Liputan6.com, Banyuwangi - Sosok Mak Lampir sudah menjadi legenda bagi masyarakat, utamanya masyarakat Jawa. Padahal Mak Lampir sebenarnya berasal dari pulau seberang dan menjadi mitologis masyarakat Sumatra.
Cerita Mak Lampir popular sejak era 80-an melalui sandiwara radio Misteri Gunung Merapi. Cerita radio itu kemudian diadaptasi ke layer lebar di era 90-an dengan judul “Perempuan Berambut Api dan “Cambuk Api”
Advertisement
Bahkan kepoluleranya pun membuat cerita Mak Lampir berlanjut ke cerita sinetron di era 2000-an dengan judul “Misteri Gunung Merapi” Dalam cerita itu Mak Lampir sebagai pendekar pilih Tanding penganut ilmu hitam.
Lantas bagaimana ketika tiba-tiba sosok Mak Lampir ini muncul di Banyuwangi?
Sosok Mak Lampir mucul di Pasar kuliner Wit-witan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singonjuruh, Banyuwangi. Sontak kemunculan sosok yang satu ini membuat heboh pengunjung pasar kuliner tersebut.
Kemuculan Mak Lampir di Pasar kuliner Wit-witan ini, menjadi idola bagi pengunjung pasar kuliner tersebut. Bahkan hampir setiap pengujung yang datang meminta selfi atau foto bersama kepada Mak Lampir.
Sosok Mak Lampir di pasar Wit-witan ini memang sengaja ditampilkan untuk menghibur pengunjung yang datang. Pengelola berinisiatif menghadirkannya agar mampu meningkatkan kunjungan.
Mamet (30), sosok orang yang menjadi Mak Lampir di Pasar Wit-witan Banyuwangi mengatakan, sosok Mak Lampir ini memang sengaja dihadirkan untuk menambah daya tarik pasar Wit-witan. Kata dia, dipilih Mak Lampir karena sesuai dengan konsep dan latar belakang pasar Wit-witan yang berada di tengah pepohonan yang rindang. Sehingga dilihat seperti pasar yang berada di tengah hutan pada jaman dahulu.
“Saya memang sengaja memerankan sosok Mak Lampir ini, saya sesuaikan dengan konsep pasarnya. Pasar Wit-witan in ikan seperti berada ditengah hutan, sedangkan kalau kita melihat film Mak Lampir itu kan latar belakangnya kan hutan jadi cocok sekali,” ujar Mamet.
Namun mamet menekankan kehadiran Mak Lampir di pasar Wit-witan ini bukan untuk menakut- nakuti pengunjung. Kata dia, justru sebaliknya untuk menghimbur pengunjung pasar Wit-witan agar lebih betah belaja atau berada di pasar kuliner yang menyajikan aneka macam kuliner khas Banyuwangi ini.
“Itu terbukti masyarakat terhibur dan Alhamdulillah kunjungan masyarakat kembali meningkat setelah sebelumnya menurun drastis pasca pademi Covid-19 kemarin,”tambah Mamet.
Kebo-Keboan Alas Malang di Pasar Wit-witan
Kata Mamet, selain sosok Mak Lampir yang dihadirkan di pasar Wit-wiatan ini, sosok Kebo- keboan Alasmalang juga ikut dihadirkan. Menurut Mamet kebo- keboan Alasmalang sendiri merupakan tradisi masyarakat Desa Alasmalang setiap tahunya yang rutin dilakukan untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Sosok Kebo-Keboan Alasmalang juga dihadirkan di pasar Wit-witan ini, agar masyarakat luas tahu, bahwa di Desa Alasmalang ini mempunyai adat dan tradisi setiap tahunya yaitu, kebo-keboan Alasmalang,” paparnya.
Ritual Kebo- Keboan di Desa Alasmalang dilaksanakan setiap Bulan Suro Penanggalan jawa. Kebo-Keboan (Kerbau-Kerbauan) Alasmalang merupakan tradisi masyarakat setempat sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah
Tardisi ageraris ini ditandai dengan kenduri desa dan diakhiri dngan ritual ider bumi, dimana puluhan “Kerbau” mengelilingi empat penjuru arah mata angin di desa tersebut. Serta melakukan ritual layaknya siklus berocok tanam, mulai dari membacak sawah, mengairi sawah, hingga kerbau ini menemani petani saat menabur benih.
Memet berharap, dengan adanya sosok Mak Lampir dan Kebo- Keboan ini , bisa terus meningkatkan kunjungan masyarakat ke pasar Witwitan ini. Karena dengan ramainya pengunjung akan meningkatkan perekonomian warga.
“Tentunya jika masyarakat merasa terhibur, dan semakin ramai, para pedagang akan senang karena daganganya laris, roda perekonomian di Desa Alasmaalang ini akan semaki meningkat,” tambahnya.
Advertisement
Pasar Kuliner Wit-witan
Pasar Wit-witan terletak di Desa Alasmalang, Kecamatan Singonjuruh Banyuwangi. Dinamai Wit-witan karena pasar ini berada dibawah pepohonan yang rindang. Pasar Wit-witan merupakan pasar kuliner tradisional yang buka setiap hari Minggu pagi, mulai pukul 06.00 -10.00 Wib
Di pasar ini terdapat beragam kuliner khas Banyuwangi seperti sego cawuk, Sego tempong, hingga aneka kudapan tradisional seperti tiwul dan gatot. Tidak hanya itu, para pedagang makanan juga diwajibkan menggunakan baju adat khas masyarakat osing Banyuwangi.
Dipasar ini juga tidak boleh ada wadah atau sampah plastik, para pedagang menggunakan daun pisang untuk tempat makanan dan tempurung kelapa untuk minumanaya