Liputan6.com, Jakarta Permainan lato-lato, menurut psikolog klinis Efriyani Djuwita, bisa dibuat kompetisi antar siswa di sekolah. Dalam hal ini, manfaat lato-lato bisa menjadi media pembelajaran yang asyik dan menyenangkan di sekolah.
Di sisi lain, Efriyani tak menampik, lato-lato juga turut berpengaruh pada aturan beberapa sekolah di Indonesia. Seperti Dinas Pendidikan (Disdik) kabupaten Bandung Barat yang melarang siswa Sekolah Dasar (SD) membawa mainan lato-lato ke sekolah.
Advertisement
Menanggapi situasi tersebut, Efriyani menyampaikan bahwa aturan tersebut dilakukan sekolah lantaran lato-lato dapat menganggu jalannya kegiatan sekolah, menimbulkan risiko kecelakaan, dan sebagainya.
“Sebenarnya, sekolah bisa memberikan ruang atau waktu tertentu untuk bermain mainan ini sehingga pengawasan dari pihak sekolah juga bisa optimal. Misalnya, tidak setiap hari tapi ada hari tertentu anak-anak diperbolehkan membawa dan bermain di waktu dan tempat tertentu," ujarnya melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (17/1/2023).
"Dibuat kompetisi antarsiswa juga bisa. Saya rasa, itu bisa menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak."
Demi keamanan dan kenyamanan siswa, pihak sekolah juga bisa tetap mengawasi saat siswa-siswa memainkan lato-lato dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga hal itu tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar.
"Intinya adalah karena ini ruang lingkupnya di sekolah, tentunya permainan ini harus bisa diawasi untuk tidak menimbulkan kecelakaan dan tentunya tidak menganggu aktivitas sekolah,” imbuh Efriyani yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI).
Asah Ketangkasan dan Seni Anak
Terkait banyaknya sekolah yang melarang siswa membawa lato-lato, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berpandangan bahwa memberikan perlindungan pada anak dari segala bentuk kekerasan baik fisik maupun psikis adalah amanat Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional dan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Namun, perlu dipahami bahwa bermain juga dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan bermakna.
"Bermain lato-lato, jika dikelola dengan aturan yang baik, dapat dimanfaatkan untuk sarana mengasah motorik, keterampilan, ketangkasan, serta seni anak," kata anggota KPAI Sub Komisi Pengawasan dan Evaluasi Aris Adi Leksono di Kantor KPAI Jakarta belum lama ini.
"Pada prinsipnya, Satuan Pendidikan wajib memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan minat, bakat, potensi dan kemampuan peserta didik untuk tercapainya tujuan pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa."
Advertisement
Lomba Main Lato-lato
Manfaat lato-lato, salah satunya dirasakan bocah kelas lima Sekolah Dasar (SD) asal Bratang Surabaya, Muhammad Awan. Ia berhasil mendapatkan hadiah sepeda motor listrik karena berhasil memainkan lato-lato selama dua jam.
Awan menyisihkan 160 peserta lomba permainan lato-lato yang digelar Deliwafa di Jalan Semolowaru Surabaya. Peserta lomba permainan tradisional ini tidak hanya diikuti anak usia sekolah, namun juga orang dewasa.
"Tidak ada persiapan khusus untuk lomba lato-lato ini. Kalau di rumah jarang main lato-lato, paling satu jam pas waktu senggang saja," ujar Muhammad Awan, Minggu (15/1/2023).
Memutar lato-lato di atas kepala layaknya baling-baling helikopter menjadi tantangan tersulit bagi peserta. "Tangan sampai capek banget, harus mutar lato lato di atas kepala," ucap bocah berusia 11 tahun ini.
Muhammad Awan mengaku sangat senang sekali bisa menjadi juara dalam lomba lato-lato dan berhak mendapatkan hadiah satu unit sepeda motor listrik.
Perlombaan lato lato ini digelar Deliwafa karena saat ini tengah heboh permainan tradisional tersebut di masyarakat.
"Diharapkan dengan perlombaan lato-lato, anak anak tidak lagi kecanduan gadget," ujar penyelenggara lomba lato lato, Tom Liwafa, dikutip dari kanal Surabaya Liputan6.com.
Selain itu dengan adanya perlombaan lato-lato bisa melestarikan permainan tradisional di tengah gempuran permainan modern. Acara lomba lato-lato ini dibanjiri oleh penonton yang memberi dukungan langsung ke peserta lomba.