Sejarah Kelam hingga Asal-usul Hari Valentine

Hari Valentine yang dirayakan setiap 14 Februari diwarna tiga kisah santo dalam Gereja Katolik.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 31 Jan 2023, 16:41 WIB
Ilustrasi hadiah Hari Valentine. (dok. Pixabay.com/waichi2021)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 14 Februari, selalu dirayakan sebagai hari Valentine atau Valentine’s Day. Perayaan apa sebenarnya itu?

Sejumlah orang memaknainya sebagai perayaan kasih sayang, lainnya menyebutnya sebagai "peringatan yang sengaja diadakan" untuk mendongkrak penjualan kartu, cokelat, bunga, dan barang-barang lain yang dianggap mewakili ungkapan cinta.

Apa pun pendapat seseorang tentang Valentine, ada sejarah yang melatarbelakalangi hari itu.

Dari asal-usul namanya, Gereja Katolik mengakui ada tiga santo atau orang suci bernama Valentine atau Valentinus. 

"Ketiganya adalah martir," demikian dikutip dari situs The Guardian, Senin (16/1/2023).

Tiga santo Valentine yang disebut berasal dari masa 200-an Masehi itu tewas secara mengenaskan.

Salah satu kisah Valentine menyebut, alkisah Kaisar Romawi Claudius II melarang para tentara muda menikah agar mereka tak "melempem" di medan tempur.

Namun, Uskup Valentine melanggar perintah itu dan menikahkan salah satu pasangan secara diam-diam. Ia dieksekusi mati saat sang penguasa mengetahui pernikahan rahasia itu.

Saat ia dipenjara, legenda menyebut bahwa pria asal Genoa itu lantas jatuh cinta dengan putri orang yang memenjarakannya. Sebelum dieksekusi secara sadis, ia membuat surat cinta pada sang kekasih, yang ditutup dengan kata, 'Dari Valentine-mu'.

Valentine yang lain adalah seorang pemuka agama di Kekaisaran Romawi yang membantu orang-orang Kristen yang dianiaya pada masa pemerintahan Claudius II. Saat dipenjara, ia mengembalikan penglihatan seorang gadis yang buta--yang kemudian jatuh cinta padanya. Valentine yang ini dipenggal pada 14 Februari.

Yang ketiga adalah uskup dari Terni, yang juga disiksa dan dieksekusi selama pemerintahan Claudius II pada 14 Februari, namun pada tahun yang berbeda dari Valentine sebelumnya.


Santo Valentine

Ilustrasi Valentine. (Gambar oleh Karolina Grabowska dari Pixabay)

Lepas dari legenda, keterkaitan Santo Valentine dan cinta baru muncul lama kemudian. Dalam puisi Geoffrey Chaucer, penyair Inggris dan penulis buku terkenal, 'The Canterbury Tales'. Demikian menurut Andy Kelly, seorang ahli bahasa Inggris dari University of California, Los Angeles, yang menulis buku 'Chaucer dan Cult of St Valentine'.

Chaucer, menulis sebuah puisi berjudul Parliament of Fowls (1382), untuk merayakan pertunangan Raja Richard II.

Dalam puisi itu, Hari Valentine dirayakan pada 3 Mei, bukan 14 Februari . "Itu adalah hari di mana semua burung memilih pasangannya dalam setahun," kata Kelly. "Tak lama setelahnya, dalam satu generasi, orang-orang mengambil ide untuk merayakan Valentine sebagai hari kasih sayang."

Valentine yang menjadi referensi Chaucer mungkin adalah Santo Valentine dari Genoa yang meninggal pada 3 Mei. Tetapi orang-orang pada saat itu tidak begitu akrab dengan sosok itu.

Mereka lebih akrab dengan kisah Valentine dari Roma dan Terni yang dieksekusi pada 14 Februari -- yang lantas dikaitkan dengan cinta.


Kisah dari Romawi Kuno

Ilustrasi ucapan hari Valentine. (Photo by Element5 Digital on Unsplash)

Kisah Hari Valentine juga bisa ditelusuri dari era Romawi Kuno, terkait kepercayaan paganisme. Tiap tanggal 13-15 Februari, warga Romawi kuno merayakan Lupercalia. Upacara dimulai dengan pengorbanan dua ekor kambing jantan dan seekor anjing.

Kemudian, pria setengah telanjang berlarian di jalanan, mencambuk para gadis muda dengan tali yang terbuat dari kulit kambing yang baru dikorbankan. Walaupun mungkin terdengar seperti semacam ritual sesat sadomasokis, itu dilakukan orang-orang Romawi sampai tahun 496 Masehi sebagai ritus pemurnian dan kesuburan.

"Upacara diyakini bisa membuat perempuan lebih subur," kata  Noel Lenski, sejawaran dari University of Colorado, Boulder, seperti dimuat USA Today.

 


Puncak Lupercalia

Ilustrasi Valentine (Gambar oleh Manish Dhawan dari Pixabay)

Puncak Lupercalia terjadi pada 15 Februari, di kaki Bukit Palatine, di samping gua--yang diyakini menjadi tempat serigala betina menyusui Romulus and Remus--pendiri Kota Roma dalam mitologi Romawi.

Pada tahun 496, Paus Gelasius I melarang Lupercalia dan menyatakan 14 Februari sebagai Hari Santo Valentine.

Infografis Tips Cari Cinta di Aplikasi Kencan Online. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya