Harga Perak Diramal Sentuh USD 30 per Ons, Tertinggi dalam 9 Tahun

Harga perak diramal akan menyentuh nilai tertingginya dalam sembilan tahun, sebesar USD 30 per ons.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Jan 2023, 18:45 WIB
Ilustrasi Perak (Gambar oleh Kevin Schneider dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Analis memprediksi harga perak akan menyentuh nilai tertingginya dalam sembilan tahun.

Data harga penutupan dari Refinitiv menunjukan, harga perak terakhir kali menyentuh level USD 30 per ons pada Februari 2013.

Melansir CNBC International, Jumat (20/1/2023) harga perak tahun ini diprediksi mencapai USD 30 atau sekitar Rp. 452,530 ribu per ons, atau mungkin melebihi harga emas.

Pasokan perak yang tidak mencukupi serta kecenderungannya untuk menjadi pemain yang lebih baik daripada emas pada periode inflasi tinggi disebut-sebut menjadi pendorong utama yang mendorong prospek tersebut.

"Perak secara historis memberikan keuntungan hampir 20 persen per tahun pada inflasi tinggi. Mengingat rekam jejak itu, dan betapa murahnya perak dibandingkan dengan emas, tidak mengherankan melihat perak menuju USD 30 per ons tahun ini, meskipun kemungkinan akan memberikan perlawanan yang signifikan,"' kata Janie Simpson, CEO di ABC Bullion.Harga perak telah mencatat rekor tertinggi sebesar USD 49,45 pada tahun 1980 karena dipicu oleh tingkat inflasi 13,5 persen, naik dari sekitar USD 4 pada tahun 1976, ketika tingkat inflasi lebih dingin di 5,7 persen.

"Perak sedang dalam kelangkaan... dan ada penarikan penting dalam stok fisik yang tersedia yang disimpan di New York dan London, lebih dari yang terlihat pada emas," kata Nicky Shiels, kepala strategi logam di perusahaan logam mulia MKS PAMP.

Shiels menambahkan bahwa perak diperkirakan akan membukukan defisit lebih dari 100 juta ons selama lima tahun ke depan, dengan permintaan industri memacu ketatnya pasokan.

"Segmen terbesar dari permintaan perak adalah industri, (yang setara) dengan hampir 50 persen dari total permintaan," jelasnya.


Produksi Perak Mulai Menurun

Ilustrasi perak (Gambar oleh cocoparisienne dari Pixabay)

Bahkan, Presiden perusahaan perak Wheaton Precious Metals, Randy Smallwood mengungkapkan bahwa sudah mulai adanya penurunan produksi perak.

"Kami mencapai puncak pasokan perak sekitar lima, enam tahun lalu. Produksi perak di seluruh dunia sebenarnya telah menurun, dan kami tidak melihat banyak perak yang dihasilkan dari tambang," kata Smallwood.

Sementara menurut kelompok perdagangan The Silver Institute, pasokan perak dari produksi tambang pada tahun 2022 adalah 843,2 juta ons, masih jauh dari puncak dekade ini sebesar 900 juta ons pada tahun 2016.

Pasokan perak, yang sebagian besar diproduksi sebagai produk sampingan dari tambang timbal-seng, tembaga, dan emas, umumnya tidak merespons permintaan dengan cepat.

 


Adanya Keterbatasan

Ilustrasi pengrajin perak dan emas. (Foto: Shutterstock)

"Ketika harga perak naik, bukan berarti tambang perak dapat meningkatkan produksi, karena tambang perak hanya memasok sekitar 25 persen dari perak," papar Smallwood, menambahkan bahwa pasar sering bergantung pada tambang timbal-seng untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi.

Namun, dia menyatakan bahwa meskipun tidak mengejutkan melihat harga perak menyentuh USD 30 per ons, dia tidak berpikir bahwa kenaikan akan bertahan. Dia juga menyerukan harga Perak untuk "tetap berada di atas $20 per ons."

"Saya sangat optimis pada emas, tapi saya bahkan lebih optimis pada perak" ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya