Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyayangkan serta turut prihatin atas tenngelamnya kapal wisata KLM Tiana Liveaboard di perairan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu, 21 Januari 2023.
"Saya kemarin kebetulan ada di Labuan Bajo dan secara langsung mengecek. Ini memang suatu pelajaran berharga buat semua supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi," ucap Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief With Sandi Uno yang digelar secara hybrid, Selasa, 24 Januari 2023.
"Walau sudah dikeluarkan instruksi tegas, edaran yang jelas, tapi perisiwa seperti ini masih terjadi. Apalagi, kapal ini bukan kapal yang laik berlayar," sambungnya. Sandi tegas mengingatkan bahwa pariwisata utamanya harus aman, nyaman, dan menyenangkan.
Baca Juga
Advertisement
Pihaknya berharap kasus tersebut diselidiki lebih lanjut oleh pihak berwajib karena kapal tenggelam itu sebelumnya juga pernah mengalami kejadian serupa pada Juni 2022. Saat itu, ada dua orang yang meninggal dunia.
Sedangkan di kejadian yang kedua ini tidak ada korban jiwa. Meski kasus pertama masih diproses kepolisian, tapi kapal yang pernah tenggelam itu ternyata bisa berlayar lagi.
"Kita juga sudah berusaha mengontak travel agent-nya, tapi belum mendapat jawaban. Kantor mereka ternyata bukan di Labuan Bajo, jadi agak sulit untuk langsung meminta konfirmasi," sebut Menparekraf.
Saat ini, Kemenpaekraf berupaya membantu agar penerbitan paspor wisman yang hilang karena tenggelam dapat segera dilakukan masing-masing kedutaan atau konsulat jenderal, sehingga mereka dapat kembali ke negaranya masing-masing.
Penumpang Selamat
Sebelumnya, diberitakan bahwa KLM Tiana Liveaboard mengalami kecelakaan laut untuk kedua kalinya di Perairan Batu Tiga, Labuan Bajo. Melayani rute Labuan Bajo-Pulau Padar-Labuan Bajo, kapal wisata ini ditumpangi 17 orang yang terdiri dari 13 wisatawan dan empat kru. Warga negara asing mendominasi turis yang menaiki kapal itu.
Kronologi kejadian tenggelamnya pun diceritakan seorang penumpang asal Pekalongan, Khouw Cynthia Josephine Kosasih (26), dikutip dari Merdeka.com, Senin (23/1/2023). Agen perjalanan pilihannya diduga bekerja sama dengan travel lainnya, sehingga saat tiba, mereka dijanjikan akan naik kapal bernama Nadia dengan satu kamar master dan satu kamar privat.
Saat tiba di dermaga Labuan Bajo, Cynthia justru dinaikkan ke kapal bernama Tiana. "Saya kaget sekali karena kapal ini enggak sesuai seperti yang saya order. Saya protes dong. Terus ada beberapa orang luar negeri yang datang dan kapal yang dipesan enggak sesuai. Mereka pesan kapal lain, tapi naik kapal lain," terang Cynthia.
Advertisement
Tak Ada Peralatan Keselamatan
Saat protes karena kapal yang ditumpangi tidak sesuai pesanan, kru kapal menjelaskan bahwa kapal Tiana lebih baru daripada kapal Nadia yang dipesan sebelumnya. "Mereka bilang kamu di sini aman karena kapal ini lebih baru dari Nadia, sehingga saya tidak protes lagi dan kami menginap di situ," ungkapnya.
Namun, setelah dari Pulau Komodo dan ingin melihat spot pari manta di perjalanan hari kedua, kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba oleng ke kanan. Seluruh barang bawaan seperti ponsel, KTP, juga pakaian tenggelam dan hilang.
Cynthia berkata, "Saya sangat ketakutan sekali. Untung pintu kamarnya saya enggak kunci. Kalau dikunci, saya enggak tahu lagi nasib saya bagaimana. Enggak ada live jacket di dalam kamar, enggak ada palu darurat, bahkan kru kapal enggak briefing sebelum berlayar, sehingga saat kejadian, kami bingung dan panik."
Ia menambahkan, saat dievakuasi tim SAR gabungan, Cynthia baru tahu bahwa kapal yang mereka tumpangi merupakan kapal bekas dan pernah tenggelam.
Korban Kelalaian
"Aneh ya kapal pernah tenggelam, lalu memakan korban jiwa dan kembali dapat lisensi dan di-branding lagi, berlayar lagi, bawa penumpang lagi, itu saya pertanyakan sih," katanya. Cynthia juga mengatakan, saat kapal yang mereka tumpangi tenggelam, CV Wisata Alam sebagai penanggung jawab, kaget. Bahkan, mereka tidak tahu seluruh wisatawan dipindahkan dari kapal Nadia ke kapal Tiana.
"Saya bingung sekali. Ibu saya itu tidak bisa berenang, dia tidur di kasur. tapi tiba-tiba masuk ke dalam air. Kalau begini, siapa yang tanggung jawab? Apakah dengan uang itu bisa cukup untuk kompensasi? Itu sih pertanyaan saya untuk pengelola kapal," imbuhnya.
Lebih lanjut, Cynthia meminta pihak kepolisian mengecek kembali dokumen kapal-kapal wisata yang beroperasi di Labuan Bajo, sehingga wisatawan tidak jadi korban kelalaian. "Kapal-kapal yang karam itu dihancurkan saja lah atau dibuat rumah bagi ikan-ikan supaya tidak diperbaiki untuk angkut turis lagi," sebutnya.
Ia menambahkan, "Korban-korban hari ini semuanya orang luar negeri, hanya saya yang lokal. Kasihan paspor, pakaian, dan barang berharga semuanya hilang."
Advertisement