Liputan6.com, Jakarta - Allah telah memerintahkan pelaksanaan sholat kepada para Nabi yang diutusnya antara lain Ibrahim, Ismail, Musa, Isa, dan Muhammad.
Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT diberi perintah untuk mengerjakan sholat dengan hukum wajib untuk dilaksanakan.
Baca Juga
Advertisement
Tata cara dan aturan dalam pelaksanaan salat oleh tiap nabi dan rasul kemungkinan berbeda-beda sesuai dengan perintah Allah. Sholat telah dilaksanakan sejak masa kenabian Adam hingga masa kenabian Muhammad SAW.
Penyempurnaan aturan, bacaan dan gerakan shalat diadakan ketika Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Miraj menuju ke Sidratul Muntaha. Perintah sholat juga diberikan kepada Bani Israil dan seluruh Ahli Kitab.
Saksikan Video Pilihan ini:
Masa Nabi Adam AS
Hadis dalam Alquran tentang perintah sholat kepada Nabi Adam yakni surat Maryam ayat 58 :
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَۖ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا ۩ ٥٨
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis”.
Mengutip tafsir dari laman NU Online, pada ayat ini Allah menerangkan bahwa para nabi dan rasul yang telah disebutkan namanya pada ayat-ayat yang lalu mereka itulah orang-orang yang telah diberi karunia dan nikmat oleh Allah dengan meninggikan derajat mereka dan mengharumkan nama mereka di kalangan umat manusia.
Pada umumnya semua nabi dan rasul mendapat karunia seperti itu semenjak dari Nabi Adam bapak pertama sampai kepada Nabi Nuh bapak kedua, sampai kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya termasuk Ishak, Yakub, Ismail, Musa, Harun, Zakaria, Isa dan semua orang pilihan-Nya, semuanya mempunyai sifat yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah mereka segera menjatuhkan diri (tersungkur) untuk sujud dan menangis serta merendahkan diri karena mengingat kebesaran Allah.
Advertisement
Masa Nabi Ibrahim AS
Selain pada surat Maryam Ayat 58, Allah berfirman dalam surat lain yakni Ibrahim Ayat 37
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Dalam ayat ini, diketahui bahwa Nabi Ibrahim memindahkan anak dan keturunannya ke sebuah lembah yang tandus dan tidak ditumbuhi oleh tumbuhan. Di tempat tersebut pula, Nabi Ibrahim membangun Ka'bah sebagai tempat pelaksanaan shalat bagi dirinya dan anak keturunannya.
Masa Nabi Ishaq AS dan Ya'kub AS
Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya' Ayat 72-73
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةًۗ وَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ ٧٢
“Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh”.
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَۙ ٧٣
“Kami menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat kebaikan, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah”.
Advertisement
Masa Nabi Muhammad SAW
Sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, umat muslim telah diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan shalat. Perintah ini disampaikan langsung di dalam Al-Qur'an. Shalat lima waktu baru diwajibkan setelah terjadinya peristiwa Isra Mi'raj. Dalam Isra Mi'raj tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad salat terlebih dahulu di Al-Jami' Al-Aqsha sebelum naik ke langit dan berjumpa dengan para nabi yang lainnya.
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥
“Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sangat dianjurkan mengerjakan shalat itu lengkap dengan sunah-sunahnya. Jika dikerjakan dengan sempurna, maka shalat dapat mencegah dan menghalangi orang yang mengerjakannya dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Mengerjakan shalat adalah sebagai perwujudan dari keyakinan yang telah tertanam di dalam hati orang yang mengerjakannya, dan menjadi bukti bahwa ia meyakini bahwa dirinya sangat tergantung kepada Allah.
Oleh karena itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sesuai bacaan surat al-Fatihah dalam shalat, "Tunjukkanlah kepada kami (wahai Allah) jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat."
Doa itu selalu diingatnya, sehingga ia tidak berkeinginan sedikit pun untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar. Beberapa ulama tafsir berpendapat bahwa yang memelihara orang yang mengerjakan shalat dari perbuatan keji dan mungkar itu ialah shalat itu sendiri.