Liputan6.com, Jakarta - Pesawat milik maskapai Yeti Airlines jatuh di Nepal pada Minggu, 15 Januari 2023. Saat itu, pesawat tersebut tengah dalam perjalanan dengan rute Kathmandu ke Pokhara, mengangkut 72 orang termasuk empat awak kabin.
Korban tewas dalam kecelakaan pesawat Yeti Airlines sejauh ini dilaporkan 68 orang.
Advertisement
Mengutip laman resminya, yetiairlines.com dan sumber lainnya, Selasa (17/1/2022), Yeti Airlines yang didirikan pada Mei 1998 oleh Ang Tshering Sherpa dan menerima Sertifikat Operator Udara pada 17 Agustus 1998.
Maskapai Yeti Airlines Ltd memulai penerbangan komersial pertamanya pada September 1998 dengan satu pesawat DHC6-300 Twin Otter buatan Kanada.
Yeti Airlines telah melayani penumpangnya di Nepal selama lebih dari dua dekade, dan mengoperasikan pesawat jenis ATR 72-500 di kota-kota besar negara itu.
Secara total ada enam armada ATR 72-500 yang digunakan maskapai tersebut.
Spesifikasi ATR 72-500, terdiri dari turboprop bermesin ganda yang ditenagai oleh dua mesin tipe Pratt & Whitney PW127, serta dilengkapi dengan baling-baling bilah komposit Hamilton Sundstrand.
kecepatan maksimum pesawat ini adalah 309 mph dengan Berat Lepas Maksimum 49604 lbs. Adapun kapasitas ATR 72-500 yang menampung sekitar 70 kursi.
Uniknya, ATR 72-500 memancarkan sekitar 50 persen lebih sedikit CO2 per penumpang-km daripada jet generasi baru dan hingga tiga kali lebih sedikit CO2 daripada yang pesawat yang lebih tua.
Dibandingkan dengan mobil, emisi karbon dioksida (CO2) ATR 72-500 per kursi/km pada sektor 200 Nm (370 km) 15 persen lebih rendah.
Siapa Pemilik Yeti Airlines, Pesawat Jatuh di Nepal dan Tewaskan 68 Orang
Maskapai Yeti Airlines tengah menjadi perhatian publik internasional setelah pesawatnya dengan rute Kathmandu ke Pokhara jatuh pada Minggu, 15 Januari 2023 waktu setempat.
Siapa pemilik Yeti Airlines ini?
Mengutip laman resminya, yetiairlines.com dan sumber lainnya, Senin (16/1/2022), Yeti Airlines didirikan pada Mei 1998 oleh Ang Tshering Sherpa dan menerima Sertifikat Operator Udara pada 17 Agustus 1998.
Maskapai Yeti Airlines Ltd memulai penerbangan komersial pertamanya pada September 1998 dengan satu pesawat DHC6-300 Twin Otter buatan Kanada.
Maskapai tersebut juga telah melayani Nepal selama lebih dari dua dekade, dan mengoperasikan ATR 72 di kota-kota besar Nepal.
Kemudian pada tahun 2009, maskapai saudara Yeti Airlines, yakni Tara Air didirikan untuk mengambil alih operasi Short Take Off and Landing (STOL) dengan armada pesawat DHC6-300 dan Dornier DO228.
Yeti Airlines pun mempertahankan armada modernnya yang terdiri dari lima ATR 72-500 yang beroperasi di sektor domestik non-STOL di Nepal. Kedua maskapai tersebut kini bersama-sama menyediakan jaringan rute penerbangan terbesar di seluruh Nepal.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Yeti Airlines dengan mesin ganda ATR 72 jatuh di Pokhara beberapa menit sebelum mendarat pada Minggu (15/1). Waktu tempuh antara Kathmandu - Pokhara sendiri adalah 25 menit.
Pesawat jatuh tersebut mengangkut 72 penumpang termasuk empat awak kabin. Sejauh ini, korban tewas dilaporkan ada 68 orang.
Diketahui, sekitar 15 orang penumpang pesawat Yeti Airlines dalam insiden itu merupakan warga negara asing, yaitu lima orang warga India, empat orang dari Rusia, dua warga Korea Selatan, dan masing-masing satu warga Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.
Advertisement
Kotak Hitam Pesawat Yeti Airlines Sudah Ditemukan
Selain itu, kotak hitam milik pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal juga sudah ditemukan oleh pihak berwenang setempat pada Senin (16/1).
"Kotak hitam dari pesawat yang jatuh telah ditemukan," kata otoritas Bandara Sher Bahadur Thakur, Kathmandu, Nepal, dikutip dari ANI News, Senin (16/1/2023).
Sebagai informasi, kotak hitam merupakan alat perekam data penerbangan yang merekam semua informasi penerbangan melalui saluran khusus algoritma.
Operasi pencarian korban terus dilanjutkan
Sementara itu, operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi kecelakaan terus dilanjutkan sejak pagi tadi.
"Operasi penyelamatan dilanjutkan pagi ini untuk melacak empat orang yang masih hilang," kata Shambhu Subedi dari Angkatan Bersenjata Nepal.
Juru bicara maskapai Yeti Airlines Sudarshan Bartaula mengatakan belum dapat mengonfirmasi apakah ada korban selamat.
Kecelakaan Udara Terburuk
Insiden pada Minggu tercatat sebagai kecelakaan udara terburuk di Nepal selama sekitar tiga dekade. Belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan, tetapi Nepal sendiri memiliki sejarah kecelakaan penerbangan yang fatal, seringkali karena landasan pacu yang jauh dan perubahan cuaca yang tiba-tiba yang dapat menyebabkan kondisi berbahaya.
Kurangnya investasi untuk pesawat baru dan regulasi yang buruk disebut juga menjadi penyebab kecelakaan di masa lalu. Selain itu, Nepal yang merupakan rumah bagi sejumlah gunung paling menakjubkan di dunia, memiliki medan yang paling sulit untuk dinavigasi.
Advertisement