Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan media visual Getty Images, pada awal pekan lalu menggugat Stability AI, perusahaan di balik alat pembuat karya seni berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) populer, Stable Diffusion.
Gugatan dilayangkan Getty Images melalui pengadilan London, dengan tudingan pelanggaran hak cipta.
Advertisement
Stability AI disebut "secara tidak sah menyalin dan memproses jutaan gambar yang dilindungi hak cipta dan metadata terkait yang dimiliki atau diwakili Getty Images tanpa lisensi untuk menguntungkan kepentingan komersial Stability AI dan merugikan pembuat konten."
"Getty Images percaya kecerdasan buatan memiliki potensi untuk merangsang upaya kreatif," tulis perusahaan dalam siaran persnya, seperti dikutip dari Engadget, Senin (23/1/2023).
Lebih lanjut disebutkan, mereka memberikan lisensi kepada inovator teknologi untuk tujuan terkait dengan pelatihan sistem kecerdasan buatan, dengan cara menghormati hak kekayaan pribadi dan intelektual.
"Stability AI tidak mencari lisensi semacam itu dari Getty Images dan sebagai gantinya, kami percaya, memilih untuk mengabaikan opsi lisensi yang layak dan perlindungan hukum sudah lama ada untuk mengejar kepentingan komersial mereka yang berdiri sendiri."
Rincian gugatan belum dipublikasikan. Namun CEO Getty Images Craig Peters, kepada The Verge mengatakan, tuntutan akan mencakup hak cipta dan pelanggaran Terms of Service (TOS) situs seperti web scraping.
Peters juga mengklaim, perusahaan tidak mencari ganti rugi finansial dalam gugatan terhadap platform AI ini, melainkan berharap membangun preseden menguntungkan untuk litigasi di masa mendatang.
Tak Bikin Gambar Sendiri
Sebagai informasi, alat pengubah teks ke gambar dengan AI seperti Stable Diffusion, Dall-E, dan Midjourney, menggunakan basis data besar. Mereka tidak menciptakannya secara mandiri, melainkan belajar dari data-data gambar yang sudah ada sebelumnya.
Sebuah studi independen pada Agustus 2022 mencatat, sebagian besar data Stable Diffusion kemungkinan ditarik langsung dari situs Getty Images. Ini terlihat karena adanya kebiasaan alat itu, membuat ulang watermark dari Getty.
Sementara itu, perwakilan pers Stability AI belum mau berkomentar lebih lanjut, ketika dihubungi oleh The Verge. "Tim Stability AI belum menerima informasi terkait gugatan ini, jadi kami tidak bisa berkomentar," kata Angela Pontarolo.
Sebelumnya, Getty Images juga melarang unggahan dan penjualan ilustrasi gambar yang dibuat menggunakan alat-alat AI seperti DALL-E, Midjourney, dan Stable Diffusion.
Mengutip The Verge, Jumat (7/10/2022), beberapa situs juga telah mengeluarkan larangan serupa, termasuk Newgrounds, PurplePort, dan FurAffinity.
Advertisement
Getty Images Larang Karya Seni AI
Kepada The Verge, CEO Getty Images Craig Peters mengungkapkan, larangan didorong oleh kekhawatiran soal legalitas konten dihasilkan AI, serta keinginan untuk melindungi pelanggan.
"Ada kekhawatiran nyata sehubungan dengan hak cipta keluaran dari model-model ini dan masalah hak yang belum terselesaikan sehubungan dengan citra, metadata gambar, dan individu-individu yang terkandung dalam citra tersebut," ujarnya.
Peters menyebut, menjual karya seni atau ilustrasi berbasis AI berpotensi membuat pengguna Getty Images harus berhadapan dengan hukum. Sehingga, mereka pun harus bersikap proaktif demi kepentingan pelanggannya.
Peters tidak mengatakan apakah Getty Images sudah pernah menghadapi kasus terkait penjualan konten yang dibuat AI.
Namun, ia menyebut konten-konten seperti ini "sangat terbatas" di platformnya, dan menegaskan perusahaan hanya memperkenalkan kebijakan ini untuk "menghindari risiko terhadap reputasi, merek, dan keuntungan (pelanggan)."
Shutterstock, pesaing terbesar Getty Images, di sisi lain, disebut telah membatasi beberapa pencarian untuk konten AI. Namun, mereka belum mengumumkan aturan khusus yang melarang materi-materi semacam ini.
Platform lain sementara itu, telah menghapus gambar-gambar buatan AI dengan alasan selain melindungi pelanggan. FurAffinity misalnya, mengatakan pelarangan karya seni buatan AI yang mereka terapkan, dilakukan karena merusak karya buatan seniman manusia.
Larangan di Platform Lain
"Aplikasi AI dan pembelajaran mesin (DALL-E, Craiyon) mengambil sampel karya seniman lain untuk membuat konten," kata moderator FurAffinity.
Mereka mengatakan, konten yang dihasilkan dapat mereferensikan ratusan, bahkan ribuan karya dari seniman lain untuk membuat gambar turunan.
"Tujuan kami adalah untuk mendukung artis dan konten mereka. Kami tidak percaya bahwa itu adalah kepentingan terbaik komunitas kami untuk mengizinkan konten yang dihasilkan AI di situs ini," kata FurAffinity.
Soal ancaman AI bagi kehidupan ilustrator dan fotografer yang menjual karyanya di Getty Images, Peters mengatakan alat ini hanyalah contoh terbaru dari teknologi, yang memperluas jumlah citra yang sudah ada.
Peters menambahkan, menghapus konten AI mungkin akan sulit. Getty Images pun disebut mengandalkan pengguna untuk mengidentifikasi dan melaporkan gambar-gambar semacam ini.
Mereka juga menggandeng C2PA (the Coalition for Content Provenance and Authenticity), untuk membuat filter.
(Dio/Ysl)
Advertisement