Sejarah Berdirinya Museum Titik Nol Pasoepati di Solo yang Sarat Makna

Museum Titik Nol Pasoepati didirikan atas dasar kecintaan salah satu fans dari Pelita Solo yang saat ini menjadi Persis Solo, bernama Mayor Haristanto yang juga Presiden Pasoepati pertama.

oleh Dewi Divianta diperbarui 21 Jan 2023, 14:00 WIB
Mengintip Sejarah Berdirinya Museum Titik Nol Pasoepati di Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Solo - Berawal dari rasa cintanya terhadap klub Persis Solo, salah seorang fans klub itu, Mayor Haristanto mendirikan sebuah museum mini tentang Persis Solo. Mayor Haristantojuga dikenal sebagai pendiri Pasoepati dan Presiden Pasoepati pertama.

Museum tersebut diberi nama museum Titik Nol Pasoepati. Museum yang didirikan pada 9 Februari 2000 itu dijadikan sebagai tempat menyimpan barang-barang bersejarah ketika dirinya masih muda selama mengiringi dan mendukung tim berjuluk Laskar Sambarnyawa itu.

Museum Titik Nol Pasoepati itu berada di Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 37, Nusukan, Banjarsari, Surakarta itu banyak didatangi para suporter khususnya Persis fans dan juga suporter luar daerah. Tak hanya dari kalangan suporter, bahkan tak sedikit pejabat dari stakeholder keolahragaan juga pernah mendatangi museum tersebut.

Bukan tanpa alasan dirinya mendirikan museum tersebut, hal itu atas dasar kecintaannya terhadap klub yang bermarkas di Kota Solo. Dengan adanya klub sepak bola tersebut, menjadikan Kota Solo semakin berwarna dan semakin dikenal masyarakat.


Puluhan Scraft Penuh Kenangan

Mengintip Sejarah Berdirinya Museum Titik Nol Pasoepati di Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Tampak dari luar ornamen-ornamen berbau Persis Solo sudah terpasang mulai dari pagar dan pintu masuk rumah yang dijadikan museum Titik Nol Pasoepati. Memasuki ruang pertama, pengunjung akan diperlihatkan berbagai bingkai MURI yang didapatkan oleh Mayor Haristanto, marchandise Pasopeati, jersey-jersey berbagi tim di Indonesia.

Sementara itu, memasuki ruangan kedua dan ketiga kita akan disuguhkan dengan adanya barang-baranf seperti puluhan scraft, jersey Persis, merchandise Pasoepati, alat-alat sablon, dan puluhan photo para pemain bola Indonesia dan didominasi oleh Pemain Persis Solo. Bahkan, tampak kursi-kursi saksi bisu kerusuhan Pasoepati dengan suporters PSIS beberapa tahun silam. 

"Museum Titik Nol Pasoepati saya dirikan pada 9 Februari 2000 dengan maksud bahwa Pasoepati bermula dari tempat ini. Saya mengumpulkan barang-barang bersejarah bagi saya, dan menyimpannya di sini," kata pria yang karib disapa Pak Mayor kepada Liputan6.com di lokasi, Selasa (17/1/2022).


Sempat Disita Bank

Mengintip Sejarah Berdirinya Museum Titik Nol Pasoepati di Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Dirinya menjelaskan, museum Titik Nol Pasoepati dibangunnya usai perdamaian antara suporter Pasoepati dengan pendukung dari klub Persebaya Surabaya, yakni Bonek (Bondo Nekat).

Perjalanannya mendirikan Pasoepati dan juga mendirikan museum tersebut tidak melulu mulus. Dirinya banyak melewati banyak rintangan terlebih pada urusan finansialnya. Tampat di mana berdiri museum Titik Nol Pasoepati itu pernah hampir disita oleh bank lantaran dirinya dua tahun tidak membayar angsurannya.

"Dua tahun terlalu fokus dengan Pasoepati sehingga rumah ini mau disita bank. tapi, bank memberikan opsi mau merelakan disita atau menual aset dan membayar tunggakannya. Saat itu saya jual mobil kijang dan melunasi tunggakan bank," tutur dia. 

Museum Titik Nol Pasoepati menjadi lokasi sport tourism, suporter dari luar daerah yang sedang berada di Kota Solo, bahkan pejabat-pejabat di sepak bola Indonesia banyak yang sudah mendatangi museum itu. Di antaranya jajaran direksi operator liga Indonesia, dan beberapa pemain bola nasional. 


Barang-Barang Saksi Sejarah

Mengintip Sejarah Berdirinya Museum Titik Nol Pasoepati di Solo (Dewi Divianta/Liputan6.com)

"Saya simpan artikel-artikel tentang pemain-pemain Persis Solo diplastikin, jersey, beberapa barang saya bingkai, berbagai macam merchandise Saya rawat dengan biaya sendiri museum Titik Nol Pasoepati," tutur dia.

Tak sedikit kenangan dirinya bertahun-tahun mendukung tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu, dari banyak peristiwa, dan barang-barang yang menjadi saksi sejarah perjalanannya menemani Persis Solo bersama Pasoepati. 

"Mungkin menurut orang lain museum ini hal kecil, tapi bagi saya ini adalah hal berkesan yang harus saya simpan. Perawatannya paling bersihkan lantai dan debu-debu biar tidak kotor. Ada yang membantu saya membersihkan museum ini," ujar dia.

Sementara itu, museum Titik Nol Pasoepati adalah impiannya yang ingin mengabadikan semua kenangan yang dia dapatkan selama menjadi pendukung Laskar Sambernyawa. Ia menyebut semua yang dilakukannya atas izin penuh dari pihak keluarga. Semua yang dilakukannya dalam mendukung Persis Solo dan juga membangun museum itu tak luput dari dukungan keluarganya.

"Keluarga sangat mendukung, bahkan ketika saya berdarah-darah memperjuangkan tempat ini agar tidak disita oleh bank. Suka duka dalam membuat museum ini ibaratnya berdarah-darah," dia mengakhiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya