5 Cara Putuskan Rantai Stunting Balita di Indonesia

Bangun kebiasaan konsumsi gizi seimbang keluarga untuk memutus rantai stunting.

oleh stella maris diperbarui 19 Jan 2023, 22:09 WIB
Program Royco NutriMenu/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus menggaungkan kampanye cegah stunting lintas sektor. Target penurunan angka prevalensi stunting pun harus mencapai 14%. 

Berkaitan dengan hal tersebut, pada 2021 sebuah studi Kasus Gizi Indonesia menemukan bahwa 24,4% balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi (stunting) pada tahun 2021. Itu artinya, pertumbuhan anak, khususnya stunting perlu diperhatikan agar generasi muda Indonesia dapat berkembang secara optimal dan berkontribusi terhadap Indonesia yang lebih maju dan produktif. 

Apalagi pada 2030, Indonesia akan memasuki bonus demografi. Generasi muda yang merupakan generasi emas Indonesia, harus benar-benar memahami gangguan perkembangan yang disebabkan stunting. 

Nah, salah satu yang harus diketahui bahwa permasalahan stunting bukan semata-mata berasal dari faktor genetik loh, tapi juga asupan gizi yang belum memenuhi kebutuhan si Kecil. 

Dengan kata lain, bukan cuma para ibu saja yang harus memiliki peran kunci sebagai agen perubahan dalam menangani dan memutuskan rantai stunting. Seluruh masyarakat pada umumnya dan generasi muda pada khususnya juga harus memahaminya, agar keluarga dan rumah tangga bebas stunting. 

Dokter spesialis gizi klinik dr. Diana Felicia Suganda, M.Kes, Sp.GK mengatakan bahwa stunting merupakan salah satu permasalahan terbesar bagi perkembangan generasi muda Indonesia. Orang tua, khususnya

ibu memiliki peran besar karena dapat menentukan keseimbangan gizi dan kesehatan anak dan diri sendiri sedari remaja. 

"Dengan kebiasaan gaya hidup dan pola makan yang seimbang, masyarakat Indonesia, khususnya anak dan ibu, dapat terbebaskan dari siklus rantai stunting," kata dr Diana Felicia. 

Nah, untuk memutus rantai stunting balita, berikut tips dari dr. Diana Felicia: 

 


1. Pola Makan Ibu adalah Pola Makan Anak

Ternyata stunting dapat terjadi sejak anak berada di dalam kandungan, loh! Meski stunting bukan berasal dari permasalahan genetik, perempuan Indonesia perlu memperhatikan pola makan sehat dengan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri, bahkan dari mulai beranjak remaja dan sebelum menikah.

Penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 16,8% remaja, termasuk remaja perempuan, berusia 13-18 tahun memiliki tubuh kurus dan sangat kurus yang disebabkan oleh kurang makan dan asupan gizi. 

Untuk membantu menanam pola makan sehat di dalam rumah tangga, perempuan memiliki peran penting dalam menjaga kebiasaan pola makan sehat dengan konsumsi makanan berserat, memakan sayur dan buah dan minum air putih. Dengan menjaga kebiasaan pola makan sehat dan bergizi seimbang, perempuan Indonesia dapat mengurangi risiko punya anak kurang gizi mulai dari masa remaja.

 


2. Hal Ini yang Tingkatkan Risiko Kesehatan pada Bumil dan Janin

Selain berisiko bagi anak, asupan gizi yang nggak seimbang juga akan memengaruhi kesehatan ibu hamil loh. Mulai dari anemia, sembelit, hipertensi, diabetes gestational, dan hiperemesis gravidarum atau mual dan muntah berlebih sehingga dapat mempersulit masa kehamilan ibu.

Perempuan yang stunting, kelak berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang memiliki risiko tinggi kondisi stunting. Oleh karena itu sangat penting bagi ibu hamil untuk menerapkan prinsip gizi seimbang dengan memenuhi asupan energi dan protein, asam lemak dan asam folat, serat, zat besi, serta vitamin dan mineral. Dengan memperhatikan asupan gizi ibu hamil dan keluarga, asupan gizi anak juga akan lebih baik dan diturunkan kepada buah hati sejak dini.

 


3. Pola Asuh Terbaik, Kehamilan-1000 HPK

Sangat penting untuk diketahui bahwa kondisi stunting pada anak nggak bisa berubah. Data Studi Kasus Gizi Indonesia telah menunjukkan bahwa dari 34 Provinsi di Indonesia, hanya 1 provinsi sudah termasuk dalam kategori gizi baik.

Untuk mencapai perbaikan gizi anak di seluruh Indonesia, perlu diperhatikan masa kritis perkembangan anak, salah satunya adalah dalam 1000 hari pertama kehidupannya (HPK), yang dimulai dari 270 hari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau 730 hari.

Meskipun kondisi stunting nggak bisa diubah, stunting masih dapat dicegah demi menciptakan masa depan generasi muda yang lebih baik. Orang tua dapat menjaga asupan gizi yang seimbang bagi anak dengan menerapkan Isi Piringku, acuan Kementerian Kesehatan yang menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang berisi 50% buah dan sayur, serta 50% karbohidrat dan protein.

 


4. Jangan Ragu Tanya ke Dokter Gizi

Dengan konsultasi kepada dokter gizi serta dokter anak, orang tua dapat terus memantau kebutuhan gizi anak dan mencegah stunting terjadi pada anak. Pada masa kritis 1000 HPK, anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. 

Ingat, jika nggak ditangani, maka kondisi stunting di anak usia lima tahun akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja serta mempengaruhi potensi kesuksesan di masa mendatang. 

Demi masa depan anak yang cemerlang, orang tua dapat konsultasi dengan dokter ataupun mencari informasi dari internet dan komunitas orang tua untuk membuat resep makanan yang

praktis dan menggugah selera anak dengan gizi seimbang di rumah dengan kandungan mikro dan makronutrien yang optimal dan sesuai takaran, dari mulai lauk pauk hingga bumbu tambahan seperti lada, garam, ataupun MSG.

 


5. Terapkan Isi Piringku

Program Royco NutriMenu/Istimewa.

Kehadiran inisiatif program dan kegiatan yang fokus terhadap gizi anak dan ibu sangat membantu dalam memberikan edukasi mengenai makanan dan asupan gizi yang cukup. Dengan panduan Isi Piringku, orang tua dapat mengambil peran aktif untuk menjaga gaya hidup sehat bagi anak dan keluarga, mulai dari isi piring yang seimbang hingga mengonsumsi air putih yang cukup dan olahraga setiap hari.

Perbaikan dan pencegahan kondisi stunting yang memengaruhi peluang kesuksesan dalam kehidupan anak menjadi komitmen orang tua serta keluarga demi masa depan anak yang cemerlang. Yuk, mari sama-sama atasi stunting anak Indonesia!

Selain itu, kamu juga bisa mengikuti inisiatif Isi Piringku lewat #KebaikanIsiPiringku yang berkolaborasi dengan PKK, BKKBN, PNM, IBI, serta LSM dan pemerintah serta sektor swasta untuk mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya