Liputan6.com, Kyiv - Para pejabat Ukraina menilai Rusia belajar dari kesalahan di medan perang dengan mempersulit rudal Ukraina untuk menghantam depot amunisi dan pusat logistik mereka. Itu sebabnya, kata mereka, Ukraina membutuhkan rudal jarak jauh yang dapat mencapai Rusia.
Selain itu, para pejabat Ukraina meyakini bahwa penunjukan Jenderal Valery Gerasimov sebagai komandan perang Rusia adalah lemparan dadu terakhir oleh Kremlin setelah beberapa perombakan hierarki militernya.
Advertisement
Wakil Kepala Intelijen Pertahanan Ukraina Vadym Skibitsky mengatakan kepada CNN pada Senin (23/1/2023) bahwa Rusia telah mulai menyebarkan pasokan militer di seluruh wilayah Federasi Rusia.
Secara khusus, katanya, "Semuanya dipindahkan ke wilayah selatan melalui Semenanjung Krimea dari pusat logistik di wilayah Rostov Rusia."
"Jika Anda bertanya apa yang penting bagi Rusia, pusat gravitasinya adalah hub-hub ini dan itu perlu diserang untuk mengganggu semua jenis sistem pasokan," kata Skibitsky seperti dikutip dari CNN, Rabu (25/1).
"Untuk itu, membutuhkan serangan terhadap fasilitas tidak hanya di Krimea yang diduduki Rusia, tetapi juga di Federasi Rusia," tambah Skibitsky.
Skibitsky menggambarkan sistem logistik Rusia terletak 80 hingga 120 kilometer (50-75 mil) dari garis depan, yang berarti Ukraina membutuhkan sistem serangan jarak jauh untuk menargetkannya.
Alasan lain butuh penggunaan artileri jarak jauh adalah sejumlah pejabat Ukraina mengatakan kepada CNN bahwa Ukraina ingin melancarkan serangan balasan sebelum bala bantuan Rusia dilengkapi dan siap untuk bergerak. Tapi untuk melakukan itu, Kyiv harus bisa menjangkau lebih jauh.
"Untuk mempersiapkan serangan balasan atau operasi ofensif, Anda perlu menghancurkan banyak instalasi, tidak hanya di garis depan, tetapi juga jauh di belakang, 100-150 kilometer di belakang garis musuh," kata Skibitsky. "Terutama sekarang, untuk membentuk serangan yang kuat, kami membutuhkan tank, kendaraan tempur infanteri, senjata berat yang memungkinkan operasi serangan balik yang cepat terhadap musuh."
Musim panas lalu, rudal HIMARS buatan Amerika Serikat sangat efektif dalam mengambil alih hub semacam itu di wilayah Kherson selatan yang diduduki. Tetapi HIMARS tidak memiliki jangkauan untuk mencapai wilayah Rusia.
Pemerintahan Joe Biden sejauh ini berhati-hati untuk tidak memberi Ukraina sistem yang dapat mencapai Rusia.
Bersiap untuk Serangan pada Musim Semi
Ukraina sekarang bersiap untuk menghadapi musim semi yang brutal, di mana serangan Rusia diprediksi bertujuan menyelesaikan perebutan wilayah Luhansk dan Donetsk. Dua wilayah itu merupakan tujuan yang ditetapkan oleh Presiden Vladimir Putin untuk operasi militer khusus Rusia.
"Rusia akan terus melakukan tindakan ofensif karena telah gagal dalam tujuan utamanya: pendudukan penuh wilayah Donetsk dan Luhansk," ujar Skibitsky. "Dan di wilayah inilah kami memperkirakan akan menjadi fokus ofensif utama upaya Rusia."
Skibitsky juga melihat pengelompokan kembali pasukan Rusia.
"Kita bisa melihat pasukan yang menjalani pelatihan di Belarusia sudah ada di sini, di Luhansk," kata Skibitsky. "Jadi mereka sedang bersiap, mereka membuat cadangan, dan cadangan ini termasuk unit Pasukan Lintas Udara."
Perwira paling senior militer Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhniy mengatakan pada Desember bahwa Ukraina mengharapkan serangan Rusia setiap saat antara akhir Januari dan Maret.
Bagaimanapun, pertanyaannya tetap apakah perombakan terbaru dari komando Rusia dapat menunda serangan semacam itu?
Skibitsky mengatakan bahwa memberikan semua tanggung jawab kepada Gerasimov mungkin merupakan kesempatan terakhir Putin untuk memperbaiki situasi dan setidaknya mencapai sebagian tujuan yang ditetapkan pada awal invasi.
"Saat ini semua sumber daya, semua angkatan bersenjata, seluruh sistem logistik, seluruh pembuatan senjata, pasokan dan sistem pemeliharaan yang tersedia untuk pasukan ada di tangannya (Gerasimov)," katanya.
Tetapi orang-orang Ukraina percaya mesin militer Rusia masih kurang di beberapa bidang, dan mengharapkan perubahan lebih lanjut dalam hierarkinya.
"Menurut penilaian kami, ini bukanlah perubahan terakhir," ujar Skibitsky. "(Putin) benar-benar bermasalah dengan komando, baik di tingkat atas, para jenderal, maupun di tingkat bawah peleton atau komandan kompi."
Advertisement