Skandal Dokumen Rahasia Joe Biden: Gedung Putih Tolak Buka Daftar Pengunjung Rumah Pribadi Presiden

Kantor penasihat Gedung Putih mengatakan bahwa bukanlah praktik standar untuk mengawasi siapa yang mengunjungi rumah pribadi presiden.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Jan 2023, 10:00 WIB
Presiden Joe Biden berbincang dengan wartawan usai pertemuan para pemimpin G7 dan NATO di Bali, Indonesia, Rabu, 16 November 2022. (Doug Mills/The New York Times via AP, Pool)

Liputan6.com, Washington - Gedung Putih mengonfirmasi tidak akan membuka daftar pengunjung rumah pribadi Presiden Joe Biden di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat (AS). Pernyataan tersebut merupakan jawaban atas tuntutan Partai Republik menyusul skandal temuan dokumen rahasia pemerintah di sana.

Kantor penasihat Gedung Putih pada Senin (16/1/2023) mengatakan bahwa bukanlah praktik standar untuk mengawasi siapa yang mengunjungi rumah pribadi presiden.

"Seperti halnya setiap presiden dalam beberapa dekade sejarah modern, kediaman pribadi (Presiden Biden) bersifat pribadi," kata juru bicara penasihat Gedung Putih Ian Sams seperti dikutip dari BBC, Selasa (17/1).

Setidaknya terdapat 20 dokumen rahasia pemerintah yang tidak hanya ditemukan di rumah pribadi Biden, namun juga bekas kantor yang dia gunakan di Washington.

File-file rahasia tersebut berasal dari era kepemimpinannya sebagai wakil presiden di bawah pemerintahan Barack Obama. CBS News melaporkan bahwa beberapa dari dokumen itu berlabel "sangat rahasia".


Tidak Sengaja Salah Tempat

Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Dok. AFP)

Skandal dokumen rahasia terungkap pada awal bulan ini. Temuan pertama terjadi di Penn Biden Center, sebuah think tank di Washington, di mana Biden sempat berkantor setelah tidak lagi menjabat sebagai wakil presiden.

Adapun temuan kedua terjadi di kediaman Biden di Delaware.

Pada akhir pekan lalu, Gedung Putih mengumumkan bahwa terdapat tambahan jumlah dokumen rahasia yang ditemukan di Delaware pada Kamis (12/1).

Menurut undang-undang AS, semua arsip Gedung Putih harus diserahkan ke Arsip Nasional pada akhir masa kepresidenan.

Gedung Putih mengklaim bahwa file-file rahasia tersebut "secara tidak sengaja salah tempat". Biden sendiri telah menyatakan siap bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan yang sedang berlangsung.


Republikan Tuntut Transparansi

Naomi Biden, cucu Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menggelar pernikahan di Gedung Putih. (dok Handout / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Sebelumnya, anggota Kongres dari Partai Republik telah meminta Gedung Putih untuk merilis catatan pengunjung ke rumah Biden.

"Kesalahan penanganan materi rahasia oleh Presiden Biden menimbulkan pertanyaan apakah dia telah membahayakan keamanan nasional kita," kata Ketua Komite Pengawas DPR James Comer dalam sepucuk surat yang dikirimkannya kepada kepala staf Gedung Putih Ron Klain pada akhir pekan.

"Tanpa daftar individu yang telah mengunjungi kediamannya, rakyat AS tidak akan pernah tahu siapa yang memiliki akses ke dokumen yang sangat sensitif ini," imbuhnya.


Republikan Akan Lakukan Penyelidikan Sendiri

Capitol AS terlihat di antara bendera-bendera yang ditempatkan di National Mall menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden di Washington, Senin (18/1/2021). Acara pengambilan sumpah Joe Biden akan berada dalam situasi berbeda dari pelantikan-pelantikan sebelumnya. (AP Photo/Alex Brandon)

Jaksa agung telah menunjuk penasihat khusus untuk menyelidiki skandal dokumen rahasia Biden. Namun, Komite Pengawas DPR yang dikendalikan Partai Republik mengatakan akan meluncurkan penyelidikan mereka sendiri.

Terkait daftar pengunjung kediaman pribadi presiden, Secret Service sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak memiliki akses soal itu, termasuk dalam skandal yang juga menyeret mantan Presiden Donald Trump. Tahun lalu, ratusan dokumen rahasia pemerintah juga ditemukan di kediaman Trump di Mar-a-Lago oleh FBI.

Sementara itu, Gedung Putih secara terbuka merilis daftar pengunjung di situs web-nya. Praktik yang dibawa pada era pemerintahan Obama ini sempat dihentikan sementara selama kepresidenan Trump dan diaktifkan kembali ketika Biden menjabat.

Infografis Salam Hormat Joe Biden untuk Jokowi di KTT G20 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya