Menaker: yang Nganggur Kebanyakan di Kota Tapi Kemiskinan Lebih Banyak di Desa

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menjelaskan, rasio jumlah pengangguran di Indonesia telah turun menjadi 5,82 persen di 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2023, 16:40 WIB
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, mengadakan Rapat Kerja bersama para Pejabat Tinggi Madya Kementerian Ketenagakerjaan pada Selasa, (28/6/2022) di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar gembira, angka pengangguran Indonesia sudah turun di akhir 2022 jika dibandingkan dengan kondisi saat pandemi atau di di awal 2020. Pandemi Covid-19 membuat angka penganguran di Indonesia naik ke level 7,2 persen di tahun 2021.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menjelaskan, rasio jumlah pengangguran di Indonesia telah turun menjadi 5,82 persen di 2022.

"Alhamdulillah karena sinergitas yang bisa dibangun, angka pengangguran turun jadi 5,82 persen. Turun memang tapi belum bisa mengembalikan sebagaimana sebelum pandemi (5,2 persen)," kata Ida Fauziyah dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda 2023 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/1/2023).

Sayangnya, tingkat pengangguran ini dominasi oleh kelompok usia muda yang telah menyelesaikan pendidikan SMA, SMK, Diploma hingga S1. Artinya angkatan kerja yang terserap ini mereka yang pendidikannya hanya tamatan SMP ke bawah.

"Ironi yang bekerja adalah saudara-saudara kita yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah," kata dia.

"Sementara yang nganggur didominasi yang tingkat pendidikannya lebih baik SMA, SMK, Diploma dan S1," sambung Ida.

Di sisi lain, jika dilihat berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan, terjadi paradoks. Kondisinya tidak linear dengan kondisi kemiskinan di pedesaan.

"Yang nganggur lebih banyak di kota tapi kemiskinan lebih banyak di desa," kata Ida.

Hal ini menunjukkan jumlah orang yang bekerja di desa tidak berbanding lurus dengan pendapatannya. Sehingga angka kemiskinannya di pedesaan tetap masih tinggi.

"Jadi yang bekerja di desa tidak berbanding lurus dengan pendapatannya yang baik sehingga angka kemiskinannya tinggi," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


Gelombang PHK Landa Indonesia, Bank Dunia Bongkar Penyebabnya

Buruh meletakkan puluhan nisan di sekitar area Monas, Jakarta, pada Hari Buruh Internasional, Sabtu (1/5/2021). Nisan hitam itu dihiasi tulisan yang mewakili perasaan para buruh, Antara lain RIP PHK Murah, Bebasnya Outsourcing, RIP Cuti Hamil, RIP Satuan Upah-Perjam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Habib Rab menanggapi isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di sektor industri Indonesia.

"Yang kami lihat beberapa sektor terdampak negatif, salah satu yang kami dengar adalah sektor tekstil mengalami kelambanan permintaan eksternal," kata Habib Rab, dalam konferensi pers Indonesia Economic Prospects (IEP) Edisi Desember 2022 di Jakarta, Kamis (15/12/2022).

"Bukan hanya permintaan eksternal, tetapi permintaan domestik di sektor ini juga menurun - sebagian terkait dengan kenaikan harga," sambungnya.

Selain tekstil Habib Rab juga melihat fenomena PHK besar-besaran di sektor digital, yang didorong oleh berubahnya pola konsumsi masyarakat sejak aktivitas ekonomi terbuka kembali.

"Ada tantangan cyclical, meskipun ekonomi tumbuh cepat, ada beberapa yang mengalami perlambanan.Tetapi jika melihat angka agregat pengangguran, mereka mendekati angka pra pandemi dari Agustus atau September," papar Habib.

Dia pun mengakui beragamnya situasi ekonomi di tiap negara karena ketidakpastian global, di mana ada ekonomi yang tumbuh, sementara ada juga yang mengalami kontraksi.

Seperti diketahui, PHK massal terjadi di sejumlah perusahaan di Indonesia salah satunya di sektor teknologi digital. Salah satunya Ruangguru yang melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya, juga 1.300 karyawan yang bernasib serupa GoTo.

Infografis Ancaman Gelombang PHK Massal Akibat Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya