Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2023 merupakan tahun yang berat bagi Indonesia. Selain itu menghadapi tantangan ekonomi global, Indonesia juga memasuki tahun politik. Biasanya, saat memasuki tahun politik banyak investor yang menahan diri untuk menanamkan modalnya.
“Jujur saja, tahun 2023 adalah tahun berat bagi Republik Indonesia,” ungkap Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia di kantor Kementerian Investasi, Jakarta Pusat, seperti dikutip pada Rabu (25/1/2023).
Advertisement
Bahlil menjelaskan, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap kali memasuki tahun politik biasanya para investor akan menahan diri untuk berinvestasi. Tentu saja hal ini menjadi tugas berat buat Bahlil karena Presiden Joko Widodo atau Jokowi menargetkan investasi di tahun ini sebesar Rp 1.400 triliun.
“Namanya tahun politik, biarpun mau sumpah potong kucing, itu pasti ada perasaan (investor untuk) wait and see,” kata dia.
Bahlil berharap meskipun telah memasuki tahun politik namun stabilisasi harus tetap terjaga. Di sisi lain beberapa lembaga internasional memperkirakan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh pada rentang 4,8 persen - 5 persen. Menurutnya hal ini menjadi secercah harapan bagi pemerintah.
“Bloomberg bicara ekonomi global, ekonomi nasional, itu bicara tentang stabilitas. Karena hanya itu yang bisa menyelamatkan kita,” ungkapnya.
Sehingga untuk mencapai target investasi sebesar Rp 1.400 triliun, dia akan menggunakkan beberapa strategi. Namun dia enggan membeberkan strategi tersebut kepada publik.
"Bapak Presiden Jokowi itu memang seng ada lawan. Jadi beliau itu selalu optimis yang terukur dan Bapak Presiden itu suka tantangan," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Investasi 2022 Tembus Rp 1.207 Triliun
Sebelumnya, Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia melaporkan realisasi investasi sepanjang Januari - Desember 2022 mencapai Rp 1.207,2 Triliun atau meningkat 34 persen (yoy). Angka tersebut melebihi target yakni Rp 1.200 triliun.
Dalam prosesnya, kata Bahlil, banyak orang yang pesimis bahwa target tersebut tidak akan tercapai. Namun nyatanya melebihi target yang ditentukan. Hal itu disampaikan Bahlil dalam dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2022, Selasa (24/1/2023).
"Target bapak Presiden kepada kami di Kementerian Investasi sebesar Rp 1.200 triliun. Pada awalnya banyak orang yang pesimis terhadap target ini apakah akan tercapai atau tidak. Saya dulu katakan berjanji bisa tercapai, dengan satu syarat 'kami mohon dukungan' Alhamdulillah kita mampu mencapai Rp 1.207,2 triliun." ujar Bahlil.
Pertumbuhan investasi tahun 2022 sebesar 34 persen tersebut merupakan pertumbuhan investasi terbesar bagi Indonesia. Adapun dalam realisasi investasi ini mampu menyerap Tenaga Kerja sebanyak 1.305.001 orang.
"Untuk Indonesia ini sepanjang sejarah Republik ini terbesar 34 persen," tegasnya.
Untuk rinciannya, realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) nya sebesar Rp 654,4 triliun atau setara 54,2 persen. PMA ini tumbuh secara year on year 44,2 persen. Menurutnya, Indonesia harus bersyukur PMA-nya masih bisa tumbuh di tengah ketidakpastian global.
"Jadi, kita harus bersyukur bahwa di tengah kegelapan ekonomi global Foreign Direct Investment yang masuk ke Indonesia masih tetap tumbuh, ini adalah sebuah kepercayaan yang harus diakui itu adalah dampak dari kebijakan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, sekaligus melahirkan trust bagi para investor," ujarnya.
Advertisement
Investasi Dalam Negeri
Sementara, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 552,8 triliun atau setara 45,8 persen. PMDN ini tumbuh 23,6 persen.
"Dalam sejarah, biasanya PMDN itu tidak lebih tumbuh dari 13 persen maksimal 15 persen, Ini tumbuh 23,6 persen. Artinya, yang percaya ini bukan hanya Foreign Direct Investment, tapi pengusaha nasional pun percaya apa yang dilakukan Pemerintah," ujarnya.
Adapun secara kumulatif, realisasi investasi di luar Jawa mencapai Rp 636,3 triliun atau setara 52,7 persen (tumbuh 35,9 persen yoy). Selanjutnya, di pulau Jawa realisasi investasinya mencapai Rp 570,9 triliun atau setara 47,3 persen (tumbuh 31,9 persen yoy).