Inflasi AS Melandai, Bagaimana Prospek Saham Teknologi?

Inflasi Amerika Serikat (AS) yang melandai dinilai jadi angin segar untuk potensi kenaikan suku bunga AS. Lalu bagaimana dampaknya ke sektor saham teknologi?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Jan 2023, 07:44 WIB
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Analis mencermati saham-saham teknologi menarik untuk dicermati saat ini. Hal tersebut menyusul inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai landai. Inflasi Amerika Serikat turun ke 6,5 persen pada Desember 2022, terendah sepanjang tahun lalu.

Data ini membawa angin segar mengenai potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed yang diperkirakan juga tak terlalu agresif.

"Turunnya inflasi US pada Desember 2022 menjadi 6,5 persen, membuat adanya potensi the fed untuk tidak lagi agresif menaikan suku bunga atau bisa jadi menahan suku bunga apabila angka inflasi terus turun. Hal ini berpeluang juga akan diikuti oleh BI,” kata Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (17/1/2023).

Salah satu sektor yang terdampak positif dari kondisi ini adalah saham teknologi. Menurut dia, sektor teknologi yang selama ini tertekan karena suku bunga tinggi berpeluang untuk terkena sentimen positif apabila suku inflasi terkendali yang akan membuat suku bunga turun.

Selain itu, ada pula sektor konstruksi dan properti yang mendulang sentimen positif dari penurunan inflasi AS. Sektor konstruksi akan terkena sentimen positif apabila nantinya inflasi terkendali dan dampaknya suku bunga tidak naik lagi, karena beban bunga emiten konstruksi tidak naik yang akan membuat kinerja akan membaik.

 


Sektor Saham Properti

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan sektor properti akan terkena sentimen positif apabila nantinya inflasi terkendali dan dampaknya suku bunga tidak naik lagi, karena hal ini membuat bunga KPR tidak naik atau bahkan turun yang membuat masyarakat akan tertarik untuk membeli rumah kembali yang akan membuat marketing sales emiten properti berpeluang naik.

"Untuk rekomendasinya, sektor teknologi ada GOTO dan BUKA. Sektor konstruksi KRYA dan WIKA. Sementara sektor properti bisa dicermati BSDE dan CTRA,” sebut Andhika.

Senada, Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata sebelumnya juga menyebutkan sektor teknologi menarik dicermati saat inflasi AS turun. Namun, sebagai langkah antisipasi, Liza menyarankan agar akumulasi saham sektor ini dilakukan bertahap.

"Masuknya bertahap saja. Soalnya biar bagaimanapun, perusahaannya masih rugi, dan pasar dalam 1-2 pekan ke depan atau bahkan di kuartal I bakal masih volatil,” kata dia.

Selain sektor teknologi, di tengah melemahnya USD, Liza mengatakan sektor yang banyak melakukan impor menarik dicermati, seperti farmasi. Untuk sektor ini, Lisza menyebut KLBF menarik untuk diperhatikan.


Penutupan IHSG pada 16 Januari 2023

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya melonjak pada penutupan perdagangan saham Senin (16/1/2023). Penguatan IHSG didukung sektor saham yang dominan bergerak di zona hijau dan rilis neraca perdagangan.

Mengutip data RTI, IHSG melambung 0,70 persen ke posisi 6.688,05. Indeks LQ45 naik 0,86 persen ke posisi 913,31. Mayoritas indeks saham acuan. Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.688,05 dan terendah 6.627,69. Sebanyak 279 saham menguat dan 250 saham melemah. 188 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.070.858 kali dengan volume perdagangan 19,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 10 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.873.

Mayoritas sektor saham menghijau kecuali indeks sektor saham nonsiklikal turun 0,58 persen. Sementara itu, sektor saham energi melonjak 0,26 persen, sektor saham basic mendaki 1,55 persen, sektor saham industri menguat 0,56 persen.

Selain itu, sektor saham siklikal bertambah 0,52 persen, sektor saham kesehatan menanjak 0,21 persen, sektor saham keuangan bertambah 0,59 persen, sektor saham properti mendaki 0,15 persen. Kemudian sektor saham teknologi mendaki 0,27 persen, sektor saham infrastruktur naik 0,05 persen dan sektor saham transportasi melonjak 0,66 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG pada Senin, 16 Januari 2023 sejalan dengan laporan teknikal dan tambahan rilis data neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus USD 3,89 miliar. Hal ini turut mendorong laju IHSG. “Pergerakan IHSG ini juga sejalan dengan penguatan bursa global yang mayoritas menguat,” ujar dia.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 16 Januari 2023

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Senin, 16 Januari 2023. Hal ini seiring inflasi Amerika Serikat melandai sehingga angkat harapan investor di Asia Pasifik.

Di China, indeks Shenzhen bertambah 1,58 persen ke posisi 11.785,77, dan memimpin di regional. Indeks Shanghai menguat 1,01 persen ke posisi 3.227,59. Indeks Hang Seng cenderung mendatar.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,82 persen ke posisi 7.388,2. Sementara itu, indeks Nikkei 225 melemah 1,14 persen ke posisi 25.822,32. Indeks Topix tergelincir 0,88 persen ke posisi 1.886,31. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,58 persen ke posisi 2.399,86. Indeks Kosdaq naik 0,71 persen ke posisi 716,89.

Selama akhir pekan, China melaporkan lonjakan hampir 60.000 kematian akibat COVID-19 sejak mencabut pembatasan bulan lalu. Pengumuman itu muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia kritik China, dan menuding tidak melaporkan kematian.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya