Liputan6.com, Monterey Park - Monterey Park, California dikenal sebagai kota yang aman untuk ditempati, sebelum akhirnya insiden penembakan massal saat perayaan malam Imlek mengubah citra kota tersebut.
Insiden penembakan terjadi saat warga keturunan Tionghoa merayakan festival Imlek pada Sabtu (21/1) malam.
Advertisement
Monterey Park merupakan kota pinggiran di kota Los Angeles yang sebagian besar dihuni oleh komunitas Asia-Amerika. Penembakan massal malam itu kemudian menewaskan 10 orang.
Di kota berpenduduk 60.000 orang ini, lampion merah dan spanduk bertuliskan karakter China masih berkibar di jalan raya.
Tetapi di sekitar ruang dansa tempat penembakan itu terjadi, pita kuning polisi dan petugas bersenjata lengkap jadi pemandangan tak biasa usai perayaan.
"Hal semacam ini tidak terjadi di sini," kata Wynn Liaw, seorang warga yang datang ke lokasi setelah mendengar ada insiden penembakan.
Liaw, pensiunan dokter hewan berusia 57 tahun, telah tinggal selama empat dekade terakhir di Monterey Park.
Dia masih merasa sulit untuk percaya bahwa pembantaian terjadi di Monterey Park.
"Ini adalah lingkungan yang sangat aman, saya bisa berjalan sendirian di malam hari dan saya tidak perlu khawatir tentang penyalahgunaan senjata," katanya kepada AFP, dikutip dari NST.com.my, Senin (23/1/2023).
Pada Sabtu 21 Januari malam, seorang pria bersenjata memasuki ballroom (lokasi pesta dansa) kemudian membunuh lima pria dan lima wanita, serta melukai sedikitnya 10 orang lainnya, kata pihak berwenang.
Insiden Mematikan
Pembunuhan massal ini, dianggap sebagai salah satu insiden penembakan AS paling mematikan sejak pembantaian Uvalde. Kala itu, 19 anak dan dua guru tewas di sebuah sekolah dasar di Texas.
Hanya beberapa mil di timur pusat kota Los Angeles, Monterey Park dianggap sebagai "Pecinan baru" kota ini.
Penduduk di sini membaca surat kabar dalam bahasa Mandarin, sebagian besar papan informasi mengenai bisnis mereka ditulis dalam bahasa China.
"Daerah ini adalah salah satu lingkungan teraman di Los Angeles County," kata John McKinney, seorang jaksa setempat di kota Southern California metropolis.
"Anda tidak melihat banyak hal terjadi di sini," kata Ken Nim (38), seorang pekerja IT.
Nim mengatakan, selama 20 tahun tinggal di sini, satu-satunya kejahatan yang dialaminya adalah pencurian catalytic converter dari mobilnya.
"Sungguh menyedihkan, negara ini semakin gila," kata Nam.
"Kami melihat penembakan massal di banyak kota berbeda dan di negara bagian lain, tetapi sekarang hal itu menimpa kami."
Advertisement
Warga Kaget
David Kwan, satpam kelahiran Malaysia, mengaku tercengang dengan penembakan itu.
"Saya sering berhadapan dengan kekerasan, tetapi itu terjadi di daerah lain Los Angeles," kata Kwan.
"Ini pertama kalinya saya melihatnya di komunitas saya sendiri."
Awalnya, banyak yang khawatir bahwa motif insiden ini adalah kejahatan rasial. Tetapi tersangka yang telah dikonfirmasi pada pagi hari oleh kantor polisi setempat meragukan interpretasi tersebut.
"Saya merasa ini adalah masalah pribadi," kata Jerry Liu, seorang sopir truk berusia 26 tahun.
Tak Diundang ke Pesta?
Sehari sebelumnya, ribuan orang memadati lokasi pasar utama.
"Ada alasan jika ia menargetkan ruang dansa itu. Kalau tidak, dia bisa pergi ke lokasi pasar utama dan membunuh lebih banyak orang," kata Liu.
Seorang warga lain bernama Chester Chong mengemukakan kemungkinan motif. Bahwa ada kecemburuan yang timbul pada seorang pria yang tidak diundang ke pesta di mana istrinya sedang bersenang-senang.
"Masalahnya, kami memiliki begitu banyak senjata di negara ini," kata Chong.
"Sangat mudah mengambil pistol dan melakukan sesuatu yang bodoh."
Advertisement