urunan dan kas memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh rumah singgah ini, ada beras, peralatan mandi, sembako, dan juga minyak kayu putih juga," ucapnya.

 


Menunggu Pengusutan Kasus Tragedi Kanjuruhan

Ketika Suporter Absen Nonton Bola Menunggu Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Sementara itu, Bu Narni Pengelola Rumah Singgah Panti Wredha mengaku, dulunya ketika masih sebagai panti, tempat tersebut banyak dihuni para orang tua yang hidup sebatang kara atau yang terlantar. Namun, semenjak tempat itu dialihfungsi hanya sebagai rumah singgah, jadi para penghuninya hanya ditempatkan sementara juga sampai mereka ada yang menjemput atau dikirim ke panti jompo di daerah Semarang.

"Saya berterima kasih sudah diperhatikan semoga organisasi ini lebih baik, kita di panti mendoakan organisasinya makin maju dan bermanfaat untuk semua orang. Kami pengurus dan 15 orang penghuni di sini, senang dengan bantuan ini," tutur di.

Dirinya mengaku, meski kebutuhan para penghuni di rumah singgah tersebut sudah dipenuhi dari pemerintah daerah/kota, tapi dengan adanya bantuan dari swasta tersebut juga sangat membantu pemerintah memenuhi kebutuhan orang tua yang mayoritas hidup sebatang kara tersebut.

"Mereka di sini hanya sementara, nantinya mereka akan dikirim ke panti di Semarang atau jika yang masih ada keluarga akan dijemput keluarganya. Tapi, rata-rata mereka semua tidak punya keluarga, data dari RT tempat mereka tinggal memang tidak punya sanak saudara," ucap Narni.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya