Liputan6.com, Ankara - Swedia dan Finlandia harus mendeportasi atau mengekstradisi hingga 130 "teroris" ke Turki sebelum parlemen Turki menyetujui permohonan mereka untuk bergabung dengan NATO. Hal tersebut ditegaskan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dua negara Nordik tersebut telah mendaftar untuk menjadi anggota NATO tahun lalu, tepatnya setelah invasi Rusia ke Ukraina. Namun, permohonan mereka harus disetujui oleh 30 negara NATO.
Advertisement
Adapun Turki dan Hongaria dilaporkan belum menyetujuinya.
Turki menyatakan, Swedia pertama-tama harus mengambil sikap yang lebih jelas terhadap apa yang mereka sebut sebagai teroris. Pernyataan Erdogan ini merujuk pada kelompok militan Kurdi dan mereka yang menurutnya bersalah atas upaya kudeta pada tahun 2016.
"Jadi, jika Anda tidak menyerahkan teroris Anda kepada kami, kami tidak dapat meneruskannya (persetujuan) melalui parlemen," kata Erdogan seperti dikutip dari VOA, Selasa (17/1/2023).
"Agar ini lolos parlemen, pertama-tama Anda harus menyerahkan lebih dari 100, sekitar 130 teroris ini kepada kami," kata Erdogan.
Erdogan Dinilai Berang
Finlandia menafsirkan permintaan Erdogan tersebut sebagai respons marah atas insiden di Stockholm, Swedia, di mana pekan lalu patung menyerupai dirinya digantung selama sebuah aksi protes.
"Saya yakin, ini pasti reaksi terhadap peristiwa dalam beberapa hari terakhir," kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto kepada YLE.
Pasalnya, kata Haavisto, dia tidak mengetahui adanya persyaratan baru dari Turki.
Menanggapi insiden di Stockholm, Turki sendiri telah membatalkan rencana kunjungan Ketua Parlemen Swedia Andreas Norlen ke Ankara. Belakangan, Norles dilaporkan justru mengunjungi Helsinki.
"Kami menekankan bahwa di Finlandia dan Swedia kami memiliki kebebasan berekspresi. Kami tidak dapat mengontrolnya," kata juru bicara parlemen Finlandia Matti Vanhanen terkait dengan protes yang menyinggung Erdogan.
Advertisement
Swedia Percaya Diri
Perdana Menteri Swedia Kristersson mengatakan pada Senin bahwa negaranya berada dalam "posisi yang baik" untuk mengamankan ratifikasi Turki atas pengajuan keanggotaannya di NATO.
Sebelumnya, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan pada Sabtu bahwa waktu hampir habis bagi parlemen Turki untuk meratifikasi pengajuan keanggotaan NATO oleh Swedia dan Finlandia mengingat negara itu akan menggelar pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada Mei.
Turki selama ini menuduh Swedia dan Finlandia melindungi pemberontak Kurdi. Ankara pun meminta dua negara itu bergabung dengan mereka dalam melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Hal lainnya yang memicu amarah Erdogan adalah pada akhir Desember, Mahkamah Agung Swedia memblokir ekstradisi jurnalis Turki Bulent Kenes. Turki menuduh Kenes terlibat dalam upaya kudeta pada tahun 2016 untuk menggulingkan Erdogan.
NATO Berharap Swedia dan Finlandia Gabung Tahun Ini
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, ia mengharapkan Swedia dan Finlandia dapat bergabung dengan aliansi yang dipimpinnya itu paling cepat tahun ini. Namun, Stoltenberg tidak menampik bahwa keputusan itu bergantung pada parlemen Turki dan Hongaria.
"Saya berharap (aksesi itu akan dilakukan pada tahun 2023), tetapi saya tidak akan menjamin tanggal pastinya karena tentu saja itu adalah keputusan berdaulat parlemen Turki dan Hongaria" kata Stoltenberg.
"Finlandia dan Swedia jelas berkomitmen untuk kerja sama jangka panjang dengan Turki dan sudah tiba waktunya untuk menyelesaikan proses aksesi dan meratifikasi protokol aksesi," tambahnya.
Advertisement