Vaksinasi COVID-19 Balita, Menkes Budi Lagi Diskusi ke ITAGI dan BPOM

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 balita masih didiskusikan dengan ITAGI dan BPOM.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Jan 2023, 17:00 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022). Dalam raker tersebut membahas mengenai peningkatan capaian bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan Bulan Imunisasi Nasional (BIAN), program penguatan pelayanan kesehatan rujukan, serta penguatan pelayanan kesehatan primer melalui pemindaian dan revitalisasi fungsi puskesmas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 balita masih menunggu hasil diskusi natara Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, untuk pilihan vaksin COVID-19 balita sendiri masih akan menggunakan vaksin dari luar negeri, khususnya Pfizer. Hal ini lantaran baru Pfizer yang sampai saat ini sudah dapat izin penggunaan untuk balita.

"Kami akan membuka vaksinasi untuk anak di bawah 6 tahun. Rencana kami sekarang sedang diskusi dengan ITAGI dan BPOM untuk memastikan itu bisa kita jalankan," ujarnya saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Selasa, 24 Januari 2023.

"Vaksinnya mungkin masih vaksin dari luar negeri dulu. Karena itu satu-satunya vaksin yang bisa untuk balita."

Sementara itu, pemberian vaksin booster kedua atau vaksin dosis 4 bagi masyarakat umum sudah mulai dibuka hari ini. Sasaran vaksinasi booster kedua ditujukan untuk usia 18 tahun ke atas.

"Strategi vaksinasi di tahun 2023. Kami akan membuka vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum. Kita sudah buka yang 18 tahun ke atas. Kalau sudah enam bulan (divaksin booster pertama), mereka bisa mendapatkan booster (kedua)," lanjut Budi Gunadi.

2 dari 3 halaman

Vaksin Pfizer untuk Balita

Seorang murid histeris saat menjalani vaksinasi COVID-19 di SDN Cempaka Putih Timur 03 Pagi, Jakarta, Selasa (14/12/2021). Pemerintah mulai melakukan vaksinasi COVID-19 kepada anak usia 6-11 tahun. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Seperti diketahui, BPOM didukung oleh Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin COVID-19 dan Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) telah memberikan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin Comirnaty Children (5-11 Years) pada 29 November 2022 dan vaksin Comirnaty Children (6 Months – 4 Years) pada 11 Desember 2022.

Rilisnya Vaksin Comirnaty Children (6 Months – 4 Years) dan Vaksin Comirnaty Children (5-11 Years) di masyarakat menambah pilihan vaksinasi primer untuk anak dengan rentang usia 6 bulan sampai kurang dari 12 tahun, selain vaksin Sinovac/Coronavac.

Vaksin ini membantu pemenuhan terhadap kebutuhan vaksin COVID-19 serta keterbatasan jenis vaksin yang dapat digunakan untuk populasi anak saat ini.

Kepala BPOM RI Penny K. Lukito mengatakan, sama halnya dengan vaksin Comirnaty, Comirnaty Children (6 Months – 4 Years) dan vaksin Comirnaty Children (5-11 Years) merupakan vaksin COVID-19 dengan platform mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech.

“Namun, Vaksin Comirnaty Children memiliki formulasi dan kekuatan yang berbeda dengan Vaksin Comirnaty untuk remaja dan dewasa, sehingga vaksin Comirnaty Children tidak dapat digunakan pada individu berusia 12 tahun ke atas," katanya dalam keterangan resmi pada 27 Desember 2022.

“Dosis Vaksin Comirnaty Children (6 Months – 4 Years) untuk vaksinasi primer adalah 3 mcg/0,2 mL yang diberikan dalam 3 dosis pemberian. Dua dosis pertama diberikan dalam rentang waktu 3 minggu, diikuti dengan dosis ketiga yang diberikan setidaknya 8 minggu setelah dosis kedua."

Sementara dosis Vaksin Comirnaty Children (5-11 Years) untuk vaksinasi primer adalah 10 mcg/0,2 mL, diberikan dalam 2 dosis dengan rentang waktu 3 minggu antara dosis pertama dan kedua.

3 dari 3 halaman

Efek Samping Vaksin Pfizer Ringan

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 Sinovac kepada anak di Pospol Polsek Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (6/1/2022). Vaksinasi dilakukan guna mendukung tercapainya target nasional vaksinasi anak sebanyak 26 juta di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam pemberian persetujuan EUA, BPOM terlebih dahulu melakukan evaluasi terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu.

Hasil efikasi Vaksin Comirnaty Children sebagai vaksinasi primer ditunjukkan melalui hasil studi immunobridging dengan imunogenisitas setelah pemberian 3 dosis (3 mcg/0,2 mL/dosis) untuk anak usia 6 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan 2 dosis (10 mcg/0,2 mL/dosis) untuk anak kelompok usia 5 tahun sampai kurang dari 12 tahun sebanding dengan kelompok usia 16-25 tahun yang sudah memiliki data efikasi vaksin secara klinis.

Berdasarkan hasil studi, vaksin Comirnaty Children (6 Months – 4 Years) dan vaksin Comirnaty Children (5-11 Years) memiliki profil keamanan yang dapat ditoleransi. Efek samping pada anak kelompok usia 6 bulan hingga kurang dari 5 tahun secara umum dilaporkan dengan intensitas ringan – sedang.

Terdapat kejadian lymphadenopathy/pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening di kelompok vaksin sebesar 0,2 persen pada subjek usia 6 bulan hingga kurang dari 2 tahun dan sebesar 0,1 persen subjek usia 2 tahun hingga kurang dari 5 tahun.

Pada pengamatan kejadian efek samping pada anak kelompok usia 5 tahun sampai kurang dari 12 tahun yang menjadi perhatian khusus (Adverse Events of Special Interest/AESI), dilaporkan terjadi reaksi angioedema (pembengkakan disertai kemerahan) pada 1,2 persen subjek kelompok vaksin dan 0,8 persen subjek kelompok plasebo.

Selain itu, dilaporkan 13 kasus lymphadenopathy (0,9 persen subjek) pada kelompok vaksin dan 1 kasus pada kelompok plasebo. Profil keamanan ini dinyatakan serupa dengan laporan AESI pada kelompok usia di atas 12 tahun.

Infografis Siap-Siap Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Balita. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya