Meneropong Prospek Investasi Saham pada 2023 dari Manulife Investment Management

Manulife Invesment Management memaparkan sejumlah faktor yang bayangi pasar saham pada 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 17 Jan 2023, 23:03 WIB
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Manulife Investment Management prediksi selera investasi lebih positif di pasar saham pada 2023 karena berkurangnya tekanan kenaikan suku bunga. Hal itu sebabkan oleh suku bunga Bank Indonesia (BI) yang sudah mendekati puncaknya.

Chief Economist & Investment Strategist Manulife Investment Management, Katarina Setiawan mengatakan, selain suku bunga BI, terdapat juga harapan peningkatan aktivitas domestik karena pemilu yang diselenggarakan pada awal 2024.

"Seperti kita ketahui, pemilu kali ini itu sangat besar ya memang ada pemilu presiden, pemilu DPR, DPRD ada pilkada, sekaligus terjadi pada kuartal I 2024," kata Katarina dalam konferensi pers, Selasa (17/1/2023).

Dengan demikian, dana yang dianggarkan untuk pemilu kali ini sangat besar mencapai Rp 110 triliun. Artinya, jauh lebih besar daripada pemilu pada tahun-tahun sebelumnya dan ini akan dibelanjakan pada semester II 2023.

Menurut ia, sebagian besar akan sangat mendorong daya beli masyarakat dan perputaran ekonomi. Selain itu, membaiknya risiko nilai tukar seiring redanya penguatan USD sangat akan membantu pasar saham Indonesia.

Masih dalam kesempatan yang sama, Senior Portfolio Manager Equity Manulife Investment Management, Samuel Kesuma menuturkan, telah terjadi perubahan selera investasi yang lebih positif terhadap pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Hal ini akibat bank sentral AS atau the Fed mengurangi agresivitasnya, didukung oleh pembukaan kembali ekonomi China. Dampaknya, pada November 2022, negara berkembang membukukan rekor tertinggi arus masuk dana asing.

 


Aliran Dana Investor Asing

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Samuel menyebutkan, mulai dari akhir 2022, investor asing masuk lagi ke emerging market, berlanjut hingga 2023.

"Kalau Fed Rate cenderung turun dan ekspektasinya sudah stop naik kita lihat market sudah forward looking, itu arus investor mulai berbalik," kata Samuel.

Ia menambahkan, faktornya terbagi menjadi dua, pertama soal Fed Rate nya diperkirakan akan mendekati puncaknya pada 2023 ini. Kedua, tidak kalah penting, yakni China melakukan re-opening lebih cepat dari dugaan.

Tak hanya itu, Samuel juga membahas mengenai dampak nilai tukar Rupiah terhadap pasar saham

“Risiko nilai tukar yang selama ini menjadi ‘penghalang’ diharapkan akan membaik ketika penguatan USD mulai mereda," kata dia.

Pergerakan investor yang melakukan diversifikasi investasi keluar dari pasar China (pemegang bobot  terbesar dalam MSCI) berpotensi meningkatkan aliran dana masuk ke negara berkembang lainnya seperti Indonesia. 

Hal tersebut dapat mengimbangi kekhawatiran terjadinya fenomena bottom fishing, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh investor pada saham-saham di beberapa negara dengan kinerja yang tertekan pada 2022 lalu. 

 


Manulife Prediksi IHSG Sentuh 8.040

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Samuel menuturkan, sektor-sektor pilihan tim investasi MAMI pada 2023, yakni ekonomj hijau, keuangan, dan consumer discretionary.

"Kami merekomendasikan sektor yang terkait dengan green economy. Investasi di industri terkait electronic vehicle secara organik akan meningkatkan permintaan bahan mineral. Dalam jangka pendek, harga spot akan mendapat manfaat dari sinyal perlambatan kenaikan Fed Funds Rate dan pembukaan kembali China," kata Samuel.

Selain itu, sektor keuangan juga akan diuntungkan oleh ekonomi Indonesia yang kuat dan likuiditas  yang masih cukup tinggi. Hal ini memungkinkan perbankan untuk meningkatkan marjin sambil menjaga kualitas kredit. 

Sektor lainnya yaitu consumer discretionary. Konsumsi domestik diperkirakan akan meningkat di tahun ini, ditopang oleh belanja pemerintah terkait pemilu 2024," ujar dia.

Dengan demikian, Samuel memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan akhir tahun ini menyentuh level 8.040. "Proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan akhir 2023 adalah 8.040," ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya