NASA Siap Uji Mesin Pesawat Ruang Angkasa Bertenaga Nuklir di 2027

NASA akan bermitra dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) militer AS untuk mengembangkan mesin propulsi termal nuklir dan meluncurkannya ke luar angkasa.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 26 Jan 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi pesawat ruang angkasa DART NASA dan LICIACube Badan Antariksa Italia (ASI) sebelum menabrak asteroid Didymos. (NASA / Johns Hopkins APL / Steve Gribben)

Liputan6.com, Jakarta Pejabat tinggi di badan antariksa Amerika Serikat NASA mengatakan negara itu berencana akan menguji mesin pesawat ruang angkasa yang bertenaga fisi nuklir pada tahun 2027. Gebrakan ini menjadi sebuah kemajuan yang dipandang sebagai kunci untuk misi jarak jauh termasuk perjalanan berawak ke Mars.

NASA akan bermitra dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) militer AS untuk mengembangkan mesin propulsi termal nuklir dan meluncurkannya ke luar angkasa, kata administrator NASA Bill Nelson pada Selasa. Proyek tersebut kemudian diberi nama Demonstrasi Rocket for Agile Cislunar Operations atau DRACO.

“Dengan bantuan teknologi baru ini, astronot dapat melakukan perjalanan ke dan dari luar angkasa jauh lebih cepat dari sebelumnya – kemampuan utama untuk mempersiapkan misi berawak ke Mars,” kata Nelson dalam sebuah pernyataan seperti melansir Aljazeera, Rabu (25/1/2023).

Pengumuman itu muncul di tengah perlombaan ruang angkasa nuklir baru antara AS, Rusia dan China. Ketiga negara adidaya itu bekerja untuk memperluas kemampuan nuklir luar angkasanya, termasuk digunakan untuk mendorong pesawat ruang angkasa dan menggerakkan koloni di bulan.

Mesin roket termal nuklir menggunakan reaktor fisi untuk menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Panas kemudian dipindahkan ke propelan cair, yang "diperluas dan dikeluarkan melalui nosel untuk menggerakkan pesawat ruang angkasa", menurut NASA.

“Roket termal nuklir bisa tiga kali atau lebih efisien daripada propulsi kimia konvensional,” menurut mereka.

Artinya, pesawat ruang angkasa bertenaga fisi nuklir mampu menghasilkan waktu perjalanan yang lebih cepat dengan risiko lebih kecil bagi astronot. Teknologi ini juga memungkinkan lebih banyak daya untuk instrumen dan komunikasi di atas kapal.

Memang AS telah lama menggunakan energi yang dihasilkan oleh bahan radioaktif dalam pekerjaan luar angkasanya dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh peluruhannya, menurut kelompok industri Asosiasi Nuklir Dunia.

Namun, negara itu belum menggunakan fisi nuklir, yang menghasilkan energi dari pemisahan inti atom pada pesawat ruang angkasa karena tantangan mengelola panas ekstrem yang diciptakan oleh proses tersebut.

 


Teknologi Nuklir Berperan Penting Dalam Misi ke Angkasa

Ilustrasi nuklir di Swedia. (AFP)

Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) telah lama memuji propulsi termal nuklir sebagai hal yang penting untuk melakukan perjalanan lebih jauh ke luar angkasa.

“Teknologi nuklir telah lama memainkan peran penting dalam misi luar angkasa yang menonjol,” kata wakil direktur jenderal IAEA dan kepala Departemen Energi Nuklirnya Mikhail Chudakov pada Februari 2022.

“Tetapi misi masa depan dapat mengandalkan sistem bertenaga nuklir untuk spektrum aplikasi yang jauh lebih luas. Jalur kita menuju bintang-bintang berjalan melalui atom,” imbuhnya.

Di bawah perjanjian NASA-DARPA, Direktorat Misi Teknologi Luar Angkasa NASA akan memimpin pengembangan teknis mesin termal nuklir, yang pada akhirnya akan diintegrasikan dengan pesawat ruang angkasa eksperimental yang dibuat oleh militer.

Badan itu mengatakan uji coba mesin roket termal nuklir AS terakhir dihentikan pada 1970-an.

Dalam sebuah pernyataan, direktur DARPA Stefanie Tompkins mengungkapkan, memuji rencana untuk mengembangkan kemajuan "lompatan ke depan". “Domain luar angkasa sangat penting untuk perdagangan modern, penemuan ilmiah, dan keamanan nasional,” katanya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya