Imlek dan Kisah Toleransi di Kelenteng yang Berdampingan dengan Masjid dan Tempat Ibadah Lain di Surabaya

Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Jawa Timur Ongky Setyo Kuncoro mengatakan Tahun Baru Imlek 2574 Konzili merupakan momen untuk meningkatkan toleransi antar-umat beragama

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2023, 00:30 WIB
Masjid Cheng Ho atau Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, adalah bangunan masjid yang menyerupai kelenteng. (Sumber: Instagram/@exploresurabaya)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Jawa Timur Ongky Setyo Kuncoro mengatakan Tahun Baru Imlek 2574 Konzili merupakan momen untuk meningkatkan toleransi antar-umat beragama.

"Tahun Baru Imlek kali ini merupakan momen untuk meningkatkan toleransi antar-umat beragama. Kami berharap dalam merayakan Tahun Baru Imlek 2574 ini seluruh umat Khonghucu yang ada di Jawa Timur tetap menjaga ketertiban," kata Ongky Setyo Kuncoro di Surabaya, Kamis.

Pria yang juga pengurus Klenteng Pak Kik Bio di Jalan Jagalan, Surabaya itu mengungkapkan dalam menyambut Imlek, kelenteng-nya membersihkan area klenteng dan altar persembahyangan.

"Dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2574 Konzili, kami melakukan ritual pembersihan patung dewa dan area klenteng agar pada saat momen pergantian tahun dapat digunakan dengan nyaman dan hikmat oleh para jemaat," ujarnya.

Dia mengajak umat Khonghucu menjalankan ibadah saat Imlek dengan sederhana, mengingat saat ini dalam kondisi bayang-bayang resesi. "Yang lebih penting tetap menjaga persatuan dan kesatuan," ujarnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Berdiri Berdampingan

Wisatawan saat mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang, Jumat (20/7). Kelenteng Gedung Batu Sam Poo Kong sebuah petilasan yaitu bekas tempat persinggahan pertama Laksamana Tiongkok beragama islam Zheng He/Cheng Ho. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Senada dengan Ketua Matakin Jatim, Pengurus Klenteng Ba De Miao, Royal Residence, Lakarsantri Surabaya Liem Tiong Yang juga berharap momen Tahun Baru Imlek ini dapat saling menjaga kerukunan antar-umat beragama dan toleransi, sehingga dapat tercapai kedamaian, khususnya di Kota Surabaya dan umumnya di Jawa Timur.

"Dalam perayaan Tahun Baru Imlek yang paling utama adalah berkumpul dengan keluarga dan dilanjutkan kegiatan peribadahan kepada leluhur, kepada Nabi/Shenming, kepada bumi dan kepada Tian Yang Maha Esa," ujar dia.

Dia menjelaskan Klenteng Ba De Miao, merupakan salah satu dari enam tempat ibadah agama lainnya yang berdiri saling berdampingan sebagai wujud spirit toleransi antar-umat beragama di Kota Surabaya.

Bangunan dua lantai tersebut berjejer rapi dengan Gereja GKI (Kristen), Pura Sakti Raden Wijaya (Hindu), Kapel Santo Yustinus (Katolik), Wihara Buddhayana (Budha), dan Masjid Al Muhajirin (Islam).

"Dalam kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2574 Konzili atau tahun Kelinci Air semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua, sancai," ujar pria yang juga pengurus Makin Kota Surabaya itu.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya