Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Julita Nainggolan membagikan tips agar pasangan suami istri segera mendapatkan momongan.
Menurutnya, tips ini bisa diikuti oleh pasangan yang baru menikah alias pengantin baru maupun pasangan yang sudah lama menikah tapi belum kunjung diberi momongan.
Advertisement
Bagi pengantin baru, persentase kehamilan di tahun pertama menikah sekitar 80 persen.
“Jadi untuk pasangan yang baru menikah dan buru-buru ingin punya momongan sebenarnya angka keberhasilan di tahun pertama ada pada angka 80 persen,” ujar Julita dalam saluran YouTube DRV Channel dikutip Selasa (24/1/2023).
Angka persentase ini akan meningkat setelah tahun kedua. Beberapa penelitian menyatakan bahwa beban pikiran ingin segera hamil justru menjadi sumber timbulnya kecemasan dan kekhawatiran. Kecemasan inilah yang membuat angka keberhasilan kehamilan menjadi lebih rendah di tahun pertama.
“Jadi salah satu cara yang paling mudah dan paling gampang mungkin bagi pasangan baru coba di tahun pertama dinikmati aja dulu fase-fase pacarannya bias berlanjut dulu. Karena untuk hamil dan punya anak ini juga tentu menjadi beban dan tanggung jawab tersendiri setelah kita menjadi orangtua.”
Dengan menikmati fase awal pernikahan, biasanya kehamilan lebih mungkin terjadi.
Di tahun kedua pernikahan, persentase kehamilan umumnya meningkat di atas 90 persen. Di tahun kedua, pasangan sudah tidak terlalu merasa tertekan dan lebih fleksibel sehingga angka kemungkinan kehamilannya meningkat.
Persiapan
Lantas, apa saja yang perlu dipersiapkan?
“Nah, biasanya kami akan menyarankan pasangan, bukan istri aja ya, tapi suami dan istri akan disarankan untuk datang ke dokter kandungan. Berdiskusi atau yang disebut prakonsepsi, konseling dengan dokter kandungan.”
Prakonsepsi sebaiknya dilakukan sebelum pasangan suami istri merencanakan kehamilan. Pasalnya, ada beberapa tips dan nasihat yang harus dilakukan atau harus dipahami oleh pasangan.
“Persiapan dari cek lab mungkin, karena ada pasangan yang datang justru setelah hamil dan diketahui ternyata sebelumnya ada riwayat penyakit-penyakit tertentu atau pernah terpapar infeksi tertentu, baru datang setelah hamil. Sebenarnya ini sudah agak terlambat.”
Kejadian seperti ini menjadi alasan penting mengapa sebelum hamil pasangan harus konsultasi terlebih dahulu.
Advertisement
Untuk Pasangan Lama
Sedangkan, untuk pasangan lama yang sudah mengidam-idamkan hadirnya momongan tapi belum dikaruniai anak hingga saat ini, maka memeriksakan diri ke dokter kandungan adalah langkah yang baik.
“Kita memulai tahun yang baru, kita buka lagi lembaran baru, ayo periksakan diri ke dokter kandungan karena ada beberapa basic screening untuk pasangan yang sudah menikah lebih dari satu tahun, rutin melakukan hubungan, tidak menggunakan alat kontrasepsi tapi belum hamil juga.”
Basic screening atau skrining dasar yang dimaksud salah satunya memastikan bahwa perempuan atau istri sedang berovulasi atau tidak.
“Yang disebut ovulasi masyarakat awam mengenalnya dengan masa subur. Dokter kandungan akan membimbing apa yang dimaksud masa subur, kapan masa subur itu terjadi. Karena ternyata dalam praktik yang saya temui sehari-hari, banyak perempuan yang tidak tahu apa itu siklus haid.”
Dengan demikian, perempuan tersebut tidak bisa mengetahui kapan masa suburnya. Sementara, perempuan ketika berovulasi maka sel telurnya hanya berlangsung 24 jam.
“Jadi 24 jam kalau tidak dibuahi maka sel telur akan mati. Makanya penting untuk mengetahui apakah seorang perempuan itu berovulasi atau tidak dan kapan kira-kira perempuan tersebut ovulasi.
Selanjutnya
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan pada saluran indung telur perempuan atau istri.
“Pada saluran indung telur perempuan punya di kiri dan kanan nah ini penting diperiksa karena di situ lah terjadi pembuahan. Jadi sperma dan sel telur akan bertemu di saluran tersebut.”
“Jika akses ke saluran itu tersumbat, tentu saja hal itu akan mempersulit atau bahkan menghambat sperma sampai ke saluran tersebut untuk membuahi sel telur.”
Pemeriksaan ini tidak bisa dilakukan hanya dengan USG biasa, tapi ada pemeriksaan khusus yang disebut HSG. Ini merupakan cairan kontras yang akan dimasukkan ke organ reproduksi dan akan difoto x-ray. Dari sana akan diketahui apakah saluran indung telur aksesnya terbuka atau tersumbat.
Hal ketiga yang dapat dilakukan adalah USG transvaginal. USG yang dilakukan hanya lewat perut tidak dapat memberikan gambaran yang memuaskan. Sedangkan, USG transvaginal dapat memberikan gambaran jelas soal struktur organ reproduksi pasien.
“Keempat, yang tak kalah penting yaitu memeriksa sperma suami. Pemeriksaan sperma penting karena di zaman sekarang karena pola hidup kurang sehat, banyak terjadi kelainan sperma. Jumlahnya kurang, bentuknya tidak normal, dan pergerakannya kurang aktif,” pungkas Julita.
Advertisement