Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah melakukan restrukturisasi sejumlah utang akibat covid-19, sesuai dengan POJK nomor 11 tentang restrukturisasi kredit terdampak COVID-19. Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, akumulasi kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 256,3 triliun, meliputi hampir 4 juta nasabah, utamanya UMKM.
"Atas kebijakan OJK itu, kita jalankan dengan baik, dengan hati-hati, sekarang outstandingnya sudah turun tinggal Rp 116 triliun dari 1,39 juta debitur,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI, Selasa (24/1/2023).
Advertisement
Artinya, angka restrukturisasi mengalami penurunan Rp 139,92 triliun. Dari angka tersebut, telah dilakukan pembayaran Rp 91,6 triliun yang berasal dari 2.124.602 nasabah. Rinciannya, 43,29 persen atau senilai Rp 43,24 triliun lunas putus. Kemudian 41,71 persen atau Rp 37,27 triliun lunas dan ambil lagi.
Sisanya, 14,99 persen atau 11,08 triliun turun pokok. Kemudian lepas restrukturisasi oleh 174.565 nasabah senilai Rp 35,6 triliun. Sisanya, terdapat 311.313 nasabah dengan total utang Rp 12,75 triliun dinyatakan benar-benar tidak bisa membayar.
"Yang benar-benar tidak bisa diselamatkan itu hanya Rp 12,749 triliun. Selebihnya bisa membayar Rp 91,6 triliun dan lepas restrukturisasi artinya dia sehat kembali itu Rp 35,6 triliun,” ungkap Sunarso.
Selain restrukturisasi POJK 11, BRI juga menjalankan PMK 85/138/50 dan Permenko 8 mengenai subsidi bunga UMKM. Pada 2020, BRI telah memberikan subsidi bunga Rp 5,51 triliun krpda 8,91 juta debitur. Lalu pada 2021 sebesar Rp 3,21 triliun yang disalurkan kepada 7,51 debitur.
Kredit yang Dijamin Lembaga Asuransi Penjaminan
Kemudian juga ada PMK 71 dan PMK 28/22 yang intinya adalah pemerintah mendorong bank untuk menyalurkan kredit kepada UMKM. Kredit-kredit itu dijamin oleh lembaga asuransi penjaminan, preminya dibayar pemerintah.
"Untuk tahun 2020-2021 (PMK 71) itu kita menyalurkan kredit yang dijamin oleh asuransi penjaminan Rp 27,34 triliun. Kemudian KMK PEN Generasi 2 (PMK 28/2022) mencapai Rp 2,86 triliun,” beber Sunarso.
Kemudian merujuk Permenko Nomor 15, BRI telah menyalurkan KUR super mikro senilai Rp 22,42 triliun kepada 2,55 debitur. Demikian juga ada Permenkop Nomor 6 mengenai bantuan produktif usaha mikro (BPUM), di mana BRI berhasil menyalurkan Rp 12,43 triliun dengan pencairan Rp 10,79 triliun pada 2021.
"Ada juga pinjaman kredit korporasi padat karya dan berorientasi ekspor dijamin oleh lembaga penjaminan, tapi ini jalannya kurang lancar, jadi hanya Rp 582 miliar saja,” pungkas Sunarso.
Advertisement
Direktur Utama BRI Sunarso Beli Saham BBRI Rp 1,3 MIiliar
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali menambah kepemilikan atas saham BBRI. Teranyar, Sunarso membeli saham BBRI senilai Rp 1,33 miliar pada 6 Januari 2022.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (17/1/2023), saham yang dibeli saat itu sebanyak 287.700 lembar saham dengan harga Rp 4.615 per saham. Sehingga totalnya senilai Rp 1,33 miliar.
Tujuan transaksi ini yakni investasi dengan status kepemilikan saham langsung. Usai transaksi, Sunarso kini mengapit 2.685.856 lembar saham BBRI dari sebelumnya 2.398.156 lembar.
Selain Sunarso, baru-baru ini Direktur BRI, Agus Winardono juga mengoleksi saham BBRI senilai Rp 101,58 juta.
Agus tercatat membeli 22.900 lembar saham BBRI dengan harga Ro 4.440 per saham pada 10 Januari 2023. Sama seperti Sunarso, tujuan transaksi yakni untuk investasi dengan status kepemilikan langsung.
Usai transaksi, Agus kini genggam 1.005.581 lembar dari sebelumnya 982.681 lember. Hingga sesi I perdagangan hari ini, Selasa 17 JAnuari 2022, saham BBRI ditutup naik 60 poin atau 1,33 persen ke posisi 4.580.
Saham BRI dibuka pada posisi 4.520 dan bergerak pada rentang 4.510—4.580. Melansir data RTI, total frekuensi 10.059 kali. Volume perdagangan mencapai 66,3 juta dengan nilai transaksi Rp 300,33 miliar. Dalam sepekan, saham BBRI telah naik 3,39 persen.