Liputan6.com, Jakarta - Memasuki usia ke 35 tahun, PT Peteka Karya Tirta kini telah resmi bertransformasi dan rebranding menjadi PT Pertamina Energy Terminal (PET).
PET mengatakan, langkah ini dilakukan seiring dengan perubahan core business perusahaan yang kini dipercaya untuk mengelola terminal-terminal strategis untuk dikembangkan menjadi world class green terminal.
Advertisement
Tujuan dari transformasi ini antara lain untuk memperkuat positioning dan brand image perusahaan di captive market maupun non captive market, menurut paparan Direktur PET Hari Purnomo.
"Selain itu juga untuk kepentingan ekspansi dan bersaing di pasar domestik maupun internasional, serta menambah diversifikasi produk yang kini dikelola," jelas Hari, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/1/2023).
Dia mengatakan, transformasi dan rebranding ini diharapkan bisa menambah semangat baru untuk kemajuan perusahaan. Untuk itu, PET mengangkat semangat ini dengan tema "Energizing New Chapter".
PET juga telah menyusun sejumlah strategi untuk mewujudkan aspirasi menjadi World Class Green Terminal. Di antaranya dengan pengoperasian Pusat Logistik Berikat (PLB) Tanjung Uban yang sudah berjalan sejak Juli 2022 dan telah menerima kargo perdana per Agustus 2022.
PLB Tanjung Uban ini ke depan bisa dimanfaatkan untuk program Supplier Held Stock (SHS), yang selama ini kebanyakan dilakukan di Singapura.
Sebagai informasi, PT Pertamina Energy Terminal (PET) merupakan anak usaha dari Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) PT Pertamina International Shipping (PIS).
Pada 27 Agustus 2021, seiring dengan transformasi PIS menjadi SH IML, PET dipercaya untuk mengelola terminal energi strategis yakni Integrated Terminal Tanjung Uban, Fuel Terminal Pulau Sambu, Fuel Terminal Kotabaru, Fuel Terminal Baubau, LPG Terminal Tanjung Sekong, dan LPG Terminal Tuban yang sedang dalam proses pembangunan.
Terobosan Baru
Tidak hanya itu, sejumlah terobosan juga dilakukan dengan digitalisasi di antaranya implementasi Fully Automation System, Pigging System, dan Metering System untuk menunjang keandalan dan kecepatan fasilitas pelayanan.
"Selanjutnya, terdapat juga penggunaan teknologi energi bersih seperti PLTS di seluruh operasi milik PET serta membangun Ship Loading Vapor Recovery Unit (VRU) pertama di Indonesia," tambah Hari Purnomo.
Adapun CEO PIS Yoki Firnandi yang menyampaikan apresiasinya pada transformasi dan rebranding yang dilakukan oleh PET.
Dia mengatakan, PET sebagai bagian dari SH IML memiliki tugas besar dalam menjawab tantangan bisnis dan juga mengoptimalkan kesempatan bisnis demi mencapai visi perusahaan.
"PIS selalu mendukung PET untuk terus bertumbuh baik secara organik maupun anorganik, untuk mengembangkan terminal-terminal strategis. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada PET, bersama-sama kita akan menjalani transformasi SH IML yang harapannya akan menjadikan PET semakin bertumbuh besar dan dapat mendukung pencapaian profitabilitas SH IML kedepan," ujarnya.
Advertisement
Pertamina Pastikan Tak Ada yang Tertinggal dalam Transisi Energi
PT Pertamina (Persero) terus memimpin transisi energi di Indonesia dan memastikan seluruh segmen masyarakat dapat menerima manfaatnya. Hal tersebut juga merupakan komitmen global dan menjadi bagian dari rekomendasi kebijakan dari Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate (B20-TF ESC) dalam gelaran G20 November 2022 di Bali.
B20-TF ESC telah melahirkan enam rekomendasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi yang mengakomodasi tantangan, peluang, dan risiko yang terkait peningkatan transisi yang adil dan teratur di negara berkembang.
"Ada enam kebijakan, tapi tujuan utamanya adalah tidak ada yang tertinggal dalam masa transisi, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di Paviliun Indonesia pada World Economic Forum (WEF) yang digelar di Davos, Swiss, Rabu (18/1).
Nicke yang juga menjabat sebagai co-Chair B20-TF ESC pada G20 tahun 2022 mengatakan Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang memegang Presidensi G20. Menurutnya, rekomendasi tersebut diperlukan untuk mempercepat transisi energi. Keenam rekomendasi kebijakan tersebut antara lain secara progresif meningkatkan kuantum, prediktabilitas, dan kemudahan aliran pembiayaan ke negara-negara berkembang.
B20-TF ESC juga harus memastikan partisipasi UMKM dalam kegiatan transisi energi dengan pembiayaan dan capacity building. Mereka harus memfasilitasi adopsi teknologi oleh rumah tangga dan UMKM untuk penggunaan energi yang efisien, bersih, dan modern.
Transisi yang Teratur
Rekomendasi kebijakan lain yang diperlukan, lanjut Nicke adalah percepatan penerapan solusi akses listrik terintegrasi, termasuk off-grid dengan partisipasi masyarakat dan elektrifikasi berbasis grid untuk memperluas akses energi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Satgas harus menerapkan kebijakan dengan memastikan transisi yang teratur di sumber energi primer.
Lalu yang terakhir adalah perlunya kebijakan untuk mendukung inovasi teknologi iklim dengan mendukung start-up dan riset universitas dengan teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia yang terampil, pengetahuan, dan sharing facility.
Satgas juga memiliki prioritas seperti mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan keamanan energi.Nicke mengatakan, kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang diperlukan sebagai key enabler untuk mencapai tiga prioritas tersebut.
Advertisement