Liputan6.com, Tel Aviv - Puluhan ribu orang Israel berkumpul di Tel Aviv pada Sabtu (21/1/2023) malam, untuk memprotes rencana pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merombak sistem peradilan. Media lokal yang mengutip polisi mengatakan, terdapat sekitar 100.000 demonstran yang beraksi.
Protes tersebut merupakan lanjutan dari unjuk rasa serupa pekan lalu, menandai tantangan awal bagi Netanyahu dan pemerintahannya yang ultra-nasionalis, ultra-Ortodoks, dan paling kanan dalam sejarah Israel.
Advertisement
Dikutip dari VOA, Minggu (22/1), pemerintah Netanyahu mengatakan bahwa ketidakseimbangan kekuasaan telah memberikan hakim dan penasihat hukum pemerintah terlalu banyak pengaruh dalam proses pembuatan undang-undang dan pemerintahan.
Para pengunjuk rasa dilaporkan memenuhi jalan-jalan di Tel Aviv dengan mengusung bendera dan spanduk, yang salah satunya bertuliskan, "Anak-anak kami tidak akan hidup dalam kediktatoran".
"Protes ini untuk membela negara," kata pemimpin oposisi dan mantan Perdana Menteri Yair Lapid, yang turut bergabung dengan massa. "Orang-orang datang ke sini untuk melindungi demokrasi."
Seorang demonstran lainnya, Lior, mengatakan, "Semua generasi prihatin. Ini bukan lelucon. Ini adalah redefinisi lengkap demokrasi."
Selain Tel Aviv, protes juga berlangsung di kota-kota lain seperti Yerusalem, Haifa, dan Beersheba.
Netanyahu Didesak Pecat Sekutunya
Tekanan lain datang terhadap Netanyahu dari jaksa agung, yang memintanya untuk memecat sekutu utamanya, Aryeh Deri. Desakan muncul setelah putusan Mahkamah Agung Israel mendiskualifikasi Aryeh Deri dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri dan menteri kesehatan karena hukuman atas pelanggaran pajak.
Netanyahu sendiri diperkirakan akan mengindahkan desakan tersebut, memperdalam keretakan di negara itu atas sistem peradilan dan kekuatan pengadilan.
Advertisement
Netanyahu Bakal Lanjut Terus
Awal pekan ini, Netanyahu yang tengah diadili karena korupsi, bersumpah untuk melanjutkan rencana perombakan sistem peradilan meskipun ada protes. Kritikus mengatakan perubahan itu dapat membantu Netanyahu menghindari hukuman dalam persidangan korupsi atau bahkan membuat kasusnya lenyap.
"Tujuannya adalah untuk menyelamatkan hanya satu orang dan satu-satunya yang dimaksud adalah Tuan Netanyahu dari persidangannya. Itulah sebabnya saya di sini," ungkap seorang pemrotes.
Pada Jumat (20/1), koalisi Netanyahu mendapat "ujian" baru setelah ketidaksepakatan antara anggota kabinet atas pembongkaran pos pemukiman tidak sah di Tepi Barat.