Liputan6.com, Jakarta - Sudah dua tahun akun Facebook Donald Trump dibekukan. Kini, Meta --induk Facebook-- mungkin akan mengambil keputusan paling penting selama sejarah perusahaan. Jika keputusan ini diambil, akan jadi preseden untuk kebebasan berpendapat dan bisa memengaruhi jalannya pemilihan presiden AS 2024.
Pasalnya, kini keputusan apakah Meta harus mengizinkan Donald Trump kembali ke Facebook dan Instagram tengah diperdebatkan oleh kelompok kerja internal. Pokja ini dibentuk khusus oleh Meta untuk memutuskan tentang hal tersebut.
Advertisement
Mengutip CNN Money, Senin (16/1/2023), juru bicara Meta Facebook Andy Stone mengatakan, keputusan boleh atau tidak Trump kembali ke Facebook dan Instagram akan diumumkan beberapa minggu mendatang.
Sebagai informasi, Facebook dan medsos lainnya melarang Donald Trump berada di platform mereka setelah terjadinya kerusuhan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol. Larangan tersebut dianggap perlu oleh eksekutif perusahaan teknologi lantaran dipercaya Trump bisa memakai platformnya untuk memicu kekerasan lebih lanjut.
Namun, keputusan sepihak dari perusahaan seperti Facebook dan Twitter dianggap mengganggu pendukung kebebasan berbicara dan pemimpin dunia lainnya. Misalnya, kanselir Jerman saat itu, Angela Merkel, menyebut larangan itu bermasalah. Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny menyebutnya sebagai tindakan penyensoran.
Dua tahun kemudian, Meta mempertimbangkan mengembalikan akses Facebook dan Instagram kepada Donald Trump. Sebelumnya, Twitter telah memulihkan akun Donald Trump.
Dipertimbangkan
Facebook mulanya menyebut, larangannya terhadap Trump bersifat tidak terbatas. Namun setelah konsultasi publik dan pertimbangan dengan para ahli, perusahaan pada Juni 2021 mengumumkan, larangan Trump akan ditimbang lagi pada Januari 2023.
Pertimbangan ini tentu membuat pro dan kontra. Anggota parlemen Partai Demokrat AS mengirim surat ke Meta, bulan lalu. Ia meminta perusahaan tetap melarang Trump dari platform.
Sementara, partai Republik yang mendukung kebebasan berbicara menyebut, jika larangan tidak dicabut, hal itu adalah penyensoran dan bisa merugikan Donald Trump yang mencalonkan lagi sebagai kandidat presiden AS 2024.
Mantan Direktur Kebijakan Publik Facebook Katie Harbath menilai, sangat penting untuk menimbang dua keputusan ini punya banyak konsekuensi yang berdampak. Menurutnya, keduanya bukan keputusan mudah.
Advertisement
Dampak Pelarangan Medsos bagi Trump
Seorang yang tahu mengenai operasional Trump penangguhan laman Facebook Donald Trump yang memiliki 34 juta followers, merusak kemampuannya untuk menemukan donor baru, memengaruhi gerakan politik, dan memaksa memakai PAC kepemimpinan Save America untuk memasang iklan di medsos. Namun iklan tersebut juga tidak bisa memakai suara Trump.
"Iklannya kurang efisien tanpa kehadirannya. Mengizinkan Trump kembali ke platform memungkinkannya berkomunikasi lagi dengan puluhan juga followers dan memungkinkannya mencari penggalangan dana," kata orang ini.
Sementara itu, seorang penasihat Trump mengatakan, mantan presiden AS itu tak pernah memakai Facebook seperti saat dirinya memakai Twitter. Bagi Donald Trump, Twitter menjadi media utamanya berkomunikasi sebelum menjadi presiden, sebelum ia ditendang dari platform 140 karakter itu.
"(Facebook) adalah sarana penting untuk penggalangan dana dan menjangkau banyak orang," tutur penasihat yang tidak disebut namanya itu.
Elon Musk Kembalikan Twitter Donald Trump
Sementara itu akun Twitter Donald Trump sudah dipulihkan oleh Elon Musk, pemilik baru Twitter, November lalu. Twit terakhir dari Donald Trump tercatat pada tanggal 8 Januari 2021. Kala itu, dia menyebut bahwa dia tidak akan menghadiri acara inauguruasi 20 Januari 2021.
Selaku CEO di Twitter, Elon Musk pada 19 November 2022 telah membuka voting soal pemulihan akun Twitter milik Presiden Amerika Serikat ke-45 tersebut di akun pribadinya.
Terpantau, per 20 November 2022 pukul 11.30 WIB, voting itu menghasilkan lebih dari 15 juta suara. Elon Musk pun menuliskan kutipan bahasa latin Vox Populi, Vox Dei, yang berarti "Suara Rakyat, Suara Tuhan."
Selain itu, pendiri PayPal tersebut juga mengatakan bahwa voting yang dia gelar telah menjangkau sekitar 134 jtua pengguna Twitter.
Berdasarkan voting itu, 51,8 persen responden menyatakan persetujuannya atas pemulihan akun Twitter Donald Trump. 48,2 persen sisanya menyatakan tidak setuju.
"Orang-orang telah berbicara. (Akun Twitter) Donald Trump akan dipulihkan. Suara Rakyat, Suara Tuhan," kata Elon Musk dalam sebuah cuitan pada hari ini, 20 November.
(Tin/Ysl)
Advertisement