7 Kebiasaan yang Bikin Generasi Milenial Mudah Stres dan Tidak Produktif

Sumber stres milenial sejatinya bukan hanya berkaitan dengan pekerjaan, masalah keuangan, dan kondisi psikologis lainnya, tetapi juga kebiasaan buruk sehari-hari.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 21 Jan 2023, 18:25 WIB
Generasi milenial sedang stres saat melakukan pekerjaan di depan laptop, yang berpengaruh pada kurang produktifnya mereka di lingkup kerja (Shutterstock/fizkes)

 

Liputan6.com, Jakarta Sering mengalami stres dan perasaan cemas berlebihan tidak bisa dianggap remeh. Karena itu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Secara umum, stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi tekanan mental atau emosional yangd alam kehidupan sehari-hari.

Apabila tidak tertangani dengan baik, kondisi stres ini dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit, seperti penyakit jantung, asma, hingga gangguan mental seperti depresi. Kalau sudah seperti itu berdampak juga pada produktivitas.

Sumber stres setiap generasi sejatinya tak berbeda-beda, sekalipun generasi milenial dan Z yang akrab dengan teknologi. Selain berkaitan dengan pekerjaan, masalah keuangan, dan kondisi psikologis, sumber stres dan kecemasan bisa berasal dari kebiasaan buruk sehari-hari. 

1. Kebiasaan tidur yang buruk

Penyebab yang paling umum adalah kurang tidur. Sebuah studi oleh University of California di Berkeley menemukan bahwa kurang tidur dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan bagian otak yang berkontribusi terhadap kekhawatiran yang berlebihan. Penyebab umum kurang tidur antara lain tidur pada waktu yang berbeda, tidak menjadikan tidur sebagai prioritas, dan menghabiskan waktu di ponsel atau laptop tepat sebelum tidur.

Buat rutinitas malam hari yang panjang tanpa teknologi, membuat jurnal di samping tempat tidur, dan berolahraga di siang hari menjadi beberapa cara untuk membantu kamu lebih mudah tidur tepat waktu.

2. Pola Makan Tidak Teratur

Makan secara teratur tidak hanya mengatur metabolisme dan kadar insulin, tetapi juga menstabilkan mental kita. Menunggu terlalu lama untuk makan atau melewatkan sarapan dapat menyebabkan kadar gula darah tidak stabil. Hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan, termasuk gemetar, pusing, kebingungan, dan kesulitan berbicara.

Pastikan memiliki pola makan yang teratur. Simpan batangan coklat atau kacang granola di meja kamu. Bawalah botol air untuk bekerja dan minumlah sepanjang hari. Minum segelas air tepat saat kamu bangun dan sebelum tidur juga dapat membantu kamu menjaga pola makan tetap teratur.

3. Terlalu Banyak Minum kopi

Minum kopi membuat seseorang lebih waspada dan dalam banyak kasus membantu bekerja lebih baik dalam tugas jangka pendek. Tapi itu juga bisa membuat orang gelisah, mudah tersinggung, dan gugup, terutama jika mereka sudah cenderung cemas.

Sensitivitas terhadap kafein, pada kenyataannya, meningkat pada orang dengan gangguan panik dan fobia sosial, dan kafein dapat memicu serangan panik pada beberapa individu. Kafein juga bersifat diuretik, yang dapat menyebabkan dehidrasi, pemicu kecemasan.

 


4. Terlalu Lama Duduk

Ilustrasi Stres Credit: pexels.com/Andrea

Lonjakan gejala kecemasan sejalan dengan gaya hidup kita yang semakin tidak banyak bergerak. Risiko kecemasan meningkat seiring dengan meningkatnya perilaku menetap, termasuk waktu duduk meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kecemasan. Jika kamu bekerja di meja sepanjang hari, penting untuk bangun dan berjalanlah setiap 90 menit. Imbangi waktu duduk kamu dengan olahraga teratur.

5. Tidak Bisa Lepas dari Ponsel

Teknologi memang telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita dan tak terhitung jumlahnya. Tapi, terlalu banyak berhubungan dengan ponsel bisa membuat kita mudah cemas. Hiburan berbasis layar meningkatkan kerja sistem saraf pusat, yang dapat meningkatkan kecemasan. Media sosial juga terkait dengan suasana hati yang rendah dan depresi.

 

ilustrasi stres pekerjaan/copyright By TORWAISTUDIO (Shutterstock)

6. Kehidupan Kerja dan Pribadi yang Tidak Seimbang

Kaum milenial menjadi cemas dan jengkel saat pekerjaan mengganggu kehidupan pribadinya. Masalah itu muncul karena saat ini produktivitas bukan hanya diukur dengan jumlah jam kerja di kantor, tetapi dengan output dari pekerjaan yang dilakukan. Karena itu, ingatlah untuk tidak mengorbankan kesehatan mental dan batasan pribadi. Kamu harus tahu waktu untuk berhenti bekerja dan gunakan waktu untuk mengurus diri sendiri.

7. Bergaul dengan Orang-Orang yang Mudah Gelisah

Kamu mungkin merasa telah menemukan seseorang yang dapat mendengarkan curhatan dan memahami kamu, tetapi penelitian menunjukkan bahwa merenungkan kecemasan sering kali memperburuknya. Selain itu, berperan dalam "kecemasan antarkelompok" yang meningkatkan perilaku cemas seseorang.

Carilah orang-orang yang meningkatkan suasana hati kamu. Setelah bergaul dengan seseorang, tanyakan pada diri kamu apakah merasa stabil dan sehat atau apakah sedang bersemangat dan gelisah? 

Setelah mengetahui beberapa ulasan di atas, segera ubah kebiasaan yang menyebabkan gangguan kecemasan dan membuat stres agar terhindari dari masalah kesehatan lainnya.

 

(*/Akb)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya