Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Imlek seperti yang kita kenal hari ini, dengan segala kemeriahannya, tak lepas dari peran Gus Dur. Ada pesan toleransi, kesetaraan, penghormatan terhadap keberagaman dan inklusi.
Sosok KH Abdurrahman Wahid, Presiden keempat Indonesia itulah orang pertama yang merestui perayaan Imlek digelar secara terbuka. Sebelumnya, Imlek pada zaman Presiden Suharto hingga Habibie berlangsung senyap.
Dan ini adalah salah satu fragmen penting bagaimana kemudian Imlek digelar terbuka dan setara, seperti ditulis oleh Siti Maulida, di laman NU Online.
Baca Juga
Advertisement
Alkisah, seminggu setelah Gus Dur menjadi presiden Republik Indonesia, Ketua Umum Dewan Rohaniawan Matakin Xs Budi Santoso Tanuwibowo menceritakan bahwa ia bersama satu orang temannya Bingki mendatangi Gus Dur untuk meminta pengadaan acara Imlek Nasional.
“Sebelumnya tidak kepikiran apa-apa, kami main ke Ciganjur ndengerin musik, ketika lewat di jembatan Istiqlal jembatan rel kereta, tiba-tiba saya berkata pada Bingki tercetus ‘eh ayo kita minta Imlek’, seperti ada wangsit untuk menemui Gus Dur,” ungkapnya dalam podcast yang ditayangkan oleh Kanal Youtube NU Online pada, Selasa (18/10/22).
Saat Xs Budi dan Bingki menemui Gus Dur, ia mengungkapkan tujuan datang ke istana, yaitu meminta Gus Dur mengadakan acara Imlek Nasional pertama kalinya.
“Ketika saya bertemu Gus Dur saya meminta ‘Gus memupung Sampean jadi presiden boleh dong sekali-kali adain Imlek nasional,” tandasnya. Xs Budi menjelaskan kepada Gus Dur bahwa Imlek yang dimaksud adalah acara yang menghadirkan komunitas Tionghoa dan Khonghucu di seluruh Indonesia, dengan kehadiran presiden.
Tidak sekadar menjawab setuju, Gus Dur malah menjawab agar membuatnya dua kali. “Bikin dua kali Imlek di Jakarta, kamu ketuanya, dan Cap Gomeh di Surabaya Pak Bingki ketuanya,” kata Budi meniru ucapan Gus Dur.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Imlek dan Cap Gomeh
“Saya dan Pak Bingki bingung, karena nggak ada dana untuk mengadakan dua acara besar sekaligus,” lanjutnya.
Karena alasan dana, Xs Budi menjelaskan kepada Gus Dur bahwa setiap agama hanya memiliki satu perayaan. Menurutnya, jika agama Islam wajar karena umatnya banyak jumlahnya sehingga perayaannya lebih dari satu.
Ia mengatakan kepada Gus Dur karena umat Konghuchu sedikit jadi ia hanya meminta satu perayaan saja.
“Saya mengatakan kepada Gus Dur, Umat Hindu perayaannya satu Nyepi, Umat Budha satu juga yaitu Waisak, Umat Kristen dan Katolik dijadikan satu di Natal. Nah kalau Islam karena banyak jumlahnya jadi perayaanya lebih dari satu tidak papa, jadi saya meminta kepada Gus Dur cukup satu perayaan saja,” ungkapnya.
Di pagi hari, Xs Budi mendapati telepon dari Sekretaris Presiden Ratih Harjono, bahwa dua perayaan yaitu Imlek dan Cap Gomeh disetujui oleh Gus Dur untuk diadakan.
“Maka tanggal 17 Februari tahun 2000 Imlek di Sudirman terjadi pertama kali, dan satu minggu kemudian Cap Gomeh di Surabaya,” ungkapnya Dari cerita tersebut, Xs Budi mengatakan, bahwa Gus Dur sosok yang membela tanpa di belakang. Menurutnya, keunggulan Gus Dur adalah pasang badan di depan.
“Kalau orang lain membela hanya berupa wacana support, simpati, doa, kalau Gus Dur totalitas, bukan hanya membela umat Khonghucu, yang lain juga,” tandasnya.
(Sumber:https://www.nu.or.id/nasional/cerita-umat-khonguchu-minta-perayaan-imlek-gus-dur-bikin-dua-kali-KWvfc)
Tim Rembulan
Advertisement