Wamenkes Dante: Penyakit Jantung Bebani Biaya BPJS Rp9,7 Triliun Tiap Tahun

Penyakit jantung memakan pembiayaan BPJS Kesehatan Rp9,7 triliun tiap tahun.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Jan 2023, 19:05 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono saat mengunjungi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada 11 Desember 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, penyakit jantung menelan pembiayaan BPJS Kesehatan Rp9,7 triliun tiap tahun. Pembiayaan yang ditanggung BPJS Kesehatan ini terbilang sangat besar.

Dari data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada sekitar 15 dari 1.000 orang yang menderita penyakit jantung. Terlebih lagi, bagi mereka yang mempunyai penyakit komorbit dan berkaitan dengan penyakit degeneratif atau penuaan.

"Sesungguhnya di Indonesia itu 15 dari 1.000 orang itu mengalami kelainan jantung, mempunyai penyakit jantung. Nah, 15 dari 1.000 orang ini bisa dibilang begitu banyaknya orang yang menderita penyakit jantung," ujar Dante saat memberikan keterangan pers terkait mesin MSCT Scan terbaru di Pusat Jantung Nasional, RS Jantung Harapan Kita Jakarta, pada Kamis, 19 Januari 2023.

"Apalagi sebelumnya, selain penyebab faktor risiko juga merupakan penyakit-penyakit degeneratif, penyakit yang berhubungan dengan penuaan. Dari 15 orang tersebut, data menunjukkan bahwa kematiannya sebesar 14,4 persen. Salah satu kematian terbesar dari penyakit yang ada di Indonesia."

Ditekankan kembali, pembiayaan penyakit jantung pada BPJS Kesehatan termasuk besar. Hal ini juga melihat rasio orang yang menderita penyakit jantung.

"Implikasi apa yang terjadi? Implikasinya bahwa penyakit jantung ini merupakan penyakit katastropik dengan pembiayaan biaya BPJS paling besar, yaitu sebesar Rp9,7 triliun setiap tahunnya," terang Dante.


Medical Check Up Jantung

Penyakit gagal jantung dan penyakit jantung koroner menjadi penyebab tertinggi kematian penduduk Indonesia. Credits: pexels.com by Los Muertos Crew

Menilik pembiayaan BPJS Kesehatan yang besar terhadap penyakit jantung, Dante Saksono Harbuwono menegaskan, harus ada pendekatan lebih baik dalam penanganannya. Salah satunya, medical check up jantung.

"Kita harus melakukan pendekatan yang lebih baik, kita harus memberikan perhatian yang lebih baik terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah," ucapnya.

"'Kementerian Kesehatan baru saja memberikan alat CT scan. Alat ini merupakan salah satu brand yang mempunyai kualitas yang sama dengan center jantung di Eropa."

Alat scan bernama multislice computed tomography (MSCT) Scan ini digunakan untuk medical check up jantung. MSCT Scan merupakan generasi terbaru dari CT scan.

MSCT memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi dengan akurasi tinggi yang berkaitan dengan pemeriksaan organ bergerak, salah satunya adalah jantung.

"Mudah-mudahan fasilitas medical check up untuk pembuluh darah dan jantung serta pembuluh darah untuk otak di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita bisa berkembang lebih baik," pungkas Wamenkes Dante.

"Kita nanti akan tambah satu lagi alat di sini karena saya lihat ada satu tempat yang masih kosong. Kita akan  percepat untuk melakukan medical check up, sehingga masyarakat bisa terlayani dengan cepat."


Tunggu Antrean Pasang Ring

Ilustrasi Cara Mengobati Lemah Jantung Credit: pexels.com/Vidal

Terkait dengan penyakit jantung, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. J. Leimena Ambon sukses melaksanakan tindakan intervensi non bedah (PCI) jantung yang pertama kali di Provinsi Maluku.

Secara nasional, Maluku merupakan provinsi ke 28 yang telah melakukan tindakan intervensi non bedah dengan pemasangan stent pada penyakit jantung koroner.

Wamenkes Dante Saksono Harbuwono mengatakan, upaya ini merupakan salah satu langkah konkret transformasi layanan kesehatan rujukan yang saat ini diusung Kementerian Kesehatan.

Tujuannya, mengurangi beban pembiayaan kesehatan dan mengurangi antrean penanganan penyakit jantung serta sekaligus memberikan kemudahan akses masyarakat Indonesia kepada pelayanan kesehatan.

“Salah satu yang menjadi kendala dalam upaya untuk menekan angka kematian jantung ini adalah tindakan intervensi yang masih sangat terbatas," kata Dante saat konferensi pers pada 2 Desember 2022.

"Bahkan penyakit jantung yang merupakan penyakit katastropik terbesar ini harus menunggu waktu layanan satu tahun untuk dipasang ring kalau dikerjakan hanya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta."

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi dalam 10 tahun terakhir, kelompok penyakit ini juga menjadi beban pembiayaan yang besar (penyakit katastropik). Berdasarkan data estimasi kasus kardiovaskular di Indonesia sebanyak 2.784.064 kasus.

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya