Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Ujang Komarudin menilai, Anies Baswedan dan Khofifah Indar Parawansa cukup cocok untuk dipasangkan di pilpres 2024. Menurut Ujang, keduanya mempunyai basis pemilih yang bagus.
"Kalau basis pemilih keduanya okelah karena Anies Gubernur DKI, lalu Khofifah Jawa Timur, sudah representasi pas lah, Khofifah kan juga kader NU, lalu juga ketua umum muslimat ya cocok lah jadi cawapres Anies," kata Ujang lewat pesan suara, Senin (23/1/2023).
Ujang mengatakan, basis massa Anies dan Khofifah lumayan punya modal untuk bisa bersaing. Anies juga merepresentasikan kelompok Islam modern, sedangkan Khofifah dari sisi tradisional.
"Untungnya ada kombinasi laki-laki dan perempuan, Anies dianggap kelompok modern dan Khofifah dianggap kelompok NU, NU itu dikelompok tradisional, lalu basis massa pendukungnya juga di daerah yang besar yang banyak," tuturnya.
Menurut Ujang, untuk melihat peluang menang Anies-Khofifah harus diiihat dulu dari sejumlah faktor. Seperti elektabilitas keduanya, partai pengusung dan pendukung dan siapa lawan politiknya.
"Lalu Jokowi atau istana arahnya kemana, lalu ada berapa pasangan calon, lalu kekuatan finansialnya seperti apa, jadi kalau soal peluang menang semuanya bisa punya peluang menang dan tumbang masih fifty-fifty belum bisa dilihat kemenangan hari ini, masih banyak faktor kalau soal kans peluang menang Anies Khofifah," ujarnya.
"Ruginya paling Anies-Khofifah dianggap bukan dari kelompok golongan pemerintah pasti akan dihajar dan dikerjain agar tidak menang," kata Ujang.
Representasi Dua Basis Massa Islam
Sementara itu, Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, Anies-Khofifah adalah pasangan yang cukup melengkapi satu sama lain. Menurutnya, sejauh ini basis pendukung Anies adalah Jawa Barat dan beberapa daerah di luar Jawa. Sedangkan, Jawa Tengah dan Timur agak lemah.
"Dengan munculnya Khofifah sebagai wakil, mungkin Anies bisa meningkatkan dukungan di Jawa Timur," kata Saidiman.
Dia melanjutkan, selama ini Anies diasosiasikan dekat dengan kelompok Islam modernis, sementara Khofifah berasal dari Islam tradisional. Hal ini bisa menjadi kombinasi yang saling melengkapi.
"Hanya saja, kalau dilihat dari aspek nasionalis dan Islam, dua-duanya berasal dari kelompok massa Islam," kata dia.
Meski melengkapi, Saidiman memberi catatan penting bagi keduanya. Pertama, Anies dan Khofifah bukanlah kader partai. Sementara, ada keinginan kuat dari partai koalisi perubahan, terutama PKS dan Demokrat, untuk memajukan kadernya sebagai calon pendamping Anies Baswedan.
Kedua, perlu dipertimbangkan aspirasi konstituen atau pendukung Khofifah apakah mereka menginginkan Anies sebagai presiden atau tidak.
"Apakah mereka menginginkan Anies sebagai presiden? Jika mereka memiliki aspirasi lain tentang calon presiden, maka akan butuh kerja keras untuk meyakinkan mereka," ucap dia.